Sabtu, 04 Februari 2012

Macchiato

Bila cinta bisa diumpamakan sebagai secangkir kopi?



Mataku berkeliling ke seluruh sudut cafe ini. Sepi, hanya ada sepasang muda-mudi yang duduk dekat pintu dengan dua gelas es kopi, seorang pria di meja sebelah dengan penampilan ala pebisnis muda yang bersembunyi di balik koran, dan ada aku, gadis yang duduk di sudut cafe dengan dahi yang saling bertaut.
"Mau pesan apa, Mbak?" pelayan yang berdiri sambil memegang notes kecil itu tersenyum padaku. Senyum yang sama sejak 10 menit yang lalu saat ia memberikan daftar menu yang ku tatap dengan wajah bingung.
"Ahh... Macchiato saja..." buru-buru aku mengucapkan salah satu nama kopi yang terakhir ku lihat. Aku memilih secara acak sebenarnya. Jujur, aku tak pernah minum kopi di cafe seperti ini. Aku bahkan tak suka kopi. Namun mata dan kakiku malah membawaku ke dalam cafe yang sebagian besar menunya tak dapat ku mengerti. Hanya untuk mencari sebuah kebenaran.
"Latte atau Espresso?" tanya si pelayan lagi.
"Terserah saja..."
"Baik." Pelayan tersebut terlihat menulis sesuatu pada notesnya, sebelum akhirnya tersenyum dan berlalu dari hadapanku.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh bagian cafe dan mulai merasa putus asa. Mengapa kebenaran itu tak kunjung datang?
"Satu cangkir Espresso Macchiato, silakan..." kata pelayan tadi sambil meletakkan secangkir kopi berwarna kecoklatan yang masih mengepul. Dengan canggung aku mengaduk kopi tersebut, membuat bagian berwana putih yang terkumpul di tengahnya bercampur dengan warna coklat lalu meminumnya.
‘Pahit.’
Aku mencoba untuk mengaduk kembali Macchiato yang pahit itu, mengira bahwa mungkin saja kopi itu belum tercampur dengan benar. Tapi tetap saja rasa pahit yang ku kecap saat cairan kecoklatan itu menyentuh lidahku.
Tiba-tiba lonceng pada pintu cafe berbunyi, pertanda ada pelanggan yang masuk. Dan sosok yang ku nanti sedari tadi kini berjalan masuk ke dalam cafe ini. Rehan, mantan pacar yang masih ku sayangi, berjalan ke arah meja di sudut lain dari cafe ini. Tangannya melambai ke arah pelayan yang melayaniku tadi.
Mataku pedih, air mata mulai menggenang di sana. Ada sesuatu yang lebih dari kedua insan berlainan jenis itu. Mata Rehan yang berbinar dan wajah pelayan tersebut yang tersipu menjelaskan semuanya. Seharusnya aku sadar bahwa hubungan kami memang sudah tak bisa kembali seperti dulu. Hanya aku yang terus berharap kalau dia akan kembali padaku. Namun dia sendiri? Tidak.
Macchiato yang baru ku minum seperempat seperti cinta yang ku rasakan saat ini. Pahit, tapi aku tetap bertahan untuk meminumnya. Namun sekarang aku harus menghentikan keduanya, menanti Rehan dan meminum Macchiato ini.
"Kau lupa menambahkan brown sugar..."
"Eh?" aku menoleh ke arah suara tadi. Sebuah senyuman muncul di balik koran yang ku kenali sebagai koran sore, dan sang empunya senyuman menunjuk dua bungkus kertas kecil bertuliskan 'Brown Sugar' di atas meja yang tak ku perhatikan sejak tadi.
"Harusnya kau menambahkan itu sebelum kau meminumnya..." katanya lagi. Rupanya dari tadi ia memperhatikanku yang meminum Macchiato tanpa brown sugar. Dan ternyata benar. Aku bisa merasakan rasa manis saat brown sugar menyatu dengan Macchiato. Walau masih terasa sedikit pahit, tapi ini lebih baik.
"Benar, kan?" pria itu tersenyum lagi lalu kembali menyibukkan dirinya dengan koran yang sempat dilepaskannya sejenak. Dan aku tersenyum.
Macchiato di cangkirku telah habis, derai tawa Rehan dan gadis pelayan itu terdengar. Memang masih terasa pahit... tapi aku tahu. Selama masih ada brown sugar sebagai pemanis bagi Macchiato, begitu pula cinta yang baru akan memaniskan hari-hariku lagi. Suatu hari...

4 komentar:

  1. Bitter sweet :D

    Bagus nih. Tapi panjangin aja, jangan cuma ff. Nanggung nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gara-gara minum Macchiato di J*o. Hahah XD
      Haduhh... Mampunya cuma smpe di ff, tam. Kalo cerpen takutnya ntar malah gaje ceritanya. :p

      Hapus
  2. entah kenapa, saya selalu seuka dnegan cerita-cerita seperti ini, keep update ya...

    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan yang galau? Ehehehe. :p
      Makasih, ya. :D
      Ga nyangka ada orang lain yang baca selain teman saya yang di atas. :)

      Hapus