Sabtu, 14 Januari 2012

Kamu manis, kataku...


"Hei, boleh duduk di sini?"
Suara seorang pria mengagetkanku. Dengan cepat aku menyeka air mata yang masih menggantung di pelupuk mata lalu mengangkat kepala. Aku mencoba melihat siapa yang menyapa, tapi wajahnya silau terhalang cahaya matahari.
"Boleh..." kataku sambil bergeser untuk memberinya tempat di sebelahku.
"Terima kasih." katanya pendek. Ia lalu duduk di sampingku dalam diam. Kedua tangannya diletakkan di samping tubuhnya dan bertumpu pada bangku yang kami duduki. Ia bukan tipikal orang yang bisa diam sepertinya. Sedari tadi Ia sering mengayunkan kakinya dan mengetuk-ngetukkan jari-jari tangannya pada bangku, menimbulkan kegaduhan yang jujur saja sangat mengganggu.
“Bisa diam sedikit?”
“Hah?” Ia menolehkan kepalanya padaku sambil mencabut headset yang menancap di telinganya. Ahh… pantas saja.
“Tidak, lupakan saja.”
Kami kembali sibuk dengan dunia kami masing-masing. Tapi itu tak berlangsung lama karena pria itu lagi-lagi menimbulkan bunyi berisik saat membuka bungkusan plastik yang dibawanya. Es krim?
"Kamu mau?"
Sejenak aku menatapnya dengan bingung. Siapa orang ini? Tiba-tiba datang lalu meminta untuk duduk di sampingku, dan sekarang malah menawarkan es krim.  Kutolehkan kepalaku ke kanan dan kiri. Bangku di sebelahku kosong, kenapa orang ini memilih duduk di sebelahku?
“Apa aku mengenalmu?” tanyaku curiga.
“Tidak.”
“Lalu? Kenapa kamu bisa bersikap sok akrab seperti ini padaku?”
“Suka saja. Es krim? Tapi makan sisi yang coklat saja. Yang Strawberry punyaku,” katanya lagi sambil menunjuk batas yang menunjukkan jatah es krim ku dan miliknya.
Satu kotak besar es krim, dengan dua rasa dan dua sendok, sungguh sesuatu yang tidak wajar. Tapi aku seakan lupa nasehat Ibu untuk berhati-hati pada orang asing. Entah kenapa tapi aku merasa nyaman di sampingnya. Aku malah menerima tawarannya untuk berbagi headset. Dan kami berdua pun menyendok es krim yang menjadi jatah masing-masing sambil mendengarkan lagu yang mengalun.
“Ternyata begitu…” kataku tiba-tiba.
“Apanya?”
“Jatuh cinta. Seperti lirik lagu yang tadi, jatuh cinta itu biasa saja…” sambungku lagi sambil menyenandungkan salah satu kalimat dari lagu yang tadi kami dengar.
“Ohh, ya. Kalau begitu cepatlah jatuh cinta padaku.”
“Eh?”
Ia tersenyum lebar sampai gusinya terlihat lalu berkata lagi, “Kan jatuh cinta itu biasa saja. Nanti kalau sakit hatimu sudah hilang, kau jatuh cinta padaku saja, ya?” dan aku hanya bisa terbengong-bengong dibuatnya.
“Ya sudah. Aku pulang… jangan lupa untuk jatuh cinta padaku, ya?” katanya sambil bangkit berdiri lalu mengulurkan jari kelingkingnya padaku. “Ya?”
Dan aku tertawa. Entah terhipnotis atau apa, aku menjulurkan jari kelingking dan menjawab, “Ya.”
Lalu Ia pun melambaikan tangannya sambil tertawa lagi dan berlari meninggalkanku. Sayup-sayup aku masih mendengar sorakannya dan mendadak tersenyum. Patah hati lalu jatuh cinta, apakah ini bisa terjadi hanya dalam hitungan jam? Walau semua masih tanda tanya, tapi kurasa itu mungkin saja terjadi, karena kamu manis. Karena kamu manis, kataku.

4 komentar:

  1. Kayanya klo gw jadi cewe yang disini ga bakal bisa begitu deh. Apalagi klo sampe nawarin makanan, ingetannya langsung ke orang yang suka ngehipotis :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga sih. :|
      Tapi ya gitu deh.
      Yang nawarin ganteng jadinya saya nerima-nerima aja. *loh?

      Hapus
    2. Waahh... Stany lemah sama orang ganteng ternyata *kode buat pada cowo* :p

      Hapus
    3. Wkwkwk XD
      Maklum lah, Tam. Kan jomblo. *ups

      Hapus