Nama : Stany Cecilia
Judul : LIFE is...
Judul lagu : YUI - LIFE
Judul lagu : YUI - LIFE
“Lalu…
Katakanlah padaku apa itu hidup…”
Sam sedang menggerutu tentang
anak-anak yang mengamen di depan restoran ketika Doni tiba. Ia terus
mengucapkan, “Kenapa mereka tidak sekolah?” dan “Merusak penglihatanku saja!” bahkan
setelah Doni sudah selesai mengecek keadaan dapur. Ia juga menghina cara mereka
menyambung hidup yang menurutnya tidak bermutu. “Hidup itu tentang mencari
sesuatu yang menguntungkan bagimu, bukannya menghabiskan waktu di jalan dengan
menyanyi seperti itu,” begitu katanya. Ia baru berhenti setelah Doni memberi isyarat
untuk masuk ke ruangan mereka, ruangan pemilik
restoran, tanda ada yang mau dibicarakan dengan partnernya itu. Sebuah keberuntungan
bagi para pegawai restoran karena akhirnya mereka bisa terbebas dari si kaktus –
julukan para pegawai untuk Sam – pemarah itu.
“Apa
yang mau kau bicarakan?” ujar Sam tanpa basi-basi, tapi yang ditanyai malah
menuang Espresso pada cangkir kesayangannya lalu menghirupnya perlahan. “Hei,
apa kau mendengar pertanyaanku?” tambahnya lagi saking tidak sabar.
Doni tersenyum, diletakkannya
cangkir tersebut di atas meja lalu beranjak ke arah satu-satunya jendela yang
terdapat di ruangan ini. Di belakangnya Sam memperhatikan gerak-gerik Doni
dengan wajah bosan. Tak lama kemudian ia melihat Doni mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Handphone?
“Jadi
kau memanggilku ke sini hanya untuk memamerkan handphonemu? Kau benar-benar
membuang waktuku, Don,” Sam berbalik dan hendak meninggalkan ruangan tersebut,
namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat sebuah lagu mengalun dari handphone
tersebut. Lagu berjudul “LIFE” yang dinyanyikan oleh YUI, seorang soloist
wanita dari Jepang, yang menjadi lagu kebangsaan mereka saat merintis usaha di
bidang kuliner.
Setelah melalui semua hari yang
panjang,
Inilah diriku yang sekarang…
Semenjak segala sesuatu menjadi
sulit, begitulah mengapa aku tetap hidup.
Bait terakhir pada lagu tersebut
membuat keduanya menarik nafas panjang sambil menatap langit-langit ruangan
ini. Dulu tak ada restoran mewah dengan pengunjung yang banyak, hanya ada
warung kecil beratap terpal plastik dengan pelanggan yang hanya bisa dihitung
dengan jari. Dulu tak ada penerangan yang “wah!”, hanya ada lampu pijar yang
tergantung di dekat gerobak mereka di kala malam. Dulu Donilah yang harus
memasak, sedangkan Sam membantu sebisanya. Sekarang? Mereka punya koki yang
hebat dengan masakan yang selalu dipuji oleh pengunjung yang datang. Masa-masa
itu memang tak terlupakan. Saat mereka memutuskan untuk membuka usaha
kecil-kecilan, mereka memang menghadapi banyak kesulitan. Apalagi orang tua
mereka sama sekali tidak mendukung usaha mereka tersebut. Jadilah mereka
berusaha sendiri dari nol.
“Kenapa
kau marah-marah tadi?” akhirnya Doni mengeluarkan kalimat pertamanya setelah
beberapa menit berlalu. Sam, menatap pandangan penuh arti dari Doni, lalu
akhirnya tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa…”
Doni meraih secangkir Espresso di
atas meja yang sudah dingin lalu menyesapnya. Dari jendela ia bisa melihat Sam yang berjalan menghampiri
anak-anak pengamen tadi lalu memberikan beberapa lembar rupiah pada mereka. Dan
akhirnya ia tersenyum saat anak-anak itu berlari sambil meneriakkan kata terima
kasih pada Sam. Sam sudah mengingat kembali makna hidup yang mereka alami
selama ini, yang tercermin pada wajah polos para pengamen cilik tadi. Hidup
adalah… tentang berusaha.
bagus. suka pas endingnya, stany...
BalasHapus"Hidup adalah… tentang berusaha" :D
Makasih, Tam. :D
HapusAishh. Ada typo. -_- *brbbenerin*