Sabtu, 05 Februari 2011

FF : My Only Sea.. *gaje's mind in action*

Aku merentangkan kedua tanganku. Menutup kedua mataku dan merasakan atmosfer disekelilingku. Aroma asin dan pasir saling bercampur, terik matahari yang membakar kulitku tak kuhiraukan. Perlahan aku meraih headphone yang sedari tadi menggantung di leherku dan menyalakan musik. Terdengar intro "It's Happy Line" -salah satu lagu kesukaanku- mengalun.

Saruwatari Emi, 20 tahun, sedang dalam misi melarikan diri dari perjalanan menuju Jeju. Bernyanyi, bermain musik, dan membuat lagu adalah hal yang berpengaruh dalam hidupku dan impian terbesarku adalah ingin agar laguku diterima oleh semua orang. Saat ini... Aku sedang berusaha untuk mewujudkan mimpiku.

"It's Happy Line" masih mengalun. Tangan dan kakiku mulai bergerak, mengikuti nada yang mengalun di telingaku. Tubuhku bergerak sesuka hatiku, kadang berputar, menari di atas pasir. Sudah lama aku tak menari sebebas ini, hari-hariku yang padat membuat hobiku yang satu ini terbengkalai. Tapi walau begitu aku tetap mencintai pekerjaanku yang sekarang. Bukankah aku sudah bilang aku sedang berusaha mewujudkan mimpiku? Yaa, debutku tinggal beberapa hari dari sekarang. Terdengar hebat kan? Aku tak bisa berhenti tersenyum setiap kali mengingat hal tersebut.

Aku terus menari sampai tiba-tiba aku tersadar ada orang lain yang mengamatiku.

"Siapa kau?" kataku ketus pada sosok pria yang berjongkok tak jauh dari tempatku berdiri. Ia berdiri dan menyorongkan kamera yang menutupi wajahnya.

"Gomen..." sahutnya dengan nada sesopan mungkin. "Aku sedang berkeliling di sekitar sini dan..." ia menggerakkan tangannya dan menunjuk ke arahku.

"Aku tak tertarik tentang apa yang kau lakukan..." aku masih bersikap ketus padanya. Tanpa peduli aku melewatinya untuk mengambil ransel, kotak cello dan sneackersku yang memang berada di belakangnya.

"Sekali lagi aku minta maaf..." katanya lagi. "Tapi apakah kau tak mengenalku? Maksudku memangnya kau tak pernah melihatku selama ini?" katanya lagi sambil bernyanyi dalam bahasa Korea dan berdance ria, tapi aku hanya melongo menatap aksinya lalu berjalan meninggalkannya.

"Heii... Kau mau kemana?" ia berteriak sambil mengikutiku.

Merasa orang ini cukup mencurigakan, ditambah lagi dengan sikapnya tadi yang bernyanyi dan menari-nari tak jelas, membuat firasatku menjadi tidak enak. Aku menoleh padanya, sesaat ia berhenti dan menoleh ke arah lain saat tersadar bahwa aku menatapnya curiga.

"Benar-benar mencurigakan..." batinku. "Sepertinya tak ada cara lain..."

Aku berbalik lagi ke arahnya, dan dengan mimik ketakutan aku berteriak histeris, "u..u..ulaaaaaaar!"

"Ular?!! Ular!! Mana ularnya??!" teriaknya ikut-ikutan histeris. "Heii! Mana ularnya..." ia berteriak ke arahku tapi terlambat... Aku sudah kabur duluan sambil berteriak "BAKA!!" sambil tertawa-tawa.

*****

"Aku memang bodoh..." berkali-kali aku mengatakan hal yang sama sejak insiden yang baru saja terjadi tadi. Mana ada ular di pantai seperti ini? Aku tertawa kecil mengingat tingkahku tadi. Bisa-bisanya aku tertipu dengan tipuan semacam itu, gadis itu memang hebat! Gadis macam apa yang bahkan tak pernah mengenalku? Akukan Choi Si Won!

"Aah... Terserahlah!" aku berdiri dari tanah yang bercampur pasir pantai tempatku duduk sedari tadi lalu menenteng kameraku sambil berjalan santai.

Hari ini hasil jepretanku cukup banyak. Yahh, lumayanlah untuk menambah koleksiku. Sambil menekan tombol panah kanan, aku melihat foto-foto yang kuambil tadi, dan tanganku terhenti saat melihat foto gadis tadi yang sedang menari di tepi pantai.

"Cantik... Tapi usil..." kataku tersenyum dan berpikir kapan aku akan bertemu dengannya lagi. Tapi ternyata harapanku terkabul dengan sangat cepat, gadis itu ternyata belum terlalu jauh dari sini. Tapi, apa yang terjadi dengan kakinya?

"Heii.." aku menyapa gadis itu, membuatnya menoleh dan menatapku dengan mimik "kenapa harus orang ini lagi?"

"Kakimu terluka?"

"Menurutmu? Memangnya ada orang yang sengaja berjalan terpincang-pincang seperti ini kalau ia bisa berjalan normal? Baka mitai.." jawabnya masih dengan nada ketus.

"Ohh.." aku menimpali jawabannya secuek mungkin. Ia melanjutkan langkahnya lagi, masih terpicang-pincang. Melihatnya membuatku kasihan juga.

"Perlu bantuan?" kataku padanya saat berhasil menjejeri langkahnya.

"Tidak!"

"Heii... Memangnya aku terlihat seperti orang jahat? Aku kan hanya ingin menolong."

"Aku tak butuh bantuanmu," gadis ini tak berhenti bersikap ketus padaku.

"Keras kepala..." aku berhenti sejenak dan melihat gadis itu yang masih berjalan terpincang-pincang menuju jalan raya. Daerah pantai dengan jalan raya memang agak jauh. Tak beberapa lama kemudian ia terjatuh.

"Benar-benar..." aku berlari kearahnya dan tanpa pikir panjang langsung menggendongnya.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar