Minggu, 06 Februari 2011

FF : My Only Sea... *part III*

Suasana masih hening. Tak ada yang berani bersuara. Heebum tertidur pulas dengan keadaan yang mendukung ini.

"Aku.. Aku pergi saja.." akhirnya gadis menyebalkan itu bicara.
"Ya sudah.. Kaaa.." jawabku ketus sambil mengibas-ngibaskan tangan.

Gadis itu berbalik dan berjalan menjauhi bus kami, ia sempat menoleh sebentar -memberikan tatapan bermusuhan padaku- lalu berjalan lagi. Tapi baru berjalan beberapa meter saja ia terjatuh.

"Yaa, hyung.. Kasihan dia. Kenapa tidak kita tolong saja dan kita antar sampai ke tempat tujuannya. Bukankah kita searah?" kata Kyuhyun dengan wajah kasihan, tumben ia peduli dengan hal lain, biasanya dia kan hanya sibuk dengan gamenya. Member yang lain mengangguk tanda setuju, benar-benar membuatku terpojok. "Aargh! Arasso.." akhirnya aku mengalah juga.
"Yaa! Monyet di jembatan *Saruwatari*! Sampai kapan kau mau menyiksa dirimu seperti itu?"
"Kau.. Apa maksudmu memanggilku monyet?!" gadis itu langsung menangkap maksud panggilanku sebagai ejekan.
"Ya, benar itu kau.. Jangan memaksakan diri! Kalau kau seperti itu kau takkan pernah sampai ke Jeju!" teriakku lagi.
"Bukan urusanmu, BAKA!" gadis itu membalikkan badannya dan mulai berjalan lagi, tapi sayangnya ia tak seberuntung tadi, baru tiga langkah saja ia langsung terjatuh. Dasar keras kepala. Sudah tau kakinya sedang terluka, tapi masih saja bersikeras untuk berjalan kaki ke Jeju.
"Sini!" aku menarik tangannya dan berjalan menuju bus.
"Nee! Lepaskan! Sudah kubilang... Lepaskan!" gadis itu berusaha untuk melepaskan genggaman tanganku tapi aku tak peduli, aku malah menggendongnya.
"Areeee! Turunkan aku! Kau benar-benar menyebalkan!" ia terus berteriak.
"Turun? Baiklah!" aku melepaskan gendonganku tiba-tiba dan membuatnya terjatuh.
"Kau.. Kau.. Hidoii!"
"Yaa! Apakah kalian tidak bisa diam sedikit?! Heebum sedang..."
"DIAM!" teriak kami berbarengan pada Heechul. Heechul manggut-manggut dan menyembunyikan diri di kolong kursi.

Keributan tersebut terus berlanjut. Saruwatari Emi memang gadis paling keras kepala yang pernah kutemui. Benar -benar memusingkan beradu mulut dengannya.

"Jadi.. Kau tetap tak mau ikut bus kami?" aku memberikan penawaran terakhir.
"Sekali tidak tetap saja tidak..." jawabnya.
"Baiklah kalau begitu, semoga kau bisa sampai dengan selamat berbekal sikap keras kepalamu itu." sambungku lagi.
"Kau... Ahh, sudahlah! Aku lelah berdebat denganmu..."
"Ya sudah. Annyeong!" aku melambaikan tangan ogah-ogahan dan pergi meninggalkannya. Tapi langkahku tiba-tiba terhenti dengan adanya van yang lewat tiba-tiba dan berhenti di depan bus kami. Seorang pria berjaket hitam dengan warna kacamata yang senada keluar dari van tersebut.
"Yaa! Kalian tak punya mata, hah! Bagaimana kalau aku tadi tertabrak van kalian..." baru saja aku mau meminta pertanggungjawaban dari pria tersebut, tapi ia hanya melewatiku begitu saja tanpa peduli. Ia berjalan terburu-buru ke arah.. Monyet itu?
"Naik," sahutnya dingin pada monyet itu.
"O-o-oniichan..."
"Naik..."
"Aku... Aku..." jawab monyet itu terbata-bata.
"Kubilang naik, ya naik..." pria itu masih berbicara dengan nada yang sama. Dingin.
"Kenapa kau berbicara padaku seperti itu, Oniichan? Kau marah?"
"Hampir.. Jadi naiklah ke dalam van sebelum aku marah.."
"Demo.."
"Naik!" nada bicara pria itu meninggi, sepertinya emosinya sudah tak bisa ditahan lagi. Si gadis monyet shock melihat Oniichannya marah seperti itu. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Jangan terlalu keras padanya, Ikuta san. Ia hanya ingin jalan-jalan untuk menghilangkan stres," tiba-tiba sosok lain keluar dari dalam van. Seorang gadis yang langsung kukenali dari suaranya yang lembut dan postur tubuhnya yang mungil. YUI tersenyum sekilas saat melewatiku ketika berjalan ke arah Ikuta san (YUI memanggilnya seperti itu kan?) dan gadis monyet.
"Neechan!" gadis monyet itu berteriak kegirangan dan berlari terpincang-pincang ke arah YUI, hampir saja ia terjatuh kalau YUI tak menahannya.
"Daijoubu?" tanya YUI khawatir.
"Mmm.. Daijoubu. Bagaimana kalian bisa menemukanku?" tanya gadis monyet itu keheranan.
"Pantai..." sambung Ikuta tiba-tiba. "Bukankah kau ingin ke pantai sejak beberapa hari yang lalu?"

Gadis monyet itu tersenyum dan memeluk lengan Oniichannya itu dengan manja.

"Sou.. Aku memang ingin ke pantai sejak beberapa hari yang lalu. Kau memang hebat Oniichan!"
"Ya sudah. Cepat naik ke van dan obati lukamu itu. M-san pasti akan marah kalau melihatmu seperti ini," YUI mengingatkan tentang manager mereka yang galak, tapi si gadis monyet hanya membalas dengan cengiran.
"Mmm.." si gadis monyet tersenyum lalu tiba-tiba melompat ke punggung Oniichannya, minta digendong. Yang benar saja, tadi ia mati-matian menolak untuk kugendong. Dasar!
"Hontou ni arigatou," kata YUI sambil tersenyum tulus.
"Ahh.. Tidak.. Aku tak membantu banyak," hampir saja aku mati di tempat saat melihat senyumnya.
"Kau banyak membantu, arigatou ne. Kami pergi dulu," katanya berpamitan.
Van merekapun berjalan menjauh. Aku menatap kosong sampai van itu menghilang.

TO BE CONTINUED~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar