Mataku menyipit saat menangkap
cahaya matahari yang menyilaukan di atas sana. Secara refleks aku mengangkat
tangan kananku sekedar menahan cahaya matahari yang menerpa, tapi mataku malah
kelilipan pasir yang menempel pada telapak tanganku.
“Akh!” aku
menjerit saat pasir tersebut memberikan efek kesakitan pada mataku. Baru
beberapa menit kemudian mataku bisa melihat dengan jelas lagi dan menangkap
warna biru pada laut di depanku. Laut pada pukul dua belas siang memang
terlihat paling berkilau. Siapa bilang bintang hanya ada di malam hari? Ada begitu
banyak kilauan yang menyerupai bintang di laut sana.
Liburan musim panas sudah tiba. Rata-rata
teman di kampusku sudah merencanakan ke mana mereka akan berlibur, tapi aku? Yang
terpikir di otakku saat musim panas tiba hanyalah laut, karena laut adalah
tempat yang penuh kenangan untukku dan dia. Laut pula yang memisahkan kami berdua,
aku dan Hayashi. Demi mengejar mimpi kami masing-masing, aku harus merelakannya
pergi menuntut ilmu ke Amerika.
“Ahh…” aku
menghembuskan nafas dengan lesu saat mengingat jarak kami yang sedemikian jauh.
Aku di Jepang, Hayashi di Amerika. Kami memang masih bisa saling menelepon atau
saling mengirim e-mail, tapi kurasa itu tidak cukup. Aku butuh dirinya secara
utuh, bukan hanya kata-kata yang ditulisnya ataupun suara.
“Saat kau berlari ke arahku,
Aku melihat perasaan yang jujur terpantul
dari punggungmu.
Dari belakang T-shirtmu,
Aku melihat taburan cahaya bagaikan
keajaiban.”*
Sebuah lagu
mengalun dari ear phoneku. Apa kau ingat? Ini adalah lagu kesukaan kita. Kita sering
memutarnya berulang-ulang saat menanti matahari terbenam sambil bercengkrama di
pantai ini. Nostalgia masa-masa sekolah selalu
membuatku ingin tersenyum, sekaligus merasa kehilangan.
Matahari mulai turun dari
singgasananya. Sekali lagi aku menghembuskan nafas lesu sebelum berbalik dan
beranjak meninggalkan tempat ini. Namun betapa kagetnya diriku saat melihat
sosok yang berdiri di hadapanku.
“Hayashi?”
Hayashi
tersenyum kepadaku, lalu mengangkat kedua tangannya dan membentuk bingkai
dengan jari telunjuk dan ibu jari. Seperti memotret sosok diriku yang telah
berlari untuk memeluk dirinya.
Matahari musim panas masih
memberi cahaya oranye, warna-warni perahu nelayan masih bercampur dengan
birunya laut, tapi hanya satu warna yang memenuhi hatiku saat ini. Warna putih,
warna T-shirt Hayashi yang menempel di wajahku.
“Okaeri,
Hayashi-kun…”**
Liburan musim panas baru saja
dimulai.
Note :
* : Potongan lagu YUI – Summer Song
** : Selamat datang kembali (Welcome home),
Hayashi-kun…
*** : -kun : Akhiran yang ditambahkan pada nama
(biasanya pada laki-laki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar