Rabu, 29 Februari 2012

Cinta di Musim Dingin

            “Jika bisa, aku tidak ingin memikirkan kesedihan
Tapi hal itu akan datang lagi, kan?”
                Natsu menatap salju yang turun dari balik jendela taksi yang dinaikinya. Hari ini ia harus meninggalkan semuanya, tepatnya mengembalikan sesuatu yang dari awal memang bukan miliknya. Belum-belum ia sudah merindukan kota ini, bagaimana ia bisa menghadapi kesepian yang akan muncul sedikit demi sedikit? Namun seiring dengan taksi yang mulai berjalan, demikian pula ia harus rela melepas kenangan manis yang dialaminya di kota ini.
                “Selamat tinggal…” ia memberikan lambaian terakhir pada deretan gedung yang mulai menjauh lalu meraih ear phone yang tergeletak di sisinya. Perlahan sebuah nada mengalun di telinganya. Lagu yang sama, lagu yang mereka sukai. Apakah mereka bisa mendengarkan lagu ini bersama lagi? Ia tidak tahu…
***
Awal musim dingin, di sebuah taman di Tokyo…
                Salju pertama baru saja mulai menyelimuti kota Jepang ketika Natsu melebarkan tangannya dan menghirup udara di sekelilingnya dengan bersemangat. Demi memenuhi permintaan saudara kembarnya, Yuuki, akhirnya ia kembali menapaki kota kelahirannya yang sudah ditinggalkannya selama tujuh tahun.
“Hanya selama liburan musim dingin...” begitulah yang dikatakan oleh Yuuki ketika memohon pada Natsu untuk kembali. Natsu memang tak bisa menolak setiap permohonan Yuuki, jadinya ia langsung menyanggupi permohonan tersebut.
                Ia baru saja berniat ingin berlama-lama bermain di dalam salju, ketika sebuah suara yang asing menyebut nama yang seharusnya bukan ditujukan untuknya.
“Yuu-chan?”
Natsu berbalik, menatap pria berkaca mata yang tersenyum kaku di hadapannya. Syal berwarna abu-abu terlihat sangat cocok dengan mantel putih yang digunakannya saat ini. Membuat pria itu terlihat lebih berkilau.
“Ya?”
                Kebohongan pertama sudah dimulai.
***
“Beruntung sekali, ya? Kita bisa melewati malam Natal bersama-sama lagi. Untung kau tidak jadi berlibur ke Paris,” Yuujiro tersenyum sambil menyesap Espresso yang masih panas. Senyumnya yang tak lagi kaku seperti tadi membuat Natsu sadar kalau pria ini tak tahan terhadap udara dingin.
Ia terus berceloteh sejak pertama kali mereka bertemu. Bahan obrolannya seakan tak ada habisnya. Ia bercerita tentang Ibunya yang tiba-tiba datang ke apartemennya yang kacau –Yuujiro langsung diomeli akibat tumpukan pakaian kotor yang tak dicucinya selama beberapa bulan–,  tentang nilai mata kuliahnya yang lulus secara ajaib, dan hal-hal lainnya yang menurut Natsu tak penting untuk didengarkan. Ia heran bagaimana bisa Yuuki yang pendiam bisa bertahan dengan pria secerewet Yuujiro. Kalau saat ini Natsu sedang menjadi dirinya sendiri, mungkin ia akan meladeni ocehan pria ini. Tapi menjadi Yuuki yang kalem berarti ia harus sebisa mungkin mengubah semua kelakuannya menjadi semirip Yuuki.
Awalnya ia berpikir berakting menjadi Yuuki adalah hal yang mudah. Ia hanya tinggal menyanggupi permintaan Yuujiro untuk kencan di hari-hari selanjutnya, menghabiskan waktu di taman bermain dan tempat lainnya yang menjadi tempat favorit bagi Yuujiro dan Yuuki, serta hal-hal lain yang biasa mereka lakukan.
Tapi ternyata semuanya tidak mudah. Terlalu sering berada di sisi pria ini dan bergandeng tangan dengannya membuatnya merasakan hal yang lain. Cinta, sesuatu yang tak masuk dalam perjanjian antara Yuuki dan Natsu. Tapi ia tak bisa berbohong. Ia mencintai pria ini, dan ia berharap musim dingin kali ini akan lebih panjang dari biasanya.
***
            “Aku akan pulang besok, Na-chan!” seru Yuuki dari telepon yang berada di telinga Natsu.
“Kau… Pulang?” sahut Natsu terbata saat mendengar teriakan Yuuki.
“Tentu saja! Memangnya kau berharap aku tak akan kembali menjadi Yuuki?”
Rasanya Natsu ingin menangis saat itu juga. Kenangan musim dingin yang dilewatinya bersama Yuujiro seakan berjalan mundur di kepalanya. Akhirnya kebohongan ini harus diakhiri.
“Aku sudah memesan tiket ke London untukmu. Terima kasih ya, Na-chan… Banyak yang ingn kuceritakan tentang liburanku, tapi sayangnya kau juga harus segera pulang, kan?”
            Perkataan Yuuki barusan membuat Natsu tersadar. Musim dingin akan segera berakhir dan itu artinya ia harus segera kembali ke London untuk melanjutkan kuliahnya.
“Ya… Sayang sekali ya, Yuu-chan…”
            Sayang sekali, hanya itu yang bisa dikatakannya. Sayang sekali ia menyanggupi untuk ikut dalam sandiwara ini. Sayang sekali ia harus mengenal Yuujiro. Sayang sekali… ia jatuh cinta.
***
Akhir musim dingin, Bandara Narita…
            Natsu menghirup udara di sekitarnya sebanyak-banyaknya. Ia ingin merasakan atmosfer Negara ini sebelum ia benar-benar meninggalkannya. Secercah harap muncul dalam benaknya, ia berharap mungkin saja Yuujiro akan berlari ke arahnya, menerobos warna-warni manusia dengan koper di tangan mereka, lalu memeluknya erat. Tapi saat ia berbalik lagi, tak ada sosok Yuujiro yang muncul di hadapannya.
            Yuujiro sudah menjadi milik Yuuki lagi.
            Kecewa, hanya itu yang dirasakannya saat ini. Ia lalu menyeret kopernya untuk beranjak menuju pesawat, tapi sebuah suara membuat langkahnya berhenti seketika.
“Natsu! Jangan pergi!” Sosok seorang pria berlari ke arahnya lalu langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
“Yuujiro? Kenapa? Yuuki…”
“Dari awal aku dan Yuu-chan hanya bersahabat. Apa kau tak tahu? Kami memang sering menghabiskan waktu bersama-sama, tapi itu bukan kencan. Namun denganmu… kurasa itu lain cerita. Aku mencintaimu…”
            Selamat tinggal hari-hari di musim dingin. Hari-hari saat aku menjadi orang lain. Selamat datang musim yang baru… selamat datang, cinta…

2 komentar: