"Aku
selalu berharap anak-anak miskin di luar sana bisa bersekolah."
Ada pantulan dirimu, seolah berkata padaku saat aku melihat wajah serius
anak-anak jalanan yang sedang duduk manis di dalam kelas.
Hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah. Butuh perjuangan dan
kesabaran untuk memperoleh suasana yang ada di hadapanku sekarang. Mimpi kita
perlahan terwujud, Ron. Apa kau tahu tentang hal ini? Apa kau juga sedang
memperjuangkan hal yang sama?
Banyak kenangan yang sudah kita lewati. Kadang aku ingin melangkah mundur
menuju hari itu, saat kita merebahkan tubuh kita yang lelah di lapangan sekolah
dan memandang matahari yang mulai terbenam. Apakah kau menyadarinya? Kita tak
pernah memiliki alasan serta obrolan yang jelas untuk melewati sore itu. Dan
saat senja tiba, dua pasang kaki milik kita sudah tahu ke mana ia harus pergi.
Halte itu. Satu-satunya tempat yang bisa membuat kita terlihat sebagai pasangan
kekasih. Tapi kita bukan sepasang kekasih, kita hanya dua manusia yang merasa
nyaman satu sama lain dan entah sejak kapan mulai menggunakan kata 'sahabat'
sebagai tameng.
Pelajaran pertama sudah berakhir, aku tersenyum melihat ekspresi
anak-anak tersebut yang terlihat bersemangat setelah mengikuti pelajaran. Andai
saja aku bisa melihat hal ini bersamamu, mungkin aku akan lebih bahagia.
"Aku tak bisa mengatakan aku
mencintaimu, dan juga tak bisa mengucapkan selamat tinggal... Walaupun aku
telah dewasa."*
Sebait lagu yang kutulis pada kertas yang kita kubur bersama dalam kapsul
waktu kembali terngiang di telingaku, dan pandanganku mulai mengabur. Aku
menangis.
Andai aku mampu
berjalan menuju masa lalu... Aku pasti akan kembali pada hari-hari saat
bersamamu.
Andai aku bisa
kembali ke masa itu... Mungkin aku akan mengatakan semuanya dengan jelas.
Andai semuanya
bisa kukatakan dengan jelas... Mungkin bukan dia yang menggenggam tanganmu di
depan altar dan berkata, "Aku bersedia."
Andai...
*Note : Bait lagu YUI – My Friend
Singkat, padat, jelas, bagus! :D
BalasHapus