Jemariku menari
dengan lincah di atas piano yang kumainkan. ‘Melodies of the wind’, begitulah
lagu ini kami namakan. Kami, aku dan Alena. Judul lagu yang pertama sekaligus terakhir
yang sempat kami ciptakan bersama-sama.
Alena adalah gadis yang periang. Pertemuan
kami berawal dari orang tua Alena yang memintaku untuk menjadi guru les piano
untuk Alena. Pembawaan Alena yang menyenangkan dan suka bercanda membuat kami
cepat akrab. Terlalu akrab sampai akhirnya membuatku melakukan sebuah
kesalahan. Menjadikannya kekasih.
“Jangan lupa jemput Arya ya,
sayang. Jam dua belas dia pulang sekolah…” istriku, Linda, tiba-tiba muncul
dari balik pintu, mengingatkan tugasku untuk menjemput anak kami Arya yang baru
duduk di bangku sekolah dasar kelas empat SD.
Sekarang kalian tahu letak
kesalahanku dimana? Ya, aku berpacaran dengan Alena padahal jelas-jelas aku
sudah beristri. Tapi akhirnya aku menyadari kesalahanku dan meninggalkan Alena.
Walaupun sebenarnya tak tega saat melihatnya menangis namun hanya inilah
keputusan yang terbaik. Cinta antara aku dan Alena memang tak seharusnya
terjadi. Tapi ternyata hal tersebut tak bisa diterima dengan mudah oleh Alena.
Ia memutuskan untuk bunuh diri setelah perpisahan kami.
“Kau memainkannya…”
Sebuah bisikan terdengar di
telingaku. Suara yang sangat familiar. Alena…?
“Kau masih rindu padaku, kan?”
bisikan itu terdengar lagi. Tapi walaupun kutolehkan kepalaku berkali-kali ke
belakang atau ke samping, sosok Alena tak akan pernah ada.
Bulu kudukku merinding, dengan
cepat aku berdiri dan hendak meninggalkan piano tersebut. Tapi entah mengapa
kedua mataku tiba-tiba tertuju pada cermin besar di depan piano. Dan di sana
ada Alena, melayang-layang di belakangku sambil merangkulku dari belakang.
Bibirnya menyunggingkan senyuman lebar ke arah cermin, tepat menatap ke arah bayangan
diriku yang membeku.
“Aku sudah bilang kan? Aku akan selalu bersamamu selamanya. Aku akan
mencintaimu selamanya. Dan tentang lagu ini, aku juga sudah mengatakannya
padamu, ‘Melodies of the wind’, ini bukan judul terakhir dari lagu yang akan
kita ciptakan…”
***
"Sayang... Kamu ga jadi jem..." kata-kata Linda tiba-tiba terhenti. Dan akhirnya ia berteriak keras setelah menyadari apa yang terjadi. Suaminya, Rino, tergeletak di lantai... tanpa nyawa.
Keren! ;)
BalasHapusGa serem gitu? *gagalnulisffhorror*
HapusSerem...
BalasHapusKlo masih hidup sih posesif oke, tapi klo udah mati tetep posesif juga... seremmmm >.<
Akhirnya ada yg komen serem. :p
Hapus