Minggu, 19 Februari 2012

Laut Terakhir


"Ketika musim panas kembali, ketika bunga matahari mulai bermekaran lagi, aku akan berlari menuju tempatmu berada. Lautku…”


Rasa bahagia memenuhi hatiku. Setelah tiga tahun menuntut ilmu di luar daerah, akhirnya aku bisa menjejakkan kakiku lagi di kampung halamanku. Manado, kota kecil yang sebagian besar musimnya diisi dengan musim panas, aku pulang.
"Besok pulang, kan? Nanti piknik ke pantai lagi, ya... :)"
Aku tersenyum melihat pesan pendek yang dikirim sahabatku siang kemarin. Kami memang sering menghabiskan waktu di pantai. Entah setelah pulang sekolah ataupun saat bolos. Kami pasti akan pergi ke pantai.
Ahh... Rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di bandara.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut di dalam pesawat ini. Para pramugari mulai berkeliling dan membagikan makanan serta minuman. Wanita yang duduk di sebelahku sibuk membaca majalah, sedangkan pria yang di sebelahnya lagi sudah terlelap. Penumpang yang lain juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Suara pramugari yang terdengar dari speaker mengatakan kalau kami sudah hampir sampai di Manado. Semuanya terlihat normal-normal saja, sampai akhirnya guncangan itu terjadi.
...

Teriakan terdengar di mana-mana. Isak tangis mulai terdengar. Pesawat kami sudah melesat jatuh dan aku hanya bisa bertahan dengan berpegangan pada pegangan kursi. Suara pilot atau pramugari yang meminta penumpang untuk tetap tenang sudah tak terdengar lagi. Mungkin kondisi tempat ini hampir mendekati neraka.
Dan suara terakhir yang kudengar adalah suara ombak.
Hei, kurasa aku tak akan pernah sampai ke pantai favoritku. Tapi setidaknya aku sampai ke laut ini, walau harus mati.

4 komentar: