Semilir angin
sore membuat sepasang mata terkantuk-kantuk. Joko, tengah duduk di serambi
kost-kostannya sambil bersiul. Sore-sore begini biasanya jadwal si Marni
bergosip dengan Ibu kostnya, dan Joko tak mau ketinggalan satu moment pun untuk
menggoda si pembantu sebelah rumah itu.
Pucuk di
cinta, ulam pun tiba. Tiba-tiba terdengar bunyi pagar yang ditutup dari rumah
sebelah. 'Itu pasti Marni!' Joko bersorak dalam hati.
“Sore, Marni…” Joko mulai mempraktekan jurus-jurus mautnya saat sosok Marni
muncul di depan pagar. Dia tak tahu saja kalau si Marni sudah jengah sama
lagaknya. Walaupun Marni berstatus pembantu yang sekolahnya cuma tamatan SD,
tapi ia juga punya tipe ideal sendiri. 'Joko? Ga lepel!' begitu kata si Marni
setiap kali ditanya sama pembantu satu kompleks.
Dengan cuek Marni melewati Joko. Tak peduli pada tampang memelas yang tampak
pada wajah Joko dan bergegas menuju teras rumah Tante Wati -Ibu kostnya Joko-
untuk memulai ritual pergosipan mereka.
Lalu
bagaimana dengan si Joko? Lagi-lagi ia harus menggambar lambang hati retak di
tanggal hari ini. Ia patah hati lagi.
***
“Bete gue…”
besoknya, Joko langsung curhat sama sahabatnya Adam. Dengan sogokan berupa es
teh dan sepiring pisang goreng, akhirnya Adam mau juga mendengarkan keluh-kesah
Joko yang kurang lebih sama kayak kemarin.
“Lahh… Kenapa lo? Perasaan
kemarin klub bola kesayangan lo menang.”
“Biasa… Cinta bikin galau.”
Adam tertawa
mendengar pengakuan sahabatnya Joko yang sudah putus asa sama yang namanya
cinta. Mungkin kalau Mojo Jojo sudah berhasil menguasai bumi dan Powerpuff
Girls terpaksa pensiun, si Joko bisa milih antara Blossom, Buttercup dan
Bubbles buat dipacarin. Pas Adam bilang ke Joko soal macarin Powerpuff Girls,
si Joko malah dengan polosnya nanya, "anak kampus mana tuh, Dam? Kenalin
dong..."
Poor Joko.
Namanya Joko,
lengkapnya Joko Suherman. Kuliah di fakultas Tenik jurusan Arsitektur semester
empat. Sebenarnya tampang Joko tak jelek-jelek amat. Otaknya juga lumayan. Cuma
tak tahu kenapa cewek-cewek di kampus ogah dekat-dekat sama si Joko. Entah dosa
apa yang dibuat Joko di kehidupan sebelumnya. Sampai-sampai reinkarnasinya
harus jadi jomblo sejak ia menatap dunia.
"Hai!" Dea, sahabat
Joko yang lain sekaligus berstatus sebagai pacar Adam tiba-tiba menyeruak masuk
antara mereka. Dea dan Adam baru saja jadian seminggu yang lalu, yang berarti
Joko harus melewati Valentine tahun ini sendirian (kecuali kalau ia bersedia
jadi obat nyamuk pas Adam sama Dea mesra-mesraan.)
Joko, Adam
dan Dea sudah bersahabat sejak kecil. Rumah mereka pun berdekatan jadinya
mereka sering main bareng. Sampai akhirnya pas awal semester empat Adam nembak
Dea. Gagal sudah usaha Joko untuk memilikinya. Ungkapan yang nyata memang lebih
mendapatkan hasil daripada menyimpannya dalam hati.
Lagi-lagi poor Joko.
Tentang Joko
yang tak kunjung pacaran, Dea yang anak Kedokteran dengan jeniusnya memention akun Joko di Twitter saat salah
satu akun kumpulan anak Kedokteran membahas tentang 'Jomblo Kongenital'.
"Nih dia orangnya -----> @JokoGantengBGT RT @Xxxxxx:
Mention teman kamu yang jomblo kongenital alias belum pernah pacaran sejak
lahir."
Begitulah isi tweet Dea. Jomblo
kongenital, istilah keren (yang sebenarnya tidak keren sama sekali) untuk jomblo
yang tak pernah pacaran sejak lahir. Cocok banget sama namanya yaitu Joko,
singkatan jomblo kongenital. Image Joko di Twitter langsung hancur seketika
saat teman-temannya dengan keji meretweet tweet Dea. Jadilah kasta Joko yang
awalnya 'ganteng banget' turun jadi 'ga laku banget'. Ahh... Dunia memang tak
adil. Kenapa sahabatnya malah tambah memojokkannya?
Lagi dan lagi... Poor Joko.
"Lagi ngomongin
apaan?" tanya Dea sambil menyeruput es teh milik Adam.
"Biasa... Si Joko patah
hati lagi tuh sama Marni." Adam merebut botol es teh dari tangan Dea lalu
menyeruputnya. Sebenarnya pasangan macam apa sih mereka?
"Ya... Ya... Ledekin aja
terus. Tau deh yang udah pacaran." Joko mendengus kesal melihat kelakuan
pasangan jahil di depannya, dan yang disindir bukannya minta maaf malah
terkekeh-kekeh. Mereka baru mau diam saat Joko mengangkat botol es teh yang
kosong dan mengarahkannya kepada mereka.
"Jadi gimana?" Dea
kembali mengisi kekosongan antara mereka -setelah tragedi botol es teh- dengan
suaranya yang ceria.
"Gimana apanya?" tanya
Joko dan Adam berbarengan.
"Valentine? Joko kan ga
punya pacar. Hehh! Dengerin dulu!" Dea berseru galak saat Joko hendak
meraih botol es teh tadi.
Dea melanjutkan, "jadi...
Gimana kalo Joko jalan sama temen gue aja. Namanya Sandra, anak kedokteran
juga, plus belum punya pacar."
Ting! Tiba-tiba wajah Joko
langsung sumringah. Bagaikan mendapat pencerahan ia langsung menari-nari di
atas meja kantin. Untung tindakannya bisa dihentikan oleh Adam dan Dea, kalau
tidak Joko pasti sudah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.
"Oke! Kenalin dia sama gue,
Dea! Kenalin!"
Dan rasanya
Joko ingin segera pulang ke rumah, saat kertas bertuliskan nomor telepon Sandra
berada di tangannya.
***
Valentine
tiba dengan manisnya. Kalender Joko kini tak lagi dihiasi dengan gambar hati
retak. Malahan ada gambar hati berhias bunga-bunga pada tanggal hari ini.
Tanggal 14 Februari, Valentine's Day, akhirnya Joko tak sendirian lagi. Kini
ada Sandra yang menemaninya melewati hari ini.
Ohh…
Senangnya...
Joko menatap
cermin di hadapannya dengan gaya ternyata-gue-ganteng-juga miliknya. Ia sudah
menyemprotkan parfum sebanyak empat kali, menyisir rambut gaya masa kini, dan
menabung -ini yang penting- untuk mentraktir Sandra.
"Sip!" Joko berseru
pada refleksi dirinya di cermin lalu meraih kunci mobil.
"Jatuh cinta... Berjuta
rasanya..." Lagu lama milik Titiek Puspa mengalun dari radio di mobilnya.
Rencananya hari ini dia dan Sandra bakalan double date dengan Adam dan Dea. Dea
dan Adam katanya sudah sampai di tempat janjian. Tinggal dia dan Sandra saja
yang belum.
Hati Joko berbunga-bunga saat Sandra muncul di balik pintu. Sandra memang
cantik, senyumnya pun manis. Ternyata ada gunanya juga dia sahabatan sama Dea.
Kirain Dea Cuma bisa jadi Ratu Iblis yang suka ngejahilin dia saja. Joko harus
berterimakasih pada Dea atas hal ini.
“Sudah siap berangkat, tuan
putri?” Joko menatap Sandra yang berdiri di depannya. Gaun selutut berwarna
merah muda terlihat sangat pas membalut tubuh Sandra.
“Ya…” jawab Sandra pendek
diiringi dengan senyuman di bibirnya. Joko membalas senyuman Sandra dan
menggenggam tangannya lalu mengajak Sandra menuju mobil. Hari ini baru saja
dimulai, kawan!
***
"Kita temanan aja ya, Dam..." kata Dea lirih, matanya tak beralih
dari sosok Joko dan Sandra yang sedang tertawa di depan mereka. Malam ini
seharusnya menjadi malam yang indah bagi mereka. Tapi sayangnya semuanya
menjadi berantakan saat Dea mengakui perasaannya yang sebenarnya pada Adam.
"Kenapa? Aku salah
apa?" mata Adam mulai berkaca-kaca. Ia tak mengerti tentang apa yang
barusan dikatakan oleh Dea.
"Aku... Aku... Aku cintanya
sama Joko... Bukan kamu..."
Wajah Adam serasa ditampar.
Pantas saja Dea selalu menolak saat Adam menggandeng tangannya. Ternyata
cintanya hanya untuk Joko.
“Maaf, Dam. Aku harus mengakhiri
semua kebohongan ini.” Dea berjalan menuju Joko dan Sandra. Dengan kasar ia
melepas genggaman Joko pada Sandra.
“Lo kenapa sih, Dea?” Joko
memandang Dea dengan tatapan penuh amarah. Tega-teganya Dea mengahancurkan
kencan pertamanya dengan Sandra.
“Aku suka sama kamu, Joko…” Dea
menatap Joko nanar. Air mata mulai berjatuhan dari matanya. Semuanya harus
dikatakan sekarang. Ia tak ingin terus terluka melihat Joko yang bermesraan
dengan Sandra.
“Hah?!”
“Aku suka sama kamu. Bukan
Adam…”
Pengakuan Dea yang terlalu tiba-tiba, tatapan Adam yang serasa ingin memakan
Joko, dan genggaman Joko yang sudah terlepas dari jemari Sandra. Semuanya
terasa tak benar sekarang.
"Maaf, Dea. Gue ga bisa
nerima cinta lo." Joko berlalu dari hadapan Dea. Persahabatan mereka
melebihi apapun yang ada di dunia ini. Dulu mungkin ia akan merasa sangat
bahagia saat Dea berkata seperti ini. Tapi sekarang ia sudah merelakan Dea
untuk dimiliki Adam. Kenapa cinta bisa mempermainkan mereka seperti ini?
***
Dea menatap
bangku kosong di hadapannya. Biasanya ada Joko dan Adam yang menemaninya saat
makan di kantin. Tapi sekarang? Semuanya berubah setelah pengakuan Dea di hari
Valentine.
“Aku suka sama kamu. Bukan Adam…”
Sebaris kalimat yang
diucapkannya kembali terngiang di telinganya. Dea ingin sekali memutar waktu
dan kembali ke hari itu. Mencegah agar kalimat tersebut tak terucap dari
bibirnya. Tapi semuanya sudah terlambat. Mereka bertiga kini tak lebih dari
orang asing yang tak saling mengenal. Cinta benar-benar membuatnya galau.
"Dea..." tiba-tiba
Sandra muncul dan duduk di sampingnya. Ia memandang Dea dengan tatapan
prihatin, lalu menepuk pundak Dea perlahan.
"Gue udah putus sama
Joko."
"Kenapa?"
"Ga usah gue bilang juga lo
udah tahu alasannya, kan? Yang cinta sama Joko itu elo, bukan gue..."
Kalimat terakhir yang diucapkan
oleh Sandra membuat Dea sadar. Ya, dialah yang meminta Sandra untuk jadian
dengan Joko. Karena pikirnya kalau Joko punya pacar, dia pasti bisa melupakan
Joko dan mulai mencintai Adam. Tapi ternyata perkiraannya salah.
"Semua udah terlambat, San.
Joko udah ga mau lagi ketemu sama gue. Adam juga..." Dea menghapus air
mata yang jatuh di pipinya lalu mengangkat setumpuk buku yang baru dipinjamnya
dari perpustakaan dan berjalan meninggalkan Sandra. Kenangan tentang
persahabatannya dengan Adam dan Joko berputar dalam otaknya. Kenapa selama ini
ia begitu egois dan mementingkan perasaannya sendiri? Lihat! Semuanya jadi
runyam seperti ini.
"Ga pernah ada kata
terlambat dalam persahabatan, Dea!" teriakan Sandra kali ini membuat
langkah Dea terhenti sejenak. Ia berbalik dan menatap wajah teman kampusnya
itu, lalu mereka tersenyum satu sama lain.
Dea kembali menyusuri area
kampus, hendak menuju ke kelas. Ia berjalan dengan kepayahan karena tumpukan
buku yang terasa berat di tangannya. Dan tak bisa dicegah buku-buku tersebut
pun jatuh dari genggamannya.
“Harusnya kamu minta tolong kalo
ga mampu…” dua pasang tangan terulur di depannya dan memungut buku yang jatuh
tadi. Dan saat Dea mengangkat kepalanya, dua wajah tersebut tersenyum
kepadanya. Adam dan Joko, sahabatnya yang sempat meninggalkannya, kini kembali
berada di sisinya.
***
Semilir angin sore membuat tiga pasang mata terkantuk-kantuk. Seorang gadis
terlihat bersandar di bahu lelaki di sampingnya, sementara di sisi berlawanan
pria lainnya tengah menggenggam tangannya. Matahari mulai terbenam di ufuk
barat, membuat langit menjadi kemerahan seiring datangnya senja.
Sudah tiga
bulan sejak peristiwa Valentine galau tersebut. Joko sudah tahu siapa itu
Powerpuff Girls dan mencoret nama tersebut dari list incarannya lalu mulai
gencar mencari pacar lewat Twitter, Adam sudah punya pacar baru yaitu Sandra
-ternyata Sandra naksirnya sama Adam-, dan Dea akhirnya naksir sama asisten
dosen yang mirip artis Korea idolanya.
Joko, Dea dan Adam tersenyum melihat matahari yang semakin tertelan oleh bumi.
Tak bersedih, karena mereka tahu besok matahari akan menyapa mereka lagi.
Cinta bikin
galau? Itu dulu. Sekarang mereka tahu hal yang lebih penting daripada bergalau
ria karena cinta. Persahabatan.
Ehmm... Stan, kalo menurut gw unsur komedinya masih kurang nih, hehehe..
BalasHapusKetutup sama unsur galau dan dramanya. :)
Ceritanya sih bagus banget, dan skrg gw bener2 yakin kalo u pecinta hepi ending. Wkwkwk
Oh,iya.. Pas awal2, gw sempet ngira Joko itu supir atau tukang kebun. :3
Wkwkwk.
HapusKarya komcin pertama brarti gagal. :p
Iya.. Pecinta happy ending. Hihi~ kalo gitu komcin selanjutnya Sad end deh. #plak
Supir??? Tukang kebun????? :O
Gara2 naksir sama Marni ya?
Iya dia naksir Marni krna udah nyerah nyari pacar di kampus. Jadinya turun level ke Marni. :p