Nama : Stany Cecilia
Judul : Kelereng
Judul lagu : YUI - Shake My Heart
Warna biru kehitaman mulai muncul di
kaki langit. Hari ini hampir berakhir tapi aku sama sekali tak mendapat kabar
darimu. Apa kau sedang berada di daerah yang terpencil sehingga tak dapat
menelepon? Aku kehilangan ide untuk menebak kemungkinan yang lain.
“Shake my heart, yeah!
Shake your heart, baby!”
Ponselku melantunkan sebuah potongan
lagu ‘YUI – Shake My Heart’ yang kupilih khusus untuk nomormu. Ada keraguan
saat ingin mengangkat teleponmu. Tapi, tubuhku selalu mengikuti hatiku. Aku
menjawab teleponmu.
“Hai…” sebuah sapaan terdengar dari
seberang sana. Terdengar suara motor yang lewat serta bunyi klakson mobil. ‘Apa kau sedang berada di luar?’ tanyaku
dalam hati.
“Hai…”
aku menjawab sapaanmu dengan kaku. Entah sejak kapan aku mulai menjadi seperti
ini, mungkin sejak semuanya mulai berubah.
“Kau…”
suaramu terhenti tiba-tiba, aku mendengar sebuah desahan panjang sebelum
akhirnya kau berkata lagi, “… kau sudah memikirkan soal itu?”
Deg!
Sebenarnya aku sudah tahu kau akan menanyakan hal tersebut. Tapi sepertinya
jantungku belum bisa beradaptasi dengan hal tersebut.
Suara klakson mobil tetanggaku
tiba-tiba terdengar, dan betapa kagetnya diriku saat mendengar suara yang sama
dari telepon yang kugenggam.
“Di
mana posisimu sekarang?” tanyaku tanpa basa-basi.
Tak ada jawaban, hanya tawa kecil yang terdengar. Dan benar
saja, saat aku bergegas membuka jendela kamarku, ada dirimu yang melambaikan
tangan di bawah sana.
***
“Kau sudah gila…” desisku, namun lagi-lagi
kau hanya tertawa.
“Apa
maksudmu mengataiku gila? Aku memang pulang karena ada hal yang harus kuurus.
Bukan untuk…” kau menghentikan kalimatmu lalu menatapku dengan tatapan
menggoda, yang langsung kuhadiahi sebuah jitakan.
“Ah!
Ada hadiah untukmu,” katamu lalu sibuk mengacak-acak ransel.
Sepertinya kuliah di luar negeri sudah membuat otakmu jadi
tidak beres. Mana ada seorang pria yang memberi hadiah seperti ini di hari
Valentine? Atau mungkin saja uangmu sudah terkuras habis karena biaya hidup di
sana yang cenderung tinggi?
“Kelereng?”
tanyaku sambil melotot. “Hadiahnya kelereng?”
“Ya,
memangnya kenapa?”
Aku baru saja ingin menjejalkan kelereng itu di dalam
mulutmu jika saja kau tak memberikan isyarat bahwa ada alasan di balik hadiah
ini.
“Kelereng,
bola kecil yang terbuat dari kaca,” katamu memulai. “Di dalamnya terdapat
lapisan unik dengan warna yang berbeda untuk setiap biji kelereng. Lihat! Kau
bisa dengan mudah melihat lapisan itu, kan? Tapi sayang…”
“Apanya
yang sayang?” aku memiringkan kepala, bingung dengan perkataanmu yang
setengah-setengah. Tapi kau tak bergeming dan terus menatap kelereng itu dengan
murung.
“Kenapa
hatimu tak seperti kelereng ini? Kenapa aku tak bisa melihat isi hatimu dengan
mudah?”
Aku tak mampu berkata apa-apa. Aku
tahu sandiwara ini harus segera diakhiri. Tapi aku takut, apa kita akan
baik-baik saja setelah ini?
“Tentang
pertanyaanmu tempo hari… aku tak bisa menjawab…” desahan panjang terdengar
lagi. Apa kau kecewa? Tapi aku tahu kau akan tersenyum setelah ini. Karena
kalimat tersebut belum selesai. Lanjutannya adalah, “aku tidak bisa menjawab…
tidak.”
Ada senyum tak percaya yang muncul
di wajahmu. Namun saat senyum itu berubah menjadi tawa, seiring dengan
genggaman erat yang kau beri pada tanganku, aku tahu semuanya akan baik-baik
saja.
Aiihh~ semua tulisan hari ini rasanya gmnaaa gitu.. haha :3 *tulisan sendiri belum jadi.. -.-
BalasHapusManis gini tulisannya. Bagus :D
BalasHapusAwalnya mau dibikin galau. Tapi saya ga tega sama yg baca. Jadi endingnya ganti. :p
BalasHapussama.. tadinya saya juga mau bikin ending yang nyesek.. tapi ga jadi ~ xD
BalasHapus