Sabtu, 08 Januari 2022

Buku Pertama di tahun 2022 : Going Offline, Menemukan Jati Diri di Dunia Penuh Distraksi

Tapi tentu saja cerita ini aku tulis secara online (LOL). Going Offline, Buku ini aku selesaikan kurang lebih dua bulan.

Sayangnya, karena terpotong jam kerja (walau kadang-kadang aku mencuri waktu untuk membaca buku ini), dan juga online (ya aku masih sempat online) jelas aku terdistraksi saat membaca buku ini dan butuh dua bulan untuk selesai dibaca. Awalnya, aku tertarik membeli buku ini di toko online Gramedia Manado karena judulnya (tentu saja). Sekaligus menantang diri kali ya, apa aku bisa engga online dalam waktu yang lama? Aku sadar aku perlu melakukan itu karena mataku mulai kabur dan sakit ketika menantap layar. Belum lagi kerjaanku akhir-akhir ini lebih banyak menatap layar komputer atau ponsel, tidak banyak aktivitas fisik yang aku lakukan tapi mata yang lelah membuatku ingin langsung beristirahat seusai jam kerja.

Walau kenyataannya aku tau kalau aku harus beristirahat, tetap saja aku menghabiskan waktuku derngan menggulir layar ponsel pintarku. Padahal tak ada yang penting di sana. Belum lagi aku melakukan hal tersebut dengan posisi tiduran, cahaya minimal yang asalnya hanya dari lampu kedap-kedip (lampu pohon Natal itu loh... apa sih namanya?), ya jelas aku ngga tidur-tidur. Kebiasaan buruk yang harus aku hentikan sebelum akhirnya aku harus menyerah dan memakai kaca mata.

Dengan niat seperti itu, aku membeli buku ini dan mulai membacanya. Maaf, tapi awalnya, penggunaan kata 'gawai' sempat mengganggu bagi aku, Aku mikir apa sih? Kok ga make istilah yang umum  digunakan saja? Jadi aku pun mengecek arti dari kata tersebut di aplikasi kbbi, yang artinya "alat". Memang semua benda yang berguna bagi manusia bisa disebut sebagai alat, tapi yang dimaksud dalam buku ini adalah alat yang memudahkan aktivitas manusia seperti ponsel pintar. Apa saja bisa dengan mudah kita dapat lewat ponsel di genggaman kita, mulai dari hiburan, makanan, transportasi, pengetahuan, apa saja!? Jadi, karena dimanjakan dengan segala hal yang disediakan oleh ponsel pintarku itu, ponselku itu sendiri sudah jadi kebutuhan yang tidak bisa aku lepas. Aku pernah mendapati diriku uring-uringan karena pesan yang tak kunjung dibalas. Kemudian aku mulai mempertanyakan apa salahku, apa diriku tidak pantas. Sangat disayangkan karena akau menimbang nilai diriku sendfiri di atas sebuah benda yang tidak berdaya jika tidak kuisi baterainya. Ini juga harus kuhentikan.

Aku juga terganggu dengan penyusunan paragrafnya yang tidak rata kiri-kanan. Iya aku bisa terganggu karena hal seperti itu. Makanya aku sempat berhenti membaca buku ini setelah beberapa halaman saja. Syukurlah aku berniat untuk merampungkan buku ini dan tak menyesal karena kalah dengan perkara rata kiri-kanan. Oh, aku juga ngga sempurna, kenapa aku harus menuntut kesempurnaan dari sebuah tulisan?

Hahahaha... aku menertawakan diriku yang baru saja ingin meraih ponsel yang bahkan tidak berbunyi, untung aku sempat sadar dan melarang diriku sendiri.

Lalu apa saja yang aku dapat dari buku ini?

1. Kehadiran diriku di dunia ini adalah karunia.

Seringkali aku berada di suatu tempat tapi tidak hadir di sana. Pikiranku entah ada di mana, mungkin sedang memikirkan hal tidak perlu, cemas, "gimana kalo...?", macam-macam. Belum lagi mata dan jariku, sibuk dengan ponsel yang ada dalam genggaman. Aku pernah ditegur seorang teman karena sibuk dengan ponsel saat diajak minum kopi. Hal yang seharusnya tidak aku lakukan dalam hubungan pertemanan. Yang namanya hubungan tentu perlu interaksi, sayangnya aku sibuk dengan layar yang sebenarnya sama sekali tidak berinteraksi denganku dan mengacuhkan orang-orang yang benar-benar ada di sekitarku. Tentu aku tidak harus selalu menimpali omongan orang, tapi seharusnya aku tidak melewatkan apa yang perlu aku dengar.

"Sungguh memprihatinkan. Karena kita melekat erat pada ponsel pintar kita dalam rangka ingin terus terhubung, kita dengan bodohnya mengabaikan keterhubungan yang nyata dan berharga yang dapat kita jalin." - halaman 9.

2. Tubuhku adalah tanggung jawabku

Termasuk pikiran, emosi, kata-kata dan hal yang aku lakukan. Juga kebahagiaan, luka, energi negatif dan positif yang datang dan pergi. Semuanya ada dalam kontrolku, dan aku harus sadar dan sehat untuk melakukan itu.

Dan, "Pilihan-pilihan kitalah yang menentukan apa yang kita undang dan tarik ke dalam pikiran dan hidup kita." - halaman 165.

"Pikiran tidak tertib menghasilkan pemikiran tidak tertib, yang membuat rencana dan aksi tidak akan terlaksana dan ide-ide tidak terwujudkan. - halaman 234. Karena itu penting untuk memelihara pikiran, membuatnya bertumbuh dengan mengisi pikiran itu dengan hal-hal baik.

3. Cara paling baik untuk menghadapi hidup adalah memiliki pengetahuan yang cukup tentang diri sendiri

Dalam buku ini, Desi Anwar menulis,

"Bila saya sadar setiap kali merasakan emosi yang kuat itu- dan biasanya disertai dengan gejala fisik yang menonjol seperti meningkatnya debar jantung, rasa tercekat di tenggorokan, rasa mulas di perut, rasa panas di kepala, peluh di kening--- saya memastikan untuk mengawasi perasaan itu dengan saksama. Saya katakan pada diri sendiri, "Ini nih kemarahan sedang datang berkunjung." Itulah tamu tak diundang yang berpotensi destruktif. Biarkan saja dia masuk dan mengeksplorasi sejenak, tetapi berhati-hatilah agar ia tidak  mengambil alih seluruh rumah..." - halaman 139.

Bila aku belajar tanda-tanda dan hal apa saja yang menjadi tuas yang menyalakan amarahku, mungkin aku bisa mengendalikan emosi dan tidak berakhir dengan menyesal. Tahun lalu ada kejadian yang membuatku benar-benar menyesal, kenapa aku harus menangis di depan orang yang bahkan tidak menghargai aku? Aku menyesal kenapa aku tidak punya cukup kesadaran untuk mengontrol emosiku dan tidak menangis bahkan berteriak padanya. Tentu dia bersalah dan melukai hatiku, tapi seharusnya aku bisa menghadapinya dengan lebih baik dan lebih kuat. Lalu aku mulai menyalahkan diri karenanya. Syukurlah, aku belajar. Kalau tidak, tak ada yang aku dapatkan selain rasa malu karena 'meledak' saat itu.

Ada banyak kalimat yang aku sukai dalam buku ini tapi tentu tidak bisa aku tulis semuanya. Maka, ada baiknya bila kalian penasaran, baca dan temukan kalimat-kalimat yang cocok untuk dirimu sendiri dan membuatmu bersyukur karena memilih untuk menyediakan waktu untuk 'Going Offline'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar