Rabu, 08 Februari 2012

Cinta Bikin Galau


Semilir angin sore membuat sepasang mata terkantuk-kantuk. Joko, tengah duduk di serambi kost-kostannya sambil bersiul. Sore-sore begini biasanya jadwal si Marni bergosip dengan Ibu kostnya, dan Joko tak mau ketinggalan satu moment pun untuk menggoda si pembantu sebelah rumah itu.
Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Tiba-tiba terdengar bunyi pagar yang ditutup dari rumah sebelah. 'Itu pasti Marni!' Joko bersorak dalam hati.
            “Sore, Marni…” Joko mulai mempraktekan jurus-jurus mautnya saat sosok Marni muncul di depan pagar. Dia tak tahu saja kalau si Marni sudah jengah sama lagaknya. Walaupun Marni berstatus pembantu yang sekolahnya cuma tamatan SD, tapi ia juga punya tipe ideal sendiri. 'Joko? Ga lepel!' begitu kata si Marni setiap kali ditanya sama pembantu satu kompleks.
            Dengan cuek Marni melewati Joko. Tak peduli pada tampang memelas yang tampak pada wajah Joko dan bergegas menuju teras rumah Tante Wati -Ibu kostnya Joko- untuk memulai ritual pergosipan mereka.
Lalu bagaimana dengan si Joko? Lagi-lagi ia harus menggambar lambang hati retak di tanggal hari ini. Ia patah hati lagi.
***
“Bete gue…” besoknya, Joko langsung curhat sama sahabatnya Adam. Dengan sogokan berupa es teh dan sepiring pisang goreng, akhirnya Adam mau juga mendengarkan keluh-kesah Joko yang kurang lebih sama kayak kemarin.
“Lahh… Kenapa lo? Perasaan kemarin klub bola kesayangan lo menang.”
“Biasa… Cinta bikin galau.”
Adam tertawa mendengar pengakuan sahabatnya Joko yang sudah putus asa sama yang namanya cinta. Mungkin kalau Mojo Jojo sudah berhasil menguasai bumi dan Powerpuff Girls terpaksa pensiun, si Joko bisa milih antara Blossom, Buttercup dan Bubbles buat dipacarin. Pas Adam bilang ke Joko soal macarin Powerpuff Girls, si Joko malah dengan polosnya nanya, "anak kampus mana tuh, Dam? Kenalin dong..."
Poor Joko.
Namanya Joko, lengkapnya Joko Suherman. Kuliah di fakultas Tenik jurusan Arsitektur semester empat. Sebenarnya tampang Joko tak jelek-jelek amat. Otaknya juga lumayan. Cuma tak tahu kenapa cewek-cewek di kampus ogah dekat-dekat sama si Joko. Entah dosa apa yang dibuat Joko di kehidupan sebelumnya. Sampai-sampai reinkarnasinya harus jadi jomblo sejak ia menatap dunia.
"Hai!" Dea, sahabat Joko yang lain sekaligus berstatus sebagai pacar Adam tiba-tiba menyeruak masuk antara mereka. Dea dan Adam baru saja jadian seminggu yang lalu, yang berarti Joko harus melewati Valentine tahun ini sendirian (kecuali kalau ia bersedia jadi obat nyamuk pas Adam sama Dea mesra-mesraan.)
Joko, Adam dan Dea sudah bersahabat sejak kecil. Rumah mereka pun berdekatan jadinya mereka sering main bareng. Sampai akhirnya pas awal semester empat Adam nembak Dea. Gagal sudah usaha Joko untuk memilikinya. Ungkapan yang nyata memang lebih mendapatkan hasil daripada menyimpannya dalam hati.
Lagi-lagi poor Joko.
Tentang Joko yang tak kunjung pacaran, Dea yang anak Kedokteran dengan jeniusnya memention akun Joko di Twitter saat salah satu akun kumpulan anak Kedokteran membahas tentang 'Jomblo Kongenital'.
"Nih dia orangnya -----> @JokoGantengBGT RT @Xxxxxx: Mention teman kamu yang jomblo kongenital alias belum pernah pacaran sejak lahir."
Begitulah isi tweet Dea. Jomblo kongenital, istilah keren (yang sebenarnya tidak keren sama sekali) untuk jomblo yang tak pernah pacaran sejak lahir. Cocok banget sama namanya yaitu Joko, singkatan jomblo kongenital. Image Joko di Twitter langsung hancur seketika saat teman-temannya dengan keji meretweet tweet Dea. Jadilah kasta Joko yang awalnya 'ganteng banget' turun jadi 'ga laku banget'. Ahh... Dunia memang tak adil. Kenapa sahabatnya malah tambah memojokkannya?
Lagi dan lagi... Poor Joko.
"Lagi ngomongin apaan?" tanya Dea sambil menyeruput es teh milik Adam.
"Biasa... Si Joko patah hati lagi tuh sama Marni." Adam merebut botol es teh dari tangan Dea lalu menyeruputnya. Sebenarnya pasangan macam apa sih mereka?
"Ya... Ya... Ledekin aja terus. Tau deh yang udah pacaran." Joko mendengus kesal melihat kelakuan pasangan jahil di depannya, dan yang disindir bukannya minta maaf malah terkekeh-kekeh. Mereka baru mau diam saat Joko mengangkat botol es teh yang kosong dan mengarahkannya kepada mereka.
"Jadi gimana?" Dea kembali mengisi kekosongan antara mereka -setelah tragedi botol es teh- dengan suaranya yang ceria.
"Gimana apanya?" tanya Joko dan Adam berbarengan.
"Valentine? Joko kan ga punya pacar. Hehh! Dengerin dulu!" Dea berseru galak saat Joko hendak meraih botol es teh tadi.
Dea melanjutkan, "jadi... Gimana kalo Joko jalan sama temen gue aja. Namanya Sandra, anak kedokteran juga, plus belum punya pacar."
Ting! Tiba-tiba wajah Joko langsung sumringah. Bagaikan mendapat pencerahan ia langsung menari-nari di atas meja kantin. Untung tindakannya bisa dihentikan oleh Adam dan Dea, kalau tidak Joko pasti sudah dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.
"Oke! Kenalin dia sama gue, Dea! Kenalin!"
Dan rasanya Joko ingin segera pulang ke rumah, saat kertas bertuliskan nomor telepon Sandra berada di tangannya.
***
Valentine tiba dengan manisnya. Kalender Joko kini tak lagi dihiasi dengan gambar hati retak. Malahan ada gambar hati berhias bunga-bunga pada tanggal hari ini. Tanggal 14 Februari, Valentine's Day, akhirnya Joko tak sendirian lagi. Kini ada Sandra yang menemaninya melewati hari ini.
Ohh… Senangnya...
Joko menatap cermin di hadapannya dengan gaya ternyata-gue-ganteng-juga miliknya. Ia sudah menyemprotkan parfum sebanyak empat kali, menyisir rambut gaya masa kini, dan menabung -ini yang penting- untuk mentraktir Sandra.
"Sip!" Joko berseru pada refleksi dirinya di cermin lalu meraih kunci mobil.
"Jatuh cinta... Berjuta rasanya..." Lagu lama milik Titiek Puspa mengalun dari radio di mobilnya. Rencananya hari ini dia dan Sandra bakalan double date dengan Adam dan Dea. Dea dan Adam katanya sudah sampai di tempat janjian. Tinggal dia dan Sandra saja yang belum.
            Hati Joko berbunga-bunga saat Sandra muncul di balik pintu. Sandra memang cantik, senyumnya pun manis. Ternyata ada gunanya juga dia sahabatan sama Dea. Kirain Dea Cuma bisa jadi Ratu Iblis yang suka ngejahilin dia saja. Joko harus berterimakasih pada Dea atas hal ini.
“Sudah siap berangkat, tuan putri?” Joko menatap Sandra yang berdiri di depannya. Gaun selutut berwarna merah muda terlihat sangat pas membalut tubuh Sandra.
“Ya…” jawab Sandra pendek diiringi dengan senyuman di bibirnya. Joko membalas senyuman Sandra dan menggenggam tangannya lalu mengajak Sandra menuju mobil. Hari ini baru saja dimulai, kawan!
***
            "Kita temanan aja ya, Dam..." kata Dea lirih, matanya tak beralih dari sosok Joko dan Sandra yang sedang tertawa di depan mereka. Malam ini seharusnya menjadi malam yang indah bagi mereka. Tapi sayangnya semuanya menjadi berantakan saat Dea mengakui perasaannya yang sebenarnya pada Adam.
"Kenapa? Aku salah apa?" mata Adam mulai berkaca-kaca. Ia tak mengerti tentang apa yang barusan dikatakan oleh Dea.
"Aku... Aku... Aku cintanya sama Joko... Bukan kamu..."
Wajah Adam serasa ditampar. Pantas saja Dea selalu menolak saat Adam menggandeng tangannya. Ternyata cintanya hanya untuk Joko.
“Maaf, Dam. Aku harus mengakhiri semua kebohongan ini.” Dea berjalan menuju Joko dan Sandra. Dengan kasar ia melepas genggaman Joko pada Sandra.
“Lo kenapa sih, Dea?” Joko memandang Dea dengan tatapan penuh amarah. Tega-teganya Dea mengahancurkan kencan pertamanya dengan Sandra.
“Aku suka sama kamu, Joko…” Dea menatap Joko nanar. Air mata mulai berjatuhan dari matanya. Semuanya harus dikatakan sekarang. Ia tak ingin terus terluka melihat Joko yang bermesraan dengan Sandra.
“Hah?!”
“Aku suka sama kamu. Bukan Adam…”
            Pengakuan Dea yang terlalu tiba-tiba, tatapan Adam yang serasa ingin memakan Joko, dan genggaman Joko yang sudah terlepas dari jemari Sandra. Semuanya terasa tak benar sekarang.
"Maaf, Dea. Gue ga bisa nerima cinta lo." Joko berlalu dari hadapan Dea. Persahabatan mereka melebihi apapun yang ada di dunia ini. Dulu mungkin ia akan merasa sangat bahagia saat Dea berkata seperti ini. Tapi sekarang ia sudah merelakan Dea untuk dimiliki Adam. Kenapa cinta bisa mempermainkan mereka seperti ini?
***
Dea menatap bangku kosong di hadapannya. Biasanya ada Joko dan Adam yang menemaninya saat makan di kantin. Tapi sekarang? Semuanya berubah setelah pengakuan Dea di hari Valentine.
“Aku suka sama kamu. Bukan Adam…”
Sebaris kalimat yang diucapkannya kembali terngiang di telinganya. Dea ingin sekali memutar waktu dan kembali ke hari itu. Mencegah agar kalimat tersebut tak terucap dari bibirnya. Tapi semuanya sudah terlambat. Mereka bertiga kini tak lebih dari orang asing yang tak saling mengenal. Cinta benar-benar membuatnya galau.
"Dea..." tiba-tiba Sandra muncul dan duduk di sampingnya. Ia memandang Dea dengan tatapan prihatin, lalu menepuk pundak Dea perlahan.
"Gue udah putus sama Joko."
"Kenapa?"
"Ga usah gue bilang juga lo udah tahu alasannya, kan? Yang cinta sama Joko itu elo, bukan gue..."
Kalimat terakhir yang diucapkan oleh Sandra membuat Dea sadar. Ya, dialah yang meminta Sandra untuk jadian dengan Joko. Karena pikirnya kalau Joko punya pacar, dia pasti bisa melupakan Joko dan mulai mencintai Adam. Tapi ternyata perkiraannya salah.
"Semua udah terlambat, San. Joko udah ga mau lagi ketemu sama gue. Adam juga..." Dea menghapus air mata yang jatuh di pipinya lalu mengangkat setumpuk buku yang baru dipinjamnya dari perpustakaan dan berjalan meninggalkan Sandra. Kenangan tentang persahabatannya dengan Adam dan Joko berputar dalam otaknya. Kenapa selama ini ia begitu egois dan mementingkan perasaannya sendiri? Lihat! Semuanya jadi runyam seperti ini.
"Ga pernah ada kata terlambat dalam persahabatan, Dea!" teriakan Sandra kali ini membuat langkah Dea terhenti sejenak. Ia berbalik dan menatap wajah teman kampusnya itu, lalu mereka tersenyum satu sama lain.
Dea kembali menyusuri area kampus, hendak menuju ke kelas. Ia berjalan dengan kepayahan karena tumpukan buku yang terasa berat di tangannya. Dan tak bisa dicegah buku-buku tersebut pun jatuh dari genggamannya.
“Harusnya kamu minta tolong kalo ga mampu…” dua pasang tangan terulur di depannya dan memungut buku yang jatuh tadi. Dan saat Dea mengangkat kepalanya, dua wajah tersebut tersenyum kepadanya. Adam dan Joko, sahabatnya yang sempat meninggalkannya, kini kembali berada di sisinya.
***
            Semilir angin sore membuat tiga pasang mata terkantuk-kantuk. Seorang gadis terlihat bersandar di bahu lelaki di sampingnya, sementara di sisi berlawanan pria lainnya tengah menggenggam tangannya. Matahari mulai terbenam di ufuk barat, membuat langit menjadi kemerahan seiring datangnya senja.
Sudah tiga bulan sejak peristiwa Valentine galau tersebut. Joko sudah tahu siapa itu Powerpuff Girls dan mencoret nama tersebut dari list incarannya lalu mulai gencar mencari pacar lewat Twitter, Adam sudah punya pacar baru yaitu Sandra -ternyata Sandra naksirnya sama Adam-, dan Dea akhirnya naksir sama asisten dosen yang mirip artis Korea idolanya.
            Joko, Dea dan Adam tersenyum melihat matahari yang semakin tertelan oleh bumi. Tak bersedih, karena mereka tahu besok matahari akan menyapa mereka lagi.
Cinta bikin galau? Itu dulu. Sekarang mereka tahu hal yang lebih penting daripada bergalau ria karena cinta. Persahabatan.

2 komentar:

  1. Ehmm... Stan, kalo menurut gw unsur komedinya masih kurang nih, hehehe..
    Ketutup sama unsur galau dan dramanya. :)
    Ceritanya sih bagus banget, dan skrg gw bener2 yakin kalo u pecinta hepi ending. Wkwkwk

    Oh,iya.. Pas awal2, gw sempet ngira Joko itu supir atau tukang kebun. :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk.
      Karya komcin pertama brarti gagal. :p
      Iya.. Pecinta happy ending. Hihi~ kalo gitu komcin selanjutnya Sad end deh. #plak
      Supir??? Tukang kebun????? :O
      Gara2 naksir sama Marni ya?
      Iya dia naksir Marni krna udah nyerah nyari pacar di kampus. Jadinya turun level ke Marni. :p

      Hapus