Sabtu, 18 Februari 2012

Susu Jahe

               Kalau orang bertanya, “seperti apa hubunganmu dengannya?” Aku pasti akan menjawab, “sesering aku meminum susu jahe di pagi hari.”
                Di saat semua anak gadis menghabiskan sebagian besar waktunya bersama sosok tersebut, aku malah lebih banyak mengurung diri di dalam semesta pribadiku (baca : kamar). Hal inilah yang membuat jarak antara kami berdua. Seiring umurku yang kian bertambah, selera kami menjadi benar-benar berbeda. Dulu aku akan menurut saja saat dia memilihkan baju yang manis dengan renda-renda atau hiasan beraneka ragam. Tapi sekarang selera kami bertolak belakang. Ibarat magnet, kami berada di kutub yang sejenis sehingga saling tolak-menolak.
                Satu hal yang bisa membuat ketegangan itu sedikit reda adalah susu jahe yang dibuatnya untukku setiap hari.
“Supaya kamu tidak batuk-batuk lagi,” katanya.
Ya, aku memang jadi sering sakit sejak masuk kuliah. Biasanya hanya flu atau batuk, tapi sering dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena itulah ia mulai membuatkan segelas susu jahe untukku setiap pagi. Rasanya manis tapi juga ada rasa pedas saat minuman itu menyentuh lidahku. Walaupun aku selalu menolak untuk meminumnya, tapi aku tak bisa berbohong tentang fakta bahwa aku menyukai sensasi hangat pada tenggorokanku setiap kali cairan tersebut mengalir di dalamnya. Minuman ini benar-benar mewakili dirinya. Omongannya terkadang pedas, seperti jahe. Tapi aku tahu ada rasa hangat dari jahe yang memenuhi tenggorokanku, seperti kebaikan yang selalu diberikannya padaku.
“Kesedihan itu terasa hangat
Jika kita bergandengan.
Kelembutan itu jika aku berada di sampingmu.
Hei, aku mungkin bahagia karena… aku memilikimu.”*
                Aku akan selalu merindukan susu jahe buatanmu, Ibu.

Note :
* : Potongan lirik lagu YUI - To Mother

4 komentar: