Kamis, 26 Januari 2012

Menikahlah denganku...

"Kau... menipuku..."
Aku menatap gadis di depanku ini dengan bingung? Menipu? Apa maksudnya?
"Kenapa... Kau pikir hal seperti ini lucu, begitu? Kau pikir mempermainkan perasaan orang lain itu menyenangkan? Kau hebat, Jeremy. Sangat hebat..." lanjutnya lagi dengan nada sinis lalu berusaha untuk melepaskan genggamanku di tangannya dan hendak pergi dari tempat ini, tapi aku semakin mengeratkan genggamanku sehingga ia tak bisa pergi dari sini.
"Sepertinya kau salah paham, Grace..." kataku mencoba tenang.
"Salah paham? Salah paham apa lagi, Jer? Semuanya sudah jelas! Kau meneleponku pagi-pagi dan bicara tentang pernikahan. Lalu akhirnya apa? Ternyata yang menikah bukan kau, tapi saudara kembarmu. Apa-apaan ini?" dengan tatapan tak percaya, Grace mulai menyerangku lagi dengan asumsinya yang sudah jelas keliru. Ya, aku memang meneleponnya pagi ini karena Johan, saudara kembarku, memintaku untuk memberitahu Grace tentang pernikahannya hari ini. Memaksa sebenarnya, karena ia tahu bahwa aku dan Grace sedang saling tidak bicara setelah kejadian Grace yang menolak cintaku. Salahku juga mungkin karena terlalu gugup saat mendengar kata 'Halo...' darinya dan hanya bisa merespon dengan kalimat 'Itu... Pernikahan...'
Ya, sepertinya ini memang salahku.
"Kau tak bisa menjawab? Kalau begitu aku benar, kan? Sudahlah... Lebih baik aku pulang sekarang..."
Putus asa, mungkin itulah dua kata yang bisa menggambarkan keadaan diriku saat melihat Grace yang mulai menghilang di balik pintu. Tapi saat sebaris kalimat yang diucapkan oleh Grace saat emosi tadi terngiang di telingaku, aku tahu aku tak bisa menyerah lagi saat ini.
"Bodoh! Aku mencintaimu!"
Dengan sedikit berlari aku menyusul Grace yang baru saja mencapai gerbang rumahku -ya, pernikahan ini memang dilaksanakan di rumah keluarga kami- lalu menarik lengan Grace dan menyeretnya untuk masuk lagi.
"Hei! Lepas... Lepaskan aku! Aku mau pulang!" Grace mencoba untuk melepaskan genggamanku walau sebenarnya ia tahu usahanya sia-sia, karena akhirnya aku sudah berhasil menggeser Johan dan Sania -mengusir lebih tepatnya- lalu berkata pada penghulu, "nikahkan kami..."
"HAHHHH?!" semua orang yang berada di ruangan tersebut berteriak kaget ke arah kami berdua, kecuali Grace yang hanya bisa melongo saja.
"Ap... Apa..." suara Grace yang terbata-bata membuatku ingin tertawa saja. Kuletakkan tanganku ke puncak kepalanya lalu mengusapnya lembut.
"Ya... Menikahlah denganku..."
Lalu tatapan Grace yang bingung berganti dengan senyuman. Dan satu anggukan yang diberikan olehnya membuatku ingin terbang saat ini. Dengan perlahan aku meraih wajahnya lalu mengarahkan bibirku ke bibirnya, dan...
"Hei... Sepertinya kau lupa ini pernikahan siapa..."
Oh... Sepertinya sekarang bukan saat yang tepat.

2 komentar: