Rabu, 07 April 2021

(spoiler alert!!!) Review "The Cinderella Addiction" (Aishu Cinderella)

Siapa bilang kisah dengan embel-embel 'Cinderella' selalu berakhir dengan "Dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya..."? 

"Setiap gadis memiliki rasa takut yang samar, akankah aku hidup bahagia?" Film dibuka dengan sebaris kalimat yang membingungkan, sementara seorang perempuan berambut panjang, dengan gaun biru dan sepatu perak berjalan masuk ke dalam kelas dengan anggunnya. Dialah Fukuura Koharu, pemeran utama dalam film "Aishu Cinderella" (disebut dengan judul "The Cinderella Addiction" untuk film yang rilis di luar Jepang) diperankan oleh Tsuchiya Tao.


Kehidupan Koharu yang sebelumnya tinggal berempat dengan kakek, ayah, dan adik perempuannya Chinatsu tidak bisa dibilang berkecukupan. Selain bekerja di penitipan anak, gadis berusia 26 tahun itu harus menjadi sosok ibu rumah tangga setelah ibunya pergi. Ayahnya juga membuka toko sepeda (atau reparasi sepeda?), tapi itu tidak cukup untuk menyekolahkan Chinatsu sampai kuliah.

Karena ditingalkan oleh ibu sejak ia kecil, Koharu dengan jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada orangtua yang (menurutnya) tidak becus mengurus anak. Hal ini diperlihatkan pada scene di tempat kerjanya saat ia membahas ibu dari Asuka, salah satu anak yang ia jaga di tempat kerjanya, dan mengutip sebuah kalimat dari orang terkenal yang tidak bisa ia ingat namanya.

"The future destiny of a child is always the work of the mother."

Koharu adalah Cinderella yang tumbuh tanpa sosok ibu. Tentu saja tidak ada jaminan apakah hidupnya akan lebih baik jika ibunya tidak pernah pergi atau jika ayahnya menikah lagi. Namun kalimat yang ia kutip di atas seakan mengesankan bahwa, "Hal baik atau buruk yang dialami seorang anak di masa depan ialah akibat dari hal yang dilakukan orangtua," dan bagi Koharu, itu adalah akibat dari perbuatan ibunya. 

Syukurlah sepeninggal ibunya, Koharu dan keluarganya bisa bertahan hingga kini. Sampai suatu hari, kemalangan menimpa Koharu dalam semalam. Kakek tiba-tiba tak sadarkan diri di kamar mandi, kecelakaan yang terjadi di jalanan saat mengantar kakek ke rumah sakit, dan pacar yang berselingkuh.

Koharu yang putus asa berjalan menuju rel kereta api, dan hanya mendapati seorang pria mabuk yang tergeletak di atas rel. Suara kereta api yang mendekat mendorong Koharu untuk membantu pria itu, namun ia sempat ragu. Apakah hidupnya akan lebih baik jika menolong orang saat dirinya sendiri saja malang?

Dan keputusannya untuk membantu pria itu, Izumisawa Daigo, ternyata menjadi titik penentu yang mengubah kehidupannya dalam sebulan kemudian. Daigo kembali sebagai pangeran dengan mobil mewah, menghias Koharu dengan gaun dan sepatu mahal, lalu meminangnya untuk menjadi istri dan ibu untuk anaknya, Hikari.

Jika saja Cinderella menggunakan sepatu sebelum sihir terpatahkan, apa nasibnya akan berubah?

Kisah Koharu dianggap bak Cinderella bagi orang-orang di sekitarnya. Namun, tentu saja tidak semua orang berpikir seperti itu. Salah satu teman Koharu berkata bahwa cerita Cinderella membuatnya sedikit takut.

"Bagaimana Cinderella bisa bahagia dengan pangeran yang hanya mengetahui ukuran sepatunya?" kata teman Koharu tersebut.

Sayangnya teman Koharu lupa bahwa Cinderella lah yang kembali menggunakan sepatu kaca agar bisa ditemukan oleh pangeran. Koharu, yang dilamar oleh Daigo setelah saling mengenal dalam kurang lebih 1 bulan, dihadapkan oleh situasi yang mirip. Saat itu jam dinding hampir menunjukkan pukul dua belas tengah malam, sambil memegang sepasang sepatu perak yang sudah lama tidak ia gunakan, Koharu si 'Cinderella' memutuskan untuk meletakkan kebahagiaannya pada 'pangeran' Daigo.

"Everybody makes mistake."

Entah itu 10 tahun, ataupun 1 bulan, tidak menjamin kamu benar-benar mengenal seseorang. Koharu hanya ingin bahagia dan dicintai setelah gagal dalam hubungan yang ia jalani selama 10 tahun. Koharu hanya ingin bahagia, karena itu ia mengikuti saran teman-temannya untuk menemui 'pangeran yang mengendarai mobil mahal' bernama Daigo. Koharu ingin bahagia, karena itu ia percaya saja saat keluarganya menyarankan dirinya dan Daigo untuk menikah saja.

Sepertinya tidak apa-apa mencoba untuk memulai hidup baru dengan Daigo walau mereka baru kenal selama 1 bulan. Selain itu Daigo juga kehabisan waktu karena ia semakin tua, siapa yang akan mengurus Hikari jika ia tidak segera menikah? Sepertinya Hikari bisa membuka diri dengan Koharu, bukankah kebahagiaan Hikari adalah yang paling penting? Daigo kaya, seorang dokter yang pintar, bisa diandalkan, dan ayah yang penyayang bagi Hikari. Bukankah ia sempurna? Bukankah Koharu juga ingin jadi orangtua dan ibu yang baik, tidak seperti ibunya dulu? 

Koharu dan Daigo berdiri di depan altar lalu mengucap janji pernikahan di atas pertanyaan-pertanyaan itu; dan jawaban yang masih kabur.

"From now on, I'll be the one to make all your dreams come true."

"I'll be Hikari's real mother."

Apakah Koharu akan bahagia?

Hahh... Menulis sambil mengingat detil yang aku lihat di film membuat perasaan aku campur aduk. Rasanya beeraaaaat kalau ingat Koharu harus menjalani hidup yang malang seperti itu. Padahal ia hanya ingin bahagia... Tapi bahagia itu berat, biar aku saja (ups!).

Karena Tao sering banget ngomongin Aishu Cinderella (entah itu di IG post yang panjangnya itu dah kayak nulis diari atau dari interview di mana-mana) jadi aku ikutan memerhatikan hal-hal kecil seperti warna di dalam film. Dimulai dari warna gaun Koharu yaitu biru. Biru adalah warna dominan di film (menurut akuuu ya, karena filter-nya rada biru kehijauan). Karena filter kebiru-biruan ini, jas Daigo waktu pertemuan keduanya dengan Koharu juga terlihat biru, bahkan sedotan Daigo juga warnanya biru. Sementara Koharu yang menggunakan sweater entah peach atau merah namun sudah memudar, minum segelas sirup berwarna merah dengan sedotan merah. Koharu memang sering tampil dengan warna merah (karena bajunya itu-itu saja sebelum berkenalan dengan Daigo). Entah sengaja atau tidak, palang toko sepeda milik keluarga Fukuura juga berwarna merah dan biru... Dan? Entah sengaja atau memang di Jepang seperti itu, warna tanda lalu lintas berwarna merah dan biru, sementara taksi berwarna merah. Woww!

Lalu Koharu dan Daigo menikah, eh gaunnya Koharu merah lagi! Dan jas Daigo biru. Jadi aku berpikir bahwa merah adalah warna yang mewakili Koharu sementara biru ya Daigo. Kembali ke scene awal, gaun yang dipakai Koharu adalah gaun yang dibelikan Daigo saat mereka bertemu lagi. Entah kenapa... Koharu yang memakai gaun biru membuat aku merasa kalau Kaoru melepaskan 'merah' dan masuk dalam hidup Daigo dengan mengenakan warna 'biru.'

Dan judul film yaitu "Aishuu" yang berarti 'kesedihan' dan warna biru seringkali digunakan untuk mewakili kesedihan. Bukankah ini terhubung?

Namun tentu saja teori-teori warna ini tidak berhenti di sana.

Saat mengenal Daigo, warna baju dan dandanan Koharu mulai berubah seiring waktu. 

Ia mulai menggunakan warna ungu (atau yang disebut Tao sebagai 'burgundy'), sempat abu-abu (kalau tidak salah ingat), dan kehadiran warna merah makin sedikit walau masih ada (scarf yang diikat di tas Koharu saat menemui dokter kenalan Daigo).

Interior rumah Izumisawa juga dihias dengan warna yang senada. Yang aku ingat adalah warna kasur yaitu burgundy gelap? Dan dinding dapur dengan urutan warna ungu, biru, ungu, merah, ungu dengan Koharu berdiri di depan warna ungu saat memasak... Bukannya kombinasi merah dan biru bisa menghasilkan warna ungu? Woww lagi...

Ada beberapa scene yang membekas di ingatanku selain scene yang sudah dibahas di atas. Salah satunya adalah scene saat Koharu dikenalkan pada ibu Daigo, dan ucapannya yang seperti meragukan Koharu yang tumbuh tanpa ibu. Menurutnya, seorang gadis yang tumbuh tanpa mengenal cinta seorang ibu takkan mampu untuk menjadi sosok ibu bagi anak lain.

"Becoming a mother and being a mother is a completely different thing," alasannya.

Scene kedua juga datang dari pertemuan ini. Ibu Daigo yang akhirnya melunak dan menerima Koharu memberi nasihat kepadanya, katanya, "Menjadi orangtua itu sulit. Seberapa keras pun kamu berusaha, tidak akan ada yang memujimu."

Dan scene selanjutnya yaitu scene Koharu dengan ayahnya. Scene saat Koharu mengeluh tentang Hikari namun tidak mendapat jawaban yang membantu dari ayahnya, "Yang perlu kaulakukan hanya jadi ibunya saja." Padahal, Hikari punya pengalaman buruk perihal sosok ibu dan tidak cukup tahu bagaimana cara yang tepat untuk jadi orangtua yang baik.

Dan sayang sekali, hal terakhir yang Koharu ingat dari ucapan ayahnya sebagai orangtua juga menjadi salah satu pemicu dari keputusan yang ia ambil di akhir cerita.

Scene lain! Waktu Koharu mengeluarkan sepatu yang diberikan Daigo dari dalam rak, ia sempat melihat jam dinding dan waktu itu hampir tengah malam. Seperti yang kita tahu, sihir Cinderella menghilang tepat jam 12 malam dan yang tersisa hanyalah sepatu kaca. Scene Koharu mengambil sepatu sebelum sihir terpatahkan ini seperti apa ya... Ingin meminjam kekuatan dari negeri dongeng? 

Dan setelah menjadi nyonya Izumisawa, Koharu meletakkan sepatu peraknya ke dalam rak sepatu di rumah barunya. Kesannya seperti, keajaiban Cinderella sudah terjadi... Biarlah sepatu itu tersimpan di tempat yang aman.

Lalu! Walau Koharu mirip Cinderella yang kehilangan ibu kandungnya, ia tidak mendapat ibu baru alias ibu tiri. Malahan Koharulah yang menjadi ibu tiri... Jadi, bukannya cerita Cinderella bisa saja berlanjut ke Hikari? Walau Koharu bukanlah ibu tiri yang jahat, setidaknya tidak bagi Hikari.

Secara keseluruhan! Aku memberi nilai 8 dari 10 untuk film ini. Karena walau cerita film ini membuat aku bingung mau berkata apa setelah menonton, tapi ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab (atau memang dibiarkan seperti itu) :

1. Apa benar mantan istri Daigo meninggal karena kecelakaan? Entah kenapa aku ragu. ๐Ÿ˜ญ

2. Sosok kakek tidak pernah muncul lagi sampai akhir, di mana si kakek? Apa masih di rumah sakit?

3. Katanya bukan Hikari yang membunuh temannya, lalu siapa?

4. Ke mana orang dewasa di scene akhir (selain Koharu dan Daigo)?

5. Kalau memang keluarga mereka bersalah, kenapa Daigo masih diizinkan kembali ke sekolah untuk vaksinasi?

Akting ketiga pemeran utama yaitu Tsuchiya Tao, Tanaka Kei, dan COCO-chan sangat baik. Andai saja mereka bisa dipertemukan sebagai keluarga yang bahagia... in a normal way. 

Walau ini adalah film pertama bagi COCO tapi ia bisa merespon akting Tao dan Kei dengan baik! Salut๐Ÿ™

Dan tentu saja, walau mungkin ini bias karena saya penggemar mbak Tao, tapi tepuk tangan untuk akting Tao di sini yang bikin perasaan naik-turun. Apalagi pas senyum hampa (???) di scene interogasi Hikari soal makanan, sama baca surat dari temen Hikari... lebih serem dari pas di film Kasane. ๐Ÿ˜ญ Syukurlah setelah tiga kali nolak ambil film ini, akhirnya diambil juga ya๐Ÿ˜ญ๐Ÿ™

Demikian bacot saya setelah selesai nonton "The Cinderella Addiction" alias "Aishuu Cinderella". Terima kasih Santa Barbara International Film Festival yang sudah menayangkan film ini!