Jumat, 17 Februari 2012

Re-"Summer Song"


                Mataku menyipit saat menangkap cahaya matahari yang menyilaukan di atas sana. Secara refleks aku mengangkat tangan kananku sekedar menahan cahaya matahari yang menerpa, tapi mataku malah kelilipan pasir yang menempel pada telapak tanganku.
“Akh!” aku menjerit saat pasir tersebut memberikan efek kesakitan pada mataku. Baru beberapa menit kemudian mataku bisa melihat dengan jelas lagi dan menangkap warna biru pada laut di depanku. Laut pada pukul dua belas siang memang terlihat paling berkilau. Siapa bilang bintang hanya ada di malam hari? Ada begitu banyak kilauan yang menyerupai bintang di laut sana.

                Liburan musim panas sudah tiba. Rata-rata teman di kampusku sudah merencanakan ke mana mereka akan berlibur, tapi aku? Yang terpikir di otakku saat musim panas tiba hanyalah laut, karena laut adalah tempat yang penuh kenangan untukku dan dia. Laut pula yang memisahkan kami berdua, aku dan Hayashi. Demi mengejar mimpi kami masing-masing, aku harus merelakannya pergi menuntut ilmu ke Amerika.
“Ahh…” aku menghembuskan nafas dengan lesu saat mengingat jarak kami yang sedemikian jauh. Aku di Jepang, Hayashi di Amerika. Kami memang masih bisa saling menelepon atau saling mengirim e-mail, tapi kurasa itu tidak cukup. Aku butuh dirinya secara utuh, bukan hanya kata-kata yang ditulisnya ataupun suara.
“Saat kau berlari ke arahku,
Aku melihat perasaan yang jujur terpantul dari punggungmu.
Dari belakang T-shirtmu,
Aku melihat taburan cahaya bagaikan keajaiban.”*
Sebuah lagu mengalun dari ear phoneku. Apa kau ingat? Ini adalah lagu kesukaan kita. Kita sering memutarnya berulang-ulang saat menanti matahari terbenam sambil bercengkrama di pantai ini.  Nostalgia masa-masa sekolah selalu membuatku ingin tersenyum, sekaligus merasa kehilangan.
                Matahari mulai turun dari singgasananya. Sekali lagi aku menghembuskan nafas lesu sebelum berbalik dan beranjak meninggalkan tempat ini. Namun betapa kagetnya diriku saat melihat sosok yang berdiri di hadapanku.
“Hayashi?”
Hayashi tersenyum kepadaku, lalu mengangkat kedua tangannya dan membentuk bingkai dengan jari telunjuk dan ibu jari. Seperti memotret sosok diriku yang telah berlari untuk memeluk dirinya.
                Matahari musim panas masih memberi cahaya oranye, warna-warni perahu nelayan masih bercampur dengan birunya laut, tapi hanya satu warna yang memenuhi hatiku saat ini. Warna putih, warna T-shirt Hayashi yang menempel di wajahku.
“Okaeri, Hayashi-kun…”**
                Liburan musim panas baru saja dimulai.

Note :
* : Potongan lagu YUI – Summer Song
** : Selamat datang kembali (Welcome home), Hayashi-kun…
*** : -kun : Akhiran yang ditambahkan pada nama (biasanya pada laki-laki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar