"Ketika musim panas kembali, ketika bunga matahari mulai bermekaran
lagi, aku akan berlari menuju tempatmu berada. Lautku…”
Rasa bahagia memenuhi hatiku.
Setelah tiga tahun menuntut ilmu di luar daerah, akhirnya aku bisa menjejakkan
kakiku lagi di kampung halamanku. Manado, kota kecil yang sebagian besar
musimnya diisi dengan musim panas, aku pulang.
"Besok pulang, kan? Nanti piknik ke pantai
lagi, ya... :)"
Aku tersenyum melihat pesan pendek yang dikirim
sahabatku siang kemarin. Kami memang sering menghabiskan waktu di pantai. Entah
setelah pulang sekolah ataupun saat bolos. Kami pasti akan pergi ke pantai.
Ahh... Rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di
bandara.
Aku mengedarkan pandanganku ke
seluruh sudut di dalam pesawat ini. Para pramugari mulai berkeliling dan
membagikan makanan serta minuman. Wanita yang duduk di sebelahku sibuk membaca
majalah, sedangkan pria yang di sebelahnya lagi sudah terlelap. Penumpang yang
lain juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Suara pramugari yang
terdengar dari speaker mengatakan kalau kami sudah hampir sampai di Manado.
Semuanya terlihat normal-normal saja, sampai akhirnya guncangan itu terjadi.
...
Teriakan terdengar di
mana-mana. Isak tangis mulai terdengar. Pesawat kami sudah melesat jatuh dan
aku hanya bisa bertahan dengan berpegangan pada pegangan kursi. Suara pilot
atau pramugari yang meminta penumpang untuk tetap tenang sudah tak terdengar
lagi. Mungkin kondisi tempat ini hampir mendekati neraka.
Dan suara terakhir yang
kudengar adalah suara ombak.
Hei, kurasa aku tak akan
pernah sampai ke pantai favoritku. Tapi setidaknya aku sampai ke laut ini, walau
harus mati.
wiih.. tragis~ :O
BalasHapusAneh ya ceritanya?-___-
Hapushmm. ga aneh kok.. tapi kayaknya kependekan.. hehe
BalasHapusTepat. -_-
Hapus