Kalau orang bertanya, “seperti
apa hubunganmu dengannya?” Aku pasti akan menjawab, “sesering aku meminum susu
jahe di pagi hari.”
Di saat semua anak gadis menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama sosok tersebut, aku malah lebih banyak mengurung
diri di dalam semesta pribadiku (baca : kamar). Hal inilah yang membuat jarak antara
kami berdua. Seiring umurku yang kian bertambah, selera kami menjadi
benar-benar berbeda. Dulu aku akan menurut saja saat dia memilihkan baju yang
manis dengan renda-renda atau hiasan beraneka ragam. Tapi sekarang selera kami bertolak
belakang. Ibarat magnet, kami berada di kutub yang sejenis sehingga saling
tolak-menolak.
Satu hal yang bisa membuat
ketegangan itu sedikit reda adalah susu jahe yang dibuatnya untukku setiap hari.
“Supaya kamu
tidak batuk-batuk lagi,” katanya.
Ya, aku memang jadi sering sakit sejak masuk kuliah. Biasanya hanya flu
atau batuk, tapi sering dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena itulah ia
mulai membuatkan segelas susu jahe untukku setiap pagi. Rasanya manis tapi juga
ada rasa pedas saat minuman itu menyentuh lidahku. Walaupun aku selalu menolak
untuk meminumnya, tapi aku tak bisa berbohong tentang fakta bahwa aku menyukai
sensasi hangat pada tenggorokanku setiap kali cairan tersebut mengalir di
dalamnya. Minuman ini benar-benar mewakili dirinya. Omongannya terkadang pedas,
seperti jahe. Tapi aku tahu ada rasa hangat dari jahe yang memenuhi
tenggorokanku, seperti kebaikan yang selalu diberikannya padaku.
“Kesedihan itu terasa hangat
Jika kita bergandengan.
Kelembutan itu jika aku berada di sampingmu.
Hei, aku mungkin bahagia karena… aku
memilikimu.”*
Aku akan selalu merindukan susu
jahe buatanmu, Ibu.
Note :
* : Potongan lirik lagu YUI - To Mother
kereen..
BalasHapusjadi pengen susu jahe.. :D
keren di mananya? --a
Hapuskeren di analogi susu jahe sama ibunya.. ^_^d
HapusMakasih :D
Hapus