Selasa, 25 Januari 2011

Untitled... Maybe, forever..

Dengan semua kesesakkan dan kebimbangan yang berputar dikepalaku, aku berkata padamu...

"Berhentilah... Aku lelah, dan aku tau kau bahkan lebih lelah daripada diriku... Apakah kau jenuh? Aku juga, walaupun hanya seperempat atau seperdelapan dari rasa jenuhmu..."

"Berhenti bukan dalam hal memperjuangkan hal (yang kau yakini) cukup berharga saat ini... Aku hanya memintamu untuk berhenti menyiksa batinmu sendiri... Itu saja..."

"Itu terlalu palsu, teman... Kau tak bisa berbohong padaku... Sekalipun tak bisa... Kalau sekarang kau sedang menangis dalam hatimu... Senyummu, kau tau? Penuh keragu-raguan, ketidakyakinan dan tentu saja kerapuhan..."

"Kau bilang, 'aku bahagia'... Baiklah... Kubiarkan kau menikmati rasa bahagiamu itu saat ini... Kau tau, walaupun aku ragu, kata 'aku bahagia'mu itu kurasa patut untuk diperjuangkan saat ini... Aku tetap bersamamu teman... Jangan takut..."

"Tapi tentu saja semuanya butuh waktu... Berpikir lagi, merenung lagi, pastikan lagi, bicarakan lagi... Semuanya butuh waktu, teman.. Dan kurasa kau berada dalam deadline dengan tenggat waktu yang minim... Jadi, gunakanlah waktumu dengan sebaik-baiknya..."

"Jangan menangis, jangan menghela nafas, jangan menyembunyikan wajahmu di balik bantal, jangan terlalu banyak melamunkan masalahmu saat ini... Waktu yang kau buang untuk hal-hal di atas lebih bermanfaat jika kau memakainya untuk memikirkan solusi masalahmu... Kau mengerti?"

"Aku diam bukan karena aku menerima keputusanmu... Aku hanya menghargaimu sebagai teman dalam proses pendewasaanku (dan tentu saja untukmu juga)... Walau hingga kini aku masih tak cukup mengerti akan keputusanmu..."

"Begitu banyak hal yang ingin kukatakan padamu, tapi hal itu selalu tersendat dengan helaan nafasku atau tatapan kosongku padamu... Kau tau kenapa? Aku tak sekuat itu untuk menyerangmu..."

"Jadi sekali lagi kukatakan.. Berhentilah menyiksa batinmu sendiri... Karena kau tau, itu menjangkit... Kau tak ingin membuat orang lain tersiksa juga kan? Maka berhentilah!"

"Dari semua hal yang kuutarakan diatas, aku hanya ingin kau mengetahui... Aku selalu ada untukmu... Setiap orang yang menyayangimu juga pasti berkata sepertiku... Jadilah kuat..."

"Dan bila suatu saat, mungkin dalam waktu dekat ini, kau menemukan tulisan ini... Berpura-puralah untuk tidak tau, ya? Tapi jangan berpura-pura bahwa kau menerima sebaris kata yang kuucapkan saat ini karena ketidakjujuranku tentang masalahmu.."

"Sebaris kata itu... 'Maafkan aku'..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar