Selasa, 24 Januari 2012

When I Look into Your Eyes...


"Seperti sebuah kotak indah yang dihadiahkan Zeus pada seorang gadis... itulah dirinya. Kotak indah yang terus menyeret rasa penasaran setiap insan yang melihat untuk membukanya..."

Tania melirik pria disampingnya secara sembunyi-sembunyi. Setelan kemeja putih dengan dasi biru tua dan celana panjang hitam terlihat sangat pas di tubuhnya. Tangan kanannya menenteng tas ala pegawai kantoran yang berwarna hitam, warna yang senada dengan sepatu vantouvel yang sedang dikenakannya. Sudah hari ketiga sejak Tania memperhatikan pria yang selalu menunggu bus di halte ini. Awalnya Tania memang tak pernah menunggu bus di halte tersebut karena tempatnya yang agak jauh dari rumahnya. Biasanya ia lebih memilih taksi karena bisa lebih cepat tiba ke kantor. Tapi setelah melihat pria tersebut, akhirnya ia memilih untuk beralih ke bus.
Tania melanjutkan aksi-melirik-sembunyi-sembunyinya sambil pura-pura menyibukkan diri dengan handphone. Hari ini entah kenapa kondisi halte tersebut terlihat sepi. Hanya mereka berdua saja yang menunggu bus di sini. Sebenarnya bus yang jurusannya melewati kantor Tania sudah lewat dari tadi, tapi Tania masih ingin berlama-lama melihat pria tersebut. Lagipula ia sama sekali belum terlambat ke kantor. Jujur, ia penasaran dengan pria tersebut.
'Yang benar saja... Masa dia tidak sadar kalau ada yang memperhatikan dari tadi. Menoleh saja tidak mau...' gerutu Tania dalam hati. Ia menoleh lagi ke arah pria itu, dan jantungnya serasa mau copot saat melihat pria itu juga sedang melihat ke arahnya sambil tersenyum. Refleks, ia berdiri lalu mengelus-elus ujung rambutnya, persis seperti anak sekolahan yang akan bertemu dengan senior ganteng yang disukai.
"Hei... Lagi nunggu bus ya?" kata pria itu. Jelas basa-basi, lagipula mana ada orang yang nunggu pesawat di halte?
"Ahh... Iya..." jawab Tania tanpa menengok ke arah pria itu. Ia tak mau pria itu menyadari semburat merah yang muncul di kedua pipinya.
"Aku Hendra. Kamu?" ia mengulurkan tangan ke arah Tania, saat-saat yang sudah dinantikan oleh Tania sejak dua hari yang lalu akhirnya terjadi juga. Dengan bersemangat Tania pun membalas uluran tersebut lalu menatap mata pria itu.
"........"
Sebuah nama yang ingin terucap tiba-tiba menghilang dari memori otaknya. Kedua pasang mata yang ditatapnya kini tanpa diduga-duga, terlalu berbahaya bagi siapapun yang melihat.
***
"Mbak... Mbak tidak apa-apa?" sebuah guncangan di bahunya mengembalikan kesadaran Tania. Beberapa orang mengerumuninya dengan gaduh. Dua orang ibu di depannya malah membicarakan dirinya secara terang-terangan.
"Kasihan ya... Pasti jadi korban hipnotis..." kata ibu berdaster merah.
"Iya, tidak hati-hati sih..." ibu yang satunya lagi menjawab dengan nada yang jelas-jelas menyindir, membuat Tania sadar tentang apa yang baru saja terjadi.
Handphone, dan isi dompet beserta kartu ATMnya diraup semuanya. Bahkan kalung yang baru diberikan oleh pamannya sebagai oleh-oleh dari Paris juga diambil. Rasa-rasanya Tania ingin pingsan saja sekarang.

"didorong oleh rasa penasarannya, Gadis itu pun membuka kotak indah tersebut. Namun ternyata isinya bukanlah perhiasan atau benda berharga lainnya. Hanya berisi kesialan dan hal buruk. Nama gadis itu, Pandora."

2 komentar:

  1. Tadinya ini ya yang mau dishare ff-nya? yang ini bagus, Stany :D

    BalasHapus