Rabu, 15 Februari 2012

Andai


"Aku selalu berharap anak-anak miskin di luar sana bisa bersekolah."
Ada pantulan dirimu, seolah berkata padaku saat aku melihat wajah serius anak-anak jalanan yang sedang duduk manis di dalam kelas.
Hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah. Butuh perjuangan dan kesabaran untuk memperoleh suasana yang ada di hadapanku sekarang. Mimpi kita perlahan terwujud, Ron. Apa kau tahu tentang hal ini? Apa kau juga sedang memperjuangkan hal yang sama?
Banyak kenangan yang sudah kita lewati. Kadang aku ingin melangkah mundur menuju hari itu, saat kita merebahkan tubuh kita yang lelah di lapangan sekolah dan memandang matahari yang mulai terbenam. Apakah kau menyadarinya? Kita tak pernah memiliki alasan serta obrolan yang jelas untuk melewati sore itu. Dan saat senja tiba, dua pasang kaki milik kita sudah tahu ke mana ia harus pergi. Halte itu. Satu-satunya tempat yang bisa membuat kita terlihat sebagai pasangan kekasih. Tapi kita bukan sepasang kekasih, kita hanya dua manusia yang merasa nyaman satu sama lain dan entah sejak kapan mulai menggunakan kata 'sahabat' sebagai tameng.
Pelajaran pertama sudah berakhir, aku tersenyum melihat ekspresi anak-anak tersebut yang terlihat bersemangat setelah mengikuti pelajaran. Andai saja aku bisa melihat hal ini bersamamu, mungkin aku akan lebih bahagia.
"Aku tak bisa mengatakan aku mencintaimu, dan juga tak bisa mengucapkan selamat tinggal... Walaupun aku telah dewasa."*
Sebait lagu yang kutulis pada kertas yang kita kubur bersama dalam kapsul waktu kembali terngiang di telingaku, dan pandanganku mulai mengabur. Aku menangis.
Andai aku mampu berjalan menuju masa lalu... Aku pasti akan kembali pada hari-hari saat bersamamu.
Andai aku bisa kembali ke masa itu... Mungkin aku akan mengatakan semuanya dengan jelas.
Andai semuanya bisa kukatakan dengan jelas... Mungkin bukan dia yang menggenggam tanganmu di depan altar dan berkata, "Aku bersedia."
Andai...

*Note : Bait lagu YUI – My Friend

1 komentar: