Sabtu, 31 Desember 2011

Ketika Hujan Berbisik


 Rintik hujan membasahi kota ini, kota yang tak pernah sepi dari bunyi kendaraan yang menjadi salah satu donatur asap bagi langitnya. Bunyi kecipak terdengar bersahut-sahutan akibat langkah orang-orang yang berlari disana-sini untuk mencari tempat berteduh. Hari ketiga di bulan Oktober menjadi hari yang dibenci sebagian orang karena aktivitas mereka yang harus terhenti. Dan disinilah aku, berdiri di antara kerumunan orang yang memilih tempat yang sama untuk menghindar dari hujan. Sebuah halte di depan kompleks pertokoan kini disulap menjadi tempat berteduh, menyebabkan orang-orang yang menggunakan fungsi halte sebagaimana mestinya agak kesulitan dan harus berteriak agar bisa lolos dari kerumunan ini.
Bulir-bulir hujan terus berjatuhan menimpa bumi. Semakin keras, seakan tak mau berpisah dengan tanah yang hanya bisa Ia temui saat langit berubah warna menjadi kelabu. Aku mengeluarkan sebungkus rokok dan menarik linting terakhir yang tersisa, tak peduli dengan desisan menyindir dari wanita paruh baya di sebelahku. Alih-alih memasukkannya kembali dalam bungkus rokok, aku malah menyalakannya dan menghembuskan asap tebal dari mulutku.
‘Jangan terlalu banyak merokok…’ sebuah bisikan mengagetkanku. Linting rokok terakhir yang baru sekali kuhisap terjatuh dan beradu dengan tanah yang becek.
'Lea?' batinku menyerukan sebuah nama namun dipatahkan oleh akal sehatku yang berkata bahwa Lea sudah tiada.
Aku memalingkan kepalaku ke kiri dan kanan. Hanya ada wanita paruh baya tadi (yang masih menatap sinis padaku) dan anak laki-laki dengan jas hujan berwarna biru yang menggandeng tangan Ibunya. Tak mungkin... Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal mau repot-repot keluar dari kuburnya hanya untuk memperingatkan agar aku jangan merokok? Hah! Lucu sekali pemikiranmu. Sedangkan bangun saja Ia sudah tidak bisa. Jangan berhalusinasi, bung!
Aku menajamkan pendengaranku, berharap suara itu muncul lagi tapi yang kudengar hanya bunyi hujan dan suara orang-orang disekitarku. Dan entah mengapa aku merasa kecewa. Kecewa karena suara itu tak ada lagi, kecewa karena mungkin itu hanya halusinasi, kecewa karena... Lea sudah tak ada lagi disisiku.
Namun setiap tetes hujan memiliki cerita, dan kali ini Ia memilih kenangan antara aku dan Lea.
***
Ia benci hujan, namun berlari di atas rerumputan yang basah setelah hujan adalah kegemarannya. Merasakan sensasi menyejukkan yang diterima oleh reseptor indera pada kakinya, yang meneruskan stimuli ke otaknya dan menghasilkan sebuah tawa kecil dari mulutnya. Aku bertanya-tanya, "adakah ciptaan Tuhan yang lebih menakjubkan dari dirinya?" Garis wajah yang sempurna, lekuk tubuh yang membuat setiap pakaian selalu terasa pas, dan senyum kekanakan yang memancing orang lain untuk tertawa bersama saat melihatnya.
Aku masih ingat bagaimana pertemuan kami yang pertama. Di hari dimana hujan juga turun dengan derasnya seperti hari ini.
"Kau tahu kenapa aku benci hujan?"
"Eh?" aku menatap heran pada gadis yang berdiri di sebelahku. Apa Ia sedang mengajakku ngobrol?
"Kau... Bicara denganku?"
"Iya... Memangnya sama siapa lagi?" katanya sambil tersenyum. Warung ini memang sedang sepi, hanya kami berdua yang berteduh di bawah terpal plastik yang berfungsi sebagai atap warung ini. Sementara penjualnya sepertinya tertidur karena faktor hujan yang membuat warungnya sepi pelanggan.
"Kenapa?" jawabku menimpali, masa bodoh dengan basa-basi orang yang baru pertama kali bertemu. Dia yang mulai duluan kan?
"Karena hujan selalu membawa cerita sedih." katanya sambil memandang sendu ke arah langit.
"Hah? Masa?" tanyaku namun tak digubris olehnya.
Hujan terus turun, mengisi kekosongan antara kami yang terperangkap dalam diam. Sesekali aku melirik ke arah gadis itu yang masih menatap langit dengan sendu. Ada apa dengan hujan? Mengapa gadis ini begitu membencinya?
Keheningan itu terus berlanjut, sampai akhirnya hujan berhenti dan gadis itu pergi tanpa berkata apa pun padaku.
Dan rasanya aku ingin mempercayai mitos yang berkata, "Kalau jodoh, pasti akan bertemu lagi," saat melihat gadis itu kembali berteduh di tempat pertama kali kami bertemu.
“Apa sekarang rasa bencimu pada hujan sudah berubah?” kataku tiba-tiba yang membuatnya terkejut. Ia sedang melamun sepertinya.
“Tidak.”
“Sayang sekali kalau begitu. Padahal aku ingin menunjukkan sesuatu yang asyik…”
“Apa?”
Aku terkekeh menatap wajahnya yang penasaran. “Katanya benci hujan…” kataku dengan nada meledek.
"Kali ini kuberi pengecualian."
"Baiklah! Ikut aku."
"Sekarang?" tanyanya sambil memberikan pandangan 'yang benar saja' yang kujawab dengan satu tarikan pada lengannya. Dan seperti di film-film romantis lainnya , kami berlari menerobos hujan sambil berpegangan tangan.
***
"Lea."
"Apa?" lagi-lagi perkataan gadis ini membuat kedua alisku bertaut karena bingung.
"Itu namaku... Lea. L-E-A," jelasnya lalu mengulurkan tangan kanannya.
"Oh... Ya. Andre..." kataku lalu menyambut uluran tangannya. Sebuah obrolan pertama setelah aksi lari-larian kami di tengah hujan. Bukan maksudku ingin membuatnya merasakan hujan yang Ia benci, aku hanya ingin mengajaknya secepat mungkin ke tempat ini, taman rahasiaku. Bukan taman yang istimewa sebenarnya, bahkan bisa dibilang cukup aneh karena taman yang kumaksud adalah taman di area salah satu Rumah Sakit.
“Lalu… Kenapa tempat ini?” katanya sambil mengayunkan kedua kakinya yang menggantung karena tak mencapai tanah.
“Tidak. Hanya saja aku menyukai tempat ini, dan kuharap di masa depan nanti aku bisa bekerja di gedung itu,” kataku sambil menunjuk ke arah Rumah Sakit.
“Hah? Percaya diri sekali…”
“Tentu saja! Itu adalah mimpiku sejak kecil. Dan apakah kau tahu? Kau adalah orang pertama yang kuberitahu tentang hal ini.”
“Begitukah? Aku istimewa sekali kalau begitu…”
“Kau memang istimewa… Peri hujanku…” kataku hampir tak terdengar, sebelum keheningan panjang yang lagi-lagi menerobos masuk di antara kami berdua. Tapi kurasa seperti ini saja sudah cukup. Duduk berdua di bangku taman, merasakan atmosfer sehabis hujan. Hanya berdua.
Ku harap kata ‘berdua’ akan berlaku untuk selamanya, tapi impianku serasa ditertawakan oleh hari berhujan yang mulai Ia cintai. Hari dimana hujan turun, membasahi pemakaman yang mulai sepi setelah upacara yang berlangsung sejam yang lalu. Lea, peri hujanku, telah berpulang ke sisi Yang Maha Kuasa akibat penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Lea, peri hujanku, tak akan lagi menemaniku di saat hujan.
Pusaran dalam otakku berhenti dan melemparkanku kembali ke alam nyata. Kembali ke hari ketiga di bulan Oktober dimana aku masih berdiri dalam kerumunan orang yang berteduh di halte ini. Dan dengan kedua tanganku aku merasakan titik-titik hujan yang turun, berharap masih ada kehadiran Lea yang bisa kurasakan lewat setiap tetesnya lalu tersenyum pahit.
Ketika hujan berbisik… kau tak akan pernah tahu kenangan apa yang akan Ia bisikkan pada kedua telingamu.
Ketika hujan berbisik… kau tak akan pernah menyadari bagaimana Ia membawa jiwamu pergi… Berkelana dalam ingatan yang bahkan tak ingin kau ingat.
Ketika hujan berbisik… kau dan dia yang masih membeku dalam ingatan hanya bisa berserah… membiarkan Ia menjejalkan beribu macam kenangan dalam pikirmu.
Dan suatu hari, ketika hujan berbisik lagi… kau akan tahu bahwa kau, pikiranmu, hatimu… sudah cukup kuat untuk mendengarnya sambil tersenyum.

Kamis, 29 Desember 2011

Aku dan Idolaku


Aku memandang cukup lama pada sosok gadis yang memegang buku bersampul batik dan DVD di layar komputerku. Sebuah foto, ya hanya sebuah foto. Tapi cukup untuk membuktikan bahwa kami ada, kami mencintainya, kami YUI Lovers Indonesia, dimana aku adalah bagiannya.

Berawal dari ide salah seorang teman untuk membuat surat untuk YUI, maka aku pun dengan semangat mulai menulis suratku. Walau grammarku hancur-hancuran, walau tulisanku (sepertinya) sulit dibaca, tapi tak apa karena aku tulus menulis semua yang ada di suratku itu. Dan dengan disertai gambar yang kuberi judul “Rain”, aku mengumpulkan suratku itu ke koordinator YUI Lovers Manado.

Dan hari ini, aku memandang foto itu lagi, seiring ingatanku yang berjalan mundur tentang bagaimana ekspresiku saat pertama kali melihat foto itu dipajang, bagaimana awal perkenalanku dengan makhluk-makhluk yang sama gilanya denganku, yang sekarang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, serta bagaimana pertama kali lagu “Goodbye Days” di tahun 2006 bisa membuatku mulai menyukai sosok YUI.

Dari lagu “Goodbye Days” aku beranjak ke lagu lainnya yaitu “Namidairo” yang masih bernada sedih. Dan selanjutnya ada “LIFE” dan “AGAIN” lalu “Never Say Die” yang sering menjadi lagu penyemangat untukku yang diikuti oleh lagu-lagu lain yang juga kusukai. Dan “Thank You My Teens” juga menjadi lagu yang kuputar seharian saat ulang tahunku yang ke-dua puluh. “Hanya menyanyi. Mengubah rasa sakit segera menjadi sebuah lagu baru. Hanya dengan melakukan itu, aku bisa mengubahnya menjadi kekuatan,” adalah lirik yang paling kusukai dari lagu ini.

Mungkin ini aneh bagi sebagian orang. Atau bisa dibilang lucu? Bahwa seseorang bisa begitu menyukai seorang artis seperti ini, tersenyum melihat postingan tentangnya yang memperlihatkan wajah bahagia ataupun konyol, khawatir saat setiap stasiun televisi bahkan media internet mengabarkan tentang Tsunami yang terjadi di Jepang yang diikuti oleh hembusan nafas lega karena tahu bahwa Ia baik-baik saja. Serta bagaimana setiap lagu bisa mewakili perasaanku baik saat sedih ataupun senang, jatuh cinta, rindu, patah hati, kehilangan, dan bermacam-macam rasa lain yang sering kutumpahkan dalam status akun Facebook ataupun Twitter dengan mengutip beberapa liriknya.

Menyukai aliran musik yang berbeda dari trend musik jaman sekarang sempat membuatku tenggelam. Mau bicara tentang YUI ini, yang lain pasti menyambung, “lagi-lagi YUI”. Mau membahas YUI itu, pasti disambung lagi dengan kata-kata yang sama. Apakah teman-teman pernah merasakannya? Pasti pernah. Tapi jadi berbeda bukanlah kesalahan, menyukai seseorang (dalam hal ini idola kita) bukanlah kesalahan, akhirnya aku menyadari hal tersebut. Karena itulah aku selalu memegang prinsip, “Jadi diri sendiri bukan berarti jadi monster untuk orang lain.” Terdengar ekstrim? Tapi coba bayangkan, apabila kita terus berbohong, menyangkal tentang hal-hal yang kita suka, mencoba jadi seseorang yang diterima oleh orang lain dengan menyukai apa yang mereka suka, apa yang terjadi? Jujur pada apa yang kita sukai lebih membahagiakan.

Sempat ada teman yang bertanya, “sampai kapan akan menjadi YUI Lovers? Apakah kalau YUI tua nanti, akan tetap jadi fansnya?” Apa aku harus menjawabnya? Apakah teman-teman bisa menjawabnya? Semuanya tak perlu dijawab kurasa, cukup hati kita saja yang tahu bukan? Kata-kata tak bisa membuktikan segalanya, yang kita perlukan adalah tindakan. Benar, tidak? Tapi untuk hari ini bila seseorang bertanya apakah aku masih YUI Lovers? Aku pasti menjawab, “Ya!”
Apakah yang kutulis terdengar berlebihan? Tapi memang seperti inilah kenyataannya. YUI, penyanyi dan penulis lagu dari Jepang, 24 tahun, adalah idolaku.
Terima kasih YUI, untuk lagu-lagu serta kisah hidup yang selalu memberi motivasi bagiku. Terima kasih YUI, untuk teman-teman yang aneh tapi sangat baik hati yang bisa kukenal karena sama-sama menyukaimu. Dan terima kasih YUI, untuk apalagi? Untuk semuanya… :)

Go Away

Dan disinilah aku...
Mengingatmu

Mungkin aku yang terlalu bodoh
Terlalu larut dalam dunia semu yang sempat kau janjikan
Semua orang berkata, "jangan salahkan dirimu."
Tapi entahlah... Kurasa sekarang aku tak bisa mempercayai segalanya

Apakah kau sedang tertawa?
Cinta, mimpi, harapan... Adalah sesuatu yang tak boleh ditertawakan
Semoga kau cukup dewasa untuk menyadarinya

Aku bukan lemari pendingin, aku bukan hujan, bukan juga angin sepoi-sepoi
Aku bukan tempat dimana kau bisa mendinginkan kepalamu
dari api yang Ia berikan.
Api yang terkadang menghangatkan, namun saat ini sedang membakarmu dan ingin membuatmu berlari
Hah! Aku ingin tertawa setiap mengingat kenyataan itu

Sudah sadarkah kau sekarang?
Jangan terus bersembunyi di dalam kenangan tentang persahabatan di masa lalu
Aku muak mendengarnya

Pergilah, apa aku harus memohon untuk hal ini?
Pergilah...
Jangan biarkan aku bertanya, "apakah kau bahagia?"
Jangan biarkan aku berkata, "tinggalah..."
Jangan biarkan aku memanggil namamu lagi

Pergilah...

Senin, 26 Desember 2011

Untitled.

D F#m Bm D7 2x

D F#m
Dengar aku,
Bm D7
jujurlah
Em
Di hatimu,
A7
tak pernah ada aku
D F#m
Dari awal
Bm D7
kutahu
Em
Jangan bersembunyi
A7
di balik maafmu

*
G A
Kau hadirkan
D
sebuah harap
D A
Namun akhirnya
Em A
kau yang mengusir semua

Reff :
D F#m Bm D7
Kutahu semuanya...
Em
Begitu palsu
A7
Tapi ku menutup mata
D F#m Bm D7
Nyata yang kurasa,
Em
cinta...
A7
Buatku luka
Em A
Suatu hari,
Em A
smoga rasa ini
D
kan pergi...

D F#m Bm D7

D F#m Bm D7
Cinta ini seperti
Em
langit yang berbintang
A7
di malam itu
D F#m Bm D7
Tapi kini bintang
Em
telah pergi
A7
sisakan langit gelap

Back to *, reff

Bm Em Bm Am
Bm Em C A

D F#m Bm D7
Kutahu semuanya...
Em
Begitu palsu
A7
Tapi ku menutup mata

Back to reff.

I Started to...

I started to see...
Sebuah sosok yang bersembunyi dalam kata
Ada kemarahan,
Ada tangis,
Ada sepi,
Ada keinginan tuk dicintai, tapi semuanya tak pernah diucapkan
Hanya menulis... Ya, terus menulis

I started to know...
Seseorang yang selalu melukis warna kelabu pada langitnya
Menanti sebuah warna biru
Tapi apakah Ia hanya menginginkan warna biru?
Tak maukah Ia menerima sebuah... Pelangi?

I started to dream...
Tentang dia yang bahkan tak percaya akan adanya mimpi
Bahwa malam akan selalu seperti itu, gelap dan dingin.
Tanpa tahu tentang kehangatan malam yang Ia beri...
Padaku... Pada mimpiku...

I started to hope...
Ada sebuah celah, hanya celah.
Yang bisa kumasuki, untuk mematrikan kata "bahagia"
Kepadanya yang telah lama lupa bagaimana caranya tersenyum

I started to... Love...
Apakah ini bisa disebut bodoh?
Atas rasa yang muncul diam-diam dan semakin besar?
Atas keingintahuan yang tak biasa tentangmu yang berubah menjadi cinta?
Atas keinginan aneh untuk membahagiakan sosok yang bahkan tak pernah menatapku?

I started to... I started to... I started to... ask.

Sabtu, 24 Desember 2011

Lagu Perjuangan. (Sebuah Lagu Ga Jelas)

Lirik :Saya
Chord+dinyanyiin : @Zaneta04

Berawal dari mimpi, berlanjut dengan harap
Semua indah, semua hebat kita bayangkan

Lantunkan lagu riang walau terkadang sumbang
Lebarkan tangan, seakan terbang
Gapai cakrawala

*Walau terkadang kan ada ketakutan akan rumitnya masa depan
Namun kuyakin kan bisa tertawa dan tersenyum
Asal kau slalu di sisiku

reff :
Jalani semua dengan tertawa, bahagia kan datang
Asal kau percaya dan tetap berusaha perjuangkan mimpimu
Bulatkanlah tekadmu dan taklukan dunia

Penolakan dan cerca takkan hentikan kita
Tetap melangkah, tetaplah kuat! Kita pasti bisa

reff.

Keputusasaan dan tangis beratkan langkahmu
Tapi denganmu teman ku yakin semuanya akan baik saja
Tetap bersamaku slamanya

Jalani semua... tertawa... bahagia kan datang
Asal kau percaya dan tetap berusaha perjuangkan mimpimu
Bulatkanlah tekadmu dan taklukan dunia

(*), reff.

Dan taklukan dunia...

Note : Eyaaaa... Akhirnya bisa dengerin lagu ini juga. Lama bener nunggunya, udah setahun ya, Ta? Atau 2? -_____- Yang pasti makasiiihhh udah dibikin jadi lagu 'sebenarnya'. Proyek lain menanti. Wakakakaak XD

Senin, 19 Desember 2011

SJ - Santa You are The One. ^^





You come around to every child in the world
Always on time you’re never late, every year
How does it feel to work, everyone’s off, no one to help you
How do you reach us all, it’s for sure, no one does it better
Christmas is finally here
It’s time to celebrate
‘Cause you make a better world, year after year
Soon you’ll be on your way
Spreading joy everywhere
There’s no one like you
Santa, you are the one
You creep down the chimneys at night, that’s right
And you always know who has been naughty or nice
How does it feel to work, everyone’s off, no one to help you
How do you reach us all, it’s for sure, no one does it better
Christmas is finally here
It’s time to celebrate
‘Cause you make a better world, year after year
Soon you’ll be on your way
Spreading joy everywhere
There’s no one like you
Santa you are the one
Thank you Santa, thank you (You are the one)
Don’t go Santa, don’t go (You are the one)
Thank you Santa, thank you (You are the one)
Don’t go santa, don’t go (You are the one)
I hope you enjoy this song
It’s a gift from everyone
Thank you for all that you have done
Christmas is finally here
It’s time to celebrate
‘Cause you make a better world, year after year
Soon you’ll be on your way
Spreading joy everywhere
There’s no one like you
Santa you are the one
You are the one
Santa, you are the one
You are the one
Santa, you are the one
You are the one
I said, you are the one


Hari Ini?? Hmmm... Hmmm :)

Hari ini...
Diteriakin secara membabi buta sama Chacha pas masuk Mantos (Manado Town Square). Diteriakin, ya dia teriak ke saya, saya diteriakin sama dia, iya emang sama aja. Sayanya gimana? Ya, nyengir. Muhahahaha. Tapi tetaplah jaim. Hei... Ini tempat umum saudara-saudari. Wahahaha. (Ketawa-ketawa gaje).

Hari ini...
Ketemu makhluk-makhluk sedeng, kurang waras, weird, kesurupan mungkin, ya gitu gitu lahh. Karaokean sampe suara serak. Dari lagu barat, Indo yang jadul-jadul sampe nyanyi "Dilema" ala Cherry Belle (yang langsung gue next buat ngeganggu Chacha pas nyanyi), duet maut sama Revvie nyanyi Cing Fei Te Yi (muhahahaha), duet fales sama orang gila nyanyi "Bintang"nya Anima, dangdut ria bareng Neta (nyanyi "Dangdut is The Music of My Country) dan nyanyi "BONAMANA" ala Suju (baca : kumur-kumur) bareng Eka. Si Marlyn ga mau nyanyi sih. Ckck~~ -____- Ehh!! Lupa part "Nobody" sama "Gee" pas Revvie dance-dance ga mutu. hahahaha....

Hari ini...
Ketemu lagi sama si peri gosip. Wkwkwk~~~ Udah sering ketemu sih, jadi ga usah disebut namanya. *Pletakkk!* Maaf, Chi. Hihi... ^^

Hari ini...
Cerita-cerita soal masa SMA dulu. Mulai dari masa MOS yang bikin malu, guru-guru, temen-temen, cerita konyol yang masih tetep konyol (hah?) sampe cerita hantu sekolah. Hiyyy...

Hari ini...
Ga nyadar kalo komplen soal resto di depan pemilik restonya sendiri. Dor!

Hari ini...
Bernarsis ria di bawah pohon natal gede di belakang Mall. Kyaaaa.... mudah-mudahan cepet di upload ya. >

Hari ini...
Akhirnya denger "Lagu Perjuangan" juga. Lirik oleh saya, nada oleh Neta. Makasih, Taaaaa... :)) Suara lo bagus ternyata (bagus buat neriakin maling. Wkwkwkwkwk) Joking, teman. >

Hari ini...
Bahagia. ^^
Makasih teman-teman...
(Harus ada) Lain kali lagi yaa...
Pokoknya nanti Memei sama Anet harus ikut. Viky, Rian, Ilan jugaaaaa!!!
Sayang kalian. :)

Sincerely, Me.

Minggu, 18 Desember 2011

SLF. (For You... My November)

Bau hujan bercampur bau bawang mengusik hidungku, membuatku terbangun dan membetulkan posisi dudukku yang tak karuan karena sempat tertidur. Aku mengerjap perlahan, memfokuskan mata pada geliat manusia yang terlukis di luar jendela.
"Pasar ternyata..." gumamku malas.

Mikrolet yang kunaiki masih memutar lagu-lagu masa kini, dan bangku depan yang tadinya ditempati oleh sepasang kakek nenek kini berganti dengan dua remaja yang sibuk bersenandung, mengikuti lagu yang mengalun dari speaker yang menyatu dengan kursi di belakangku. Ya, bahkan mikrolet bisa sekeren ini, itulah yang istimewa dari kotaku. Walaupun sebagian besar suara yang dihasilkannya lebih sering membuat alarm mobil Papaku berbunyi otomatis karena bising, tapi setidaknya ada juga lagu-lagu pop yang bersahabat dengan telingaku.

Kota ini masih sama seperti hari-hari yang sudah lewat. Jalanan yang berhias deretan toko yang tak teratur, pedagang kaki lima yang sibuk dengan dagangannya, serta warna-warni manusia yang membuatnya terasa sesak. Ikan mas koki yang berputar hilir mudik dalam akuarium kotak di depan pet shop menarik perhatianku. Ahh... Aku ingin beli ikan hias lagi. Akuarium di rumah sudah lama kosong, batinku sambil membayangkan beberapa ikan mas koki yang dulu sempat dibeli mama. Yang akhirnya mati satu persatu.
Rintik menghias kaca jendela, dan mau tak mau lagi-lagi membawa sekelebat bayangan. Bayangan yang mengawali Novemberku dengan kata cinta.

Ia tersenyum, seiring asap rokok yang mengepul dari mulutnya."Kau tak percaya?" katanya dengan senyum yang sedari tadi tak mau pergi dari wajahnya.
"Bagaimana bisa Aku percaya?" balasku, masih dengan tatapan bingung.
"Lalu... Apa yang harus kuperbuat supaya kau percaya?"

Aku tersenyum kecut mengingat semua hal manis yang kini terasa menusuk. Hujan memang memiliki kekuatan misterius yang bisa membawa manusia terbang kembali ke masa lalu. Bahkan lebih sering kenangan yang tak ingin kuingat.

Aku terkesiap dan mengembalikan konsentrasiku ke dunia nyata, menyadari bahwa mikrolet yang kunaiki memutar ke arah yang berlawanan. Ck, salah naik. Aku menggerutu lalu meminta pak supir menurunkanku. Untunglah aku masih bisa mencari mikrolet jurusanku dari sini, kalau tidak... bisa-bisa aku harus mengeluarkan uang lagi untuk kembali ke pusat kota.

"Es kelapa mudanya satu, bang," kataku pada penjual itu sambil mengeratkan genggamanku pada tali ransel. Benar-benar aneh membeli es kelapa muda di hari hujan seperti ini, tapi setidaknya aku perlu sesuatu untuk mendinginkan kepalaku. Dan kurasa es kelapa muda ini cukup membantu.

Dan rintik sore ini berganti menjadi hujan deras. Sesaat aku menyesal teringat payungku yang kelupaan di angkot sebelumnya. Tapi tak ada yang perlu disesali. Pengalaman membuat kita belajar, bukan?

Dan di kursi belakang mikrolet yang kunaiki sekarang, dan yang kuyakini tak akan salah lagi, Aku bersenandung lemah.

"I close my eyes and dream of you and I and then I realize... There's more to life than only bitterness and lies... I close my eyes..."

Selasa, 15 November 2011

Sepenggal Cerita tentang Hari Ini

Hari ini dimulai dengan teriakan papa, "Bangun... Hari ini ke puskesmas, kan?" Yupp! Ke puskesmas adalah jadwal tambahan yang saya jalani sejak kamis minggu lalu. Dan setelah diceramahi panjang lebar sama mama di mobil, sampailah saya ke Puskesmas yang dituju.

Hari keempat, ga ada rencana bawa masker, baju lab sama sarung tangan. Setelah penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, tim penyuluh kami dipanggil sama dokternya karena kebetulan belum ketemu sama dokter dari pas pertama kali ke puskesmas. Dan jelegerrrrr!!!! *pakeefekgeledekbiarlebihmeyakinkan* saya ditunjuk dokter buat jaga di poli gigi. Dan akhirnya dengan bermodal nekat, beserta ilmu plus kemampuan yang masih bisa dibilang parah saya nemenin dokter buat jaga poli.

Tapi ternyata semuanya berjalan lancar, hihi. :) Dokternya baik, ga marah-marah karena saya masih payah dalam segala hal. Makasih sekali lagi, Dok. :))

Saya juga jadi banyak belajar tentang tipe-tipe pasien yang datang, dan sempet ketawa pas ada pasien yang ngotot pengen dicabut padahal tekanan darahnya rendah. Tapi kata Dokter : "Kita harus yakin sama apa yang kita tahu itu benar, jangan jadinya lemah karena masalah kayak gini. Kalau nantinya terjadi apa-apa, kita juga kan yang disalahkan?"

Nilai moral yang saya dapat hari ini adalah : Jangan takut untuk berkata jujur tentang kelemahan atau kekurangan kita. Karena lebih baik mengakuinya secara terang-terangan daripada berbohong dan akhirnya malah mempermalukan diri kita sendiri. Orang lain lebih menghargai orang yang jujur akan kelemahannya daripada orang yang angkuh akan sesuatu yang sebenarnya tak ia miliki.

Demikian. :))

Jumat, 28 Oktober 2011

Tinker Bell's Love



Fly to who you are
Climb upon your star
You believe you'll find
Your wings
Fly
Selena Gomez : Fly to Your Heart

Pagi hari tiba terlalu cepat, mengakhiri waktu tidurku yang akhir-akhir ini semakin terbatas. Aku meraba pipiku yang terasa agak panas, ya bersemu merah lagi karena mimpi indah yang kualami. Ahh… hari yang baru. Apa yang menantiku hari ini?

"Din... Bangun. Kuliah jam berapa hari ini?" Bunda mengetuk pintu kamarku sambil mengatakan kalimat yang sama setiap kali Ia membangunkanku.

"Udah bangun kok, Bun..." kataku membuka pintu sambil menguap dan melanjutkan, "lagian hari ini kuliahnya jam sepuluh..." saat Bunda hendak melontarkan nasehatnya untuk cepat-cepat bersiap agar tak terlambat.

“Ya sudah. Cepat turun terus sarapan ya,” kata Bunda lagi lalu berjalan menuruni tangga.

“Iya, Bun,” sahutku. Tapi alih-alih bersiap-siap untuk ke kampus, Aku malah merebahkan tubuhku lagi ke kasur kesayanganku, menarik sebuah diary yang kusimpan di bawah bantal, dan menatap foto yang terselip dalam diary itu.

‘Selamat ulang tahun, Ga. Aku berdoa semoga kau bisa segera menyadari kehadiranku. Doa yang agak egois, ya? Tapi… boleh kan kalau aku sedikit egois?’ kataku dalam hati sambil menatap foto itu lekat-lekat.

Sudah hampir empat tahun dan aku masih tidak bisa melupakannya. Aku masih ingat bagaimana pertemuan kami pertama kali. Kursi taman, berbagi es krim, hmm… terlihat seperti kencan bukan?

Tapi yang terjadi selanjutnya tak semanis mimpi-mimpi yang membuat pipiku bersemu merah saat aku terbangun. Hubungan kita hanya sebatas teman, tak akan pernah lebih. Apakah aku pantas untuk merasa cemburu? Hari inipun aku masih menanyakan hal yang sama, saat melihat jemari yang kusukai itu saling bertaut dengan jemari yang lain. Ya, kau melewatkanku lagi.
*****

 Bila mimpi tentangmu adalah hujan
Biarlah Aku menari di bawah percikannya dan tak pernah terjaga

Bila mimpi tentangmu adalah sayap
Biarlah Aku terbang, berdiang di atas awan dan tak pernah menapak bumi

Karena mencintaimu... adalah sebuah mimpi indah yang tak pernah ingin ku akhiri

“Puisi lagi…” kata Angga sambil mengibas-ngibaskan sebuah amplop berwarna biru langit yang terselip di antara celah lokernya. “

“Ya… Kurasa begitu,” sahutku pendek.

“Aku heran. Kenapa orang ini selalu mengirim surat di hari Jumat? Memangnya ada yang spesial dari hari ini?” tanyanya lagi sambil membolak-balik amplop itu.

“Entahlah, mana aku tahu,” jawabku lalu menutup loker dan berlalu dari hadapannya.

“Hmm… Pasti Rara. Siapa lagi coba selain pacarku yang paling cantik itu. Iya kan, Din?’

“Aku kan udah bilang ga tahu! Maksa banget sih!” kataku berang. Itu tulisanku! Itu puisiku! Bagaimana bisa gadis bodoh seperti dia menulis puisi?

Ya! Bagaimana bisa gadis sebodoh dia menulis puisi? Aku masih ingat bagaimana Rara mengaku-ngaku kalau puisi itu ditulis olehnya. Dan yang tak kalah bodohnya, Angga malah percaya pada bualan gadis jahat itu.

“Hei! Kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini marah-marah terus,” tanyanya bingung.

“Aku…” aku menatap matanya, mencoba mengatakan semuanya. Tapi yang terlontar dari mulutku hanyalah kata, “lupakan…” lalu pergi meninggalkan Angga yang menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan.

Dan begitulah. Lupakan. Kata yang sebenarnya lebih kutujukan pada diriku sendiri. Lupakan dia, Dina. Berhenti mengiriminya puisi setiap hari jumat. Berhenti mencintainya. Berhentilah…

Be true, true to yourself and you'll be magic
Be kind, believe in others
help and you'll make magic
Jonatha Brooke : Be True

*****

I'm just Tinker Bell that will never be Wendy
You just have to say, "I do not believe in fairies..." then I will actually dissappear from your life
I'm just Tinker Bell that will never be Wendy
But I'll still love you, in a place you never think is there.

Aku menyenandungkan lirik asal-asalan yang kuciptakan setelah menonton film Peter Pan. Sesaat aku merasa seperti Tinker Bell, peri kecil yang terus mencintai Peter tapi tak pernah mendapat balasan. Tapi bedanya Tink lebih kuat dariku. Ia terus mendukung Peter dengan tulus walaupun ia hanya bisa memiliki Peter sebatas seorang sahabat. Bisakah aku setulus itu?

Sudah seminggu aku tak berbicara dengan Angga. Aku memang sengaja menghindarinya. Aku tak ingin terus menerus bertahan pada harapan palsu yang kuciptakan sendiri. Aku harus berusaha melupakannya. Tapi bumi sepertinya tak pernah berhenti berputar dalam galaksi Angga. Ia terlihat biasa-biasa saja. Masih tertawa-tawa dengan pengirim puisi palsu itu. Ia masih bisa bahagia, bahkan tanpa kehadiranku.

“Apakah kau sudah melupakanku?” kataku lirih sambil menatap dirinya yang tertawa bahagia.

I wanna fly as high as the sky
Spend the pixie dust that I have, then forget you
But it was difficult
Could I be with you much longer?

Aku tak sanggup lagi melanjutkan nyanyianku. Mataku mulai berkabut, air mataku mengalir saat aku mengingatnya. Inikah saat yang tepat untuk melupakannya?
Apakah kau pernah mendengar dongeng tentang Peter Pan?
Pasti ya...
Tapi pernahkah kau mengingat peri kecil yang bersinar mengelilinginya?

Ya, itu Aku.
Akulah Tinker Bell.
Dan kau adalah Peter Pan.

Aku selalu terbang mengelilingimu,
Menemanimu.

Namun... Kini kau melupakanku.
Peter Pan bukan anak-anak lagi.
Ia mengenal cinta dan tumbuh dewasa.

Perlahan cahayaku mulai meredup.
Aku tak sanggup lagi terbang dengan debu pixie.
Kau tahu kenapa?
Karena kenangan bahagia yang ku miliki mulai memudar, kenangan tentang kebahagiaanku denganmu.

Apakah ini saatnya Tink menghilang dari kehidupan Peter?
Kurasa ya.

Aku menyelipkan kertas tersebut di loker Angga. Ya... Aku harus melupakannya. Hari ini dan seterusnya, aku harus menghilang dari hidupnya.

*****

If you follow, follow the voice in your heart
Always know that’s how to find who you are
So hold on, never let go of your dreams
You’ll see the magic, believing is where it begins
Life is a beautiful thing
Let your heart sing
(Let your heart sing, let your heart sing, let your heart sing)
 Katharine McPhee : Let Your Heart Sing


“Apakah kau tahu? Bahkan Peter Pan bisa saja mencintai Tink.”
“Setiap kali orang dewasa berkata ‘Aku tak percaya bahwa peri itu ada…’ aku akan berlari ke tempat kau berada dan berteriak sekencang-kencangnya ‘Aku percaya peri itu ada!.”
           
Aku membaca kalimat terakhir yang ditulis Angga di buku hariannya sambil tersenyum pahit. Sudah tiga tahun aku tak bertemu dengan Angga. Dan apakah kalian tahu? Angga, yang selama ini kukira tak pernah menyadari perasaanku, ternyata mencintaiku lebih dari yang kutahu. Setidaknya itulah yang bisa kucerna dari buku harian yang ditinggalkannya di dalam lokerku di hari sebelum kelulusan kami.

Angga selalu mengamatiku yang senang menghabiskan waktu di taman dekat rumah, tapi tak pernah berani menghampiriku. Sampai akhirnya ia  melihatku menangis, dan dimulailah perkenalanku dengan Angga.

Hanya sebatas sahabat, tak lebih. Dengan status seperti inilah Angga terus mencintaiku. Ia jelas-jelas tahu siapa yang mengirim puisi setiap Jumat. Pertemuan kami pertama kali adalah hari jumat. Jadi siapa lagi yang menulis puisi ini selain aku?

Ia sengaja memanas-manasiku dengan pacaran dengan Rara. Tapi semuanya berakhir setelah aku mulai menjauhinya. Angga terus berusaha untuk mengatakannya padaku. Tapi kecemburuan telah membutakan mataku dan semuanya menjadi terlalu terlambat bagiku.

"Kak!!" aku tersadar dari lamunanku karena teriakan gerombolan anak kecil yang berlari-lari kecil menghampiriku.

"Hei!" sapaku riang lalu memeluk mereka semua.

"Hari ini cerita lanjut cerita Tinkerbellnya lagi dong, kak..." celetuk Shinta.

"Lagi? Memangnya ga bosen?" tanyaku pada mereka dan dibalas oleh gelengan kepala sambil tertawa bersemangat.

"Hmm... Oke hari ini kakak ceritain tentang Tinkerbell lagi..."

"Horeeee!!!"

"Tinkerbell adalah seorang peri kecil. Suaranya seperi dentingan lonceng dan selalu terbang mengelilingi Peter Pan sahabatnya menyerupai benda kecil yang bersinar. Ketika seorang bayi tertawa untuk pertama kalinya, tawanya pecah menjadi ribuan bagian dan semuanya pergi sambil berlompat-lompat, dan itulah awal dari peri..." kataku memulai.

"Jadi Tinkerbell itu betul-betul ada, kak?" tanya Donny disambut oleh anggukan teman-temannya.

"Hmm..." aku memutar bola mataku dan berpikir sejenak, "Itu..."

"Kak Dina... Kak Dina... Ada yang kasih ini ke Kak Dina," tiba-tiba kata-kataku terpotong karena teriakan Audy yang berlari ke arahku dengan es krim di tangannya.

"Es krim? Dari siapa?"

"Dari kakak yang disana... Katanya namanya Peter Pan." jawab Audy polos.

"Peter?" tanyaku bingung lalu mengalihkan mataku ke tempat 'Peter Pan' yang ditunjuk Audy, dan seketika tubuhku mematung.

"Hei... Berminat untuk terbang ke bintang kedua ke arah kanan, dan lurus sampai pagi menjelang?" katanya sambil terkekeh lalu menarikku dalam pelukannya. "Kangen sama  Peter Pan, Tink?"

"Bodoh..." jawabku lalu membalas pelukannya.

The second star to the right... Shines in the night for you
To tell you that the dreams you plan
Really can come true
The second star to the right... Shines with a light that's rare
And if it's Never Land you need
It's light will lead you there


Twinkle, twinkle little star... So I'll know where you are
Gleaming in the skies above
Lead me to the one who loves me


And when you bring him my way
Each time we say "Goodnight"
We'll thank the little star that shines
The second from the right
(Peter Pan Ost.)

Kamis, 20 Oktober 2011

Don't Stop Me Now


Membenci,
Merasa tak diterima dan balik menghujat.
Aku menjalani hari-hari dengan sepicik ini.

Bahkan jarum pendek dan panjang yang beradu dalam jam dinding itu serasa mengejekku.

Darimana datangnya hujan? Kemana semua kehangatan yang diberi matahari?
Radiasi, aku butuh itu.


Aku hanya mengenal kata 'lawan'.
Selama ini aku berdiang dalam rasa was-was dan beradaptasi dengannya.

Peradaban menenggelamkanku
Dalam sebuah fiksi tanpa judul
Ahh... Aku ingin menyelamatkan diri!


Dalam hati aku bertanya-tanya :
"Sejak kapan ini dimulai?"
"Akankah ini berakhir?"


Pengecut.
Melarikan diri dari segala yang kutakutkan.
Diriku yang sebenarnya, beginikah?


"Hidup bukanlah lelucon, kau tak bisa terus menertawakan segala hal yang kau terima hari ini."
Aku mengingat nasehatmu teman.
Tapi sayangnya aku masih manusia yang sama
Gadis dengan kebodohan yang dengan angkuh kusebut kebijakan

Lalu siapakah yang pantas disebut musuh?
Katakan padaku, katakan padaku.


Aku tak suka drama,
tapi aku bahkan tak menyadari sandiwara yang telah ku mulai.

Tapi tak ada yang perlu disesali
Tak perlu.
Karena hari penentuan itu hampir tiba.


Ini hidupku, ini waktuku untuk bersinar!
Tersenyum dan bangkit.
Aku akan menghadapi semuanya.


Kebencianku,
Rasa takut dan kepengecutanku,
Pergilah menjauh!
Dalam meraih kisah yang sama sekali berbeda
Aku harus menjadi kuat untuk mengantisipasi semua tantangan yang akan datang

Inikah saatnya aku berteriak?
Bisakah kau berteriak bersamaku?


"Jangan hentikan aku sekarang, diriku!"


Hari baru akan kumulai.

Valentine ke 20...




“Pertama kali aku tergugah… Dalam setiap kata yang kau ucap
Bila malam tlah datang, terkadang ingin ku tulis semua perasaan.”

Aku benci terbangun tiba-tiba di pagi hari, saat cahaya matahari dengan teganya menyelinap masuk lewat celah tirai kamarku, memaksa mataku beradaptasi dengan hari yang baru.
Ya! Hari yang baru di bulan februari. Bulan yang menyibukanku dengan atmosfer semester yang baru dan ingatan bahwa tahun terakhirku di bangku perkuliahan semakin dekat. Tak terasa sebentar lagi aku akan meninggalkan status sebagai pelajar dan bergabung dengan dunia orang dewasa. Dunia yang menurutku membosankan karena kau tak bisa bermanja-manja lagi pada orangtuamu, tak bisa bertingkah sembarangan dan melanggar aturan yang kau anggap bodoh, dan tak bisa lagi bersikap masa bodoh pada tanggung jawab yang diberikan padamu. Terkadang aku ingin seperti Peter Pan saja, tak pernah tumbuh dewasa. Tapi kenyataan tak akan pernah seperti itu kan?
            Sampai hari itu tiba mungkin aku akan tetap seperti ini. Gadis yang tak pernah ingin tumbuh dewasa. Mungkin nantinya aku akan belajar untuk menjadi dewasa, tapi aku tak akan pernah melupakan jiwa kekanak-kanakanku.
            Jadi… Lupakan tentang kedewasaan. Era kedewasaan itu tak akan pernah tiba jika aku tak bisa menghadapi hari ini kan?
            Dan begitulah. Aku mengawali hari ini dengan meraba-raba sekeliling tempat tidurku dengan mata yang masih tertutup. Mencari handphone kesayanganku sekedar mengecek apakah ada telepon atau sms yang masuk. Sampai akhirnya sebuah sms dari nomor tak dikenal membuat mataku membuka secara sempurna.

"Hei, selamat valentine ya. Semoga kamu bahagia sama pacar kamu yang baru."

Deg! Sebuah debaran yang familiar mengalir dari dalam tubuhku. Aku memang tak mengenali nomor yang mengirim sms ini, tapi aku tahu pasti siapa yang mengirimnya.
Sudah tiga tahun, dan aku masih belum bisa melupakannya. F, apakah kau baik-baik saja?
*****
“Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa.
Sejenak ku fikirkan untuk ku benci saja dirimu… Namun sulit ku membenci.”

"Ta..."
Aku memanggil namanya, mengawali pembicaran lewat telepon yang kurasa akan menjadi pembicaraan yang sangat lama. Menelpon Tata adalah sebuah rutinitas yang kulakukan apabila aku mengalami hal yang sangat menyenangkan dan juga (lebih sering) hal yang membuatku menangis.
"Kenapa? Ada masalah?"
"Dia sms aku tadi pagi."
"Dia siapa?"
"Dia... Masa lalu..."
"Eh? F kah?"
Aku menghela nafas saat inisial itu disebut. Tata memang tahu segalanya tentang aku dan F. Mulai dari awal perkenalan kami, menyebut satu sama lain sebagai sahabat, dan akhirnya tak bisa lagi berpura-pura untuk menggunakan persahabatan sebagai tameng antara kami. Dan saat perpisahan tiba, kata persahabatan yang dulu pernah kami ucapkan tak lagi teringat. Yang tersisa hanya luka.
“Hellooooo… Masih disana ga sih?” suara Tata yang agak cempreng membuyarkan lamunanku.
“Ahh… iya, Ta.”
“Terus gimana?” pertanyaan Tata yang tiba-tiba membuatku terdiam lagi.
“Aku… Ga tau, Ta…” jawabku akhirnya. Aku memang tak tahu apa yang harus kulakukan. Tiga tahun ternyata tak cukup bagiku untuk memikirkan apa yang harus kulakukan bila Ia kembali lagi.
“Sissy… Kamu masih sayang ngga sama dia?"
"Sayang? Entah... Udah tiga tahun dan aku masih ga bisa ngelupain dia…" jawabku menggantung.
"Tiga tahun ya? Hmm..."
Dan Ia malah bergabung dalam aksi diamku. Entah karena ingin menunggu respon duluan dariku, atau karena Iapun merasakan kebimbangan yang sama. Dan keheningan itu terus berlanjut sampai jam kuliah Tata dimulai sehingga terpaksa kami harus menutup pembicaraan kami.
Lalu disinilah aku, duduk sendirian di salah satu meja kantin sambil bertopang dagu. Ahh... Seharusnya aku tidak membuat Tata pusing dengan masalahku. Pasti sekarang dia jadi tak konsen dengan kelas yang dia ikuti. Aku harus mengirim sms supaya dia tidak khawatir lagi.
Sms, ya sms. Aku juga belum membalas sms si F. Apa sekalian ku balas juga? Tapi... Kalau terus-terusan begini aku tak akan pernah bisa melupakannya kan?
Dan entah mengapa, memori saat kami pacaran dulu serasa berputar mundur di kepalaku. Saat-saat berharga yang kami lewati, kejutan saat aku berumur 17 tahun, serta hadiah valentine yang katanya adalah novel Harry Potter yang berganti rupa menjadi buku kumpulan soal Ujian Nasional. Semuanya masih terasa seperti kemarin. Bunga mawar merah yang Ia berikan juga masih menebarkan wangi yang sama. Tapi, apa kisah kami akan sama seperti dulu? Apa ini bisa dimulai lagi?

"Iya. Happy valday. Btw, apa kabar?"

Ya... Aku sudah menekan tombol send. Dan sepertinya aku harus mengutuk diriku sendiri menjadi batu karena menanyakan kabarnya. Kalau begitu pembicaraan kami akan terus berlanjut kan?

"Kabar aku baik. Semoga kamu juga baik-baik aja disana bareng keluarga sama pacar."

Pacar baru? Kenapa Ia terus menyinggung soal pacar baru? Apa ini sindiran? Atau mungkin sebenarnya dialah yang sudah punya pacar lagi atau bahkan... Menikah?

"Pejamkan mata bila... Ku ingin bernafas lega..."

Jam kuliah hari ini telah berakhir. Aku sempat mengirim sms ke Tata soal sms 'F' tadi dan Tata juga belum bisa memberi solusi untukku. Apa yang harus kulakukan?
Aku tak pernah berpikir bahwa Ia akan kembali lagi. Semuanya sudah berakhir, dan aku juga tak pernah punya niat untuk memulainya lagi. Tapi keraguan yang muncul saat ini membuatku bertanya lagi, apa aku masih menyayanginya?
"Hei! Lama ya nunggunya?" suara seorang gadis yang menghampiri pacarnya tepat di bangku taman di sebelah tempatku duduk membuat lamunanku buyar. Hari ini Valentine kan? Sepertinya aku salah memilih tempat untuk merenung. Hanya menambah sakit hatiku saja melihat beberapa pasangan yang bergandeng tangan dan menghabiskan waktu di taman ini. Berpegangan tangan, aku ingin memegang tangannya. Hanya sekali, dan meminta maaf atas luka yang kutorehkan. Tapi aku tak tahu kapan aku bisa mewujudkan hal itu.

“Dalam anganku aku berada di satu persimpangan jalan yang sulit ku pilih…”

Valentine hampir berakhir dan aku masih tidak bisa menjawab semuanya, dan mungkin tak akan pernah bisa menjawabnya.
Untuk F, semoga kamu bahagia. Aku tak pernah menyesali apa yang telah kita mulai, karena semuanya sangat indah bagiku. Dimanapun kamu berada saat ini, entah sendiri atau berdua, semoga kamu bahagia. Happy Valentine.

“Ku peluk semua indah hidupku. Hikmah yang ku rasa sangat tulus…
Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa namun ada yang hilang separuh diriku.”

Kamis, 06 Oktober 2011

Forum YUI-Indo kembaliiiiii.... XD

Gyahhhhhh...... *mostingnya ga nyante*

Buka-buka twitter, tiba-tiba ada temen YL yang mosting kalo forum YUI-Indo kembali. :3
Senangnya... Bisa ngumpul-ngumpul lagi. :D

Akhirnyaaa....
http://yui-indo.com/forum/index.php kembali sebagai hoshiLover. ><

Avanya pake ini...

Mari mosting. :D

Selasa, 04 Oktober 2011

Yiruma - Elegy (lyric by me)


Indo :

Kicauan burung di bawah jendelaku
Merdu... Membisikkan sindiran yang terselubung
"Kau masih mengingatnya, bukan?"
Dia yang terus membeku dalam ingatan

Sketsa wajahmu dalam diam menetap di tempat yang sama
Tergeletak di sudut kamarku
Menatapku dalam kebisuan...
membisu layaknya ragamu yang telah terkubur dalam tanah

Hidup tak harus melulu berisi kesedihan
Kehilangan seseorang yang kau sayangi, ditinggalkan... Adalah bagian dari alur kehidupan
"Bisakah kau menghadapinya? Bisakah kau melewati semuanya?"
Kicau burung yang merdu masih menyindirku, tanpamu...

Hariku nanti tanpamu... akan baik-baik saja...
Tawaku meledak tanpa alasan
Bau tanah yang bercampur hujan sore itu, menyengat hidungku
Tapi lihat... aku masih bisa bernafas dengan baik

Mencari senyuman yang sempat hilang, menjadi kuat
memang bukan hal yang mudah untuk dihadapi
Cerita lama yang sama... Tentang kita... Tentangmu...
Suatu hari aku akan bisa tersenyum mengenangnya

Hidup tak harus melulu berisi kesedihan
Kehilangan seseorang yang kau sayangi, ditinggalkan... Adalah bagian dari alur kehidupan
"Bisakah kau menghadapinya? Bisakah kau melewati semuanya?"
Kicau burung yang merdu masih menyindirku, tanpamu...

Eng :

Birds singing under my window
Melodious ... Whispered that veiled allusion
"You still remember him/her, right?"
He/She that kept frozen in memories

Sketch of your face silently settled in the same place
Lying in the corner of my room
Looked at me in silence ...
silent like your body that already buried in the soil

Life should not only contain sadness
Losing someone you love, left out ... Is part of the flow of life
"Can you face it? Can you pass it?"
that melodious chirping of birds is still sarcasm, without you ...

Later my days without you ... would be fine ...
I burst out laughing for no reason
The smell of earth mixed with rain that afternoon, stinging my nose
But see ... I still able to breathe properly

Finding a smile that had disappeared, become stronger
indeed not an easy thing to deal with
The same old story ... About us ... About you ...
One day I'll be smiling remember it

Life should not only contain sadness
Losing someone you love, left out ... Is part of the flow of life
"Can you face it? Can you pass it?"
that melodious chirping of birds is still sarcasm, without you ...

(trans gaje via gootrans)

Senin, 03 Oktober 2011

Galeri ga jelas (2)...

Kangen heechul. Jadinya gambar gaje lagi
Udah cukup mirip?
Ga tau juga.
Kemarin gambar siwon malah ga jelas, ckckck.