Rabu, 09 Mei 2012

Aska si Penanya

Dahulu kala di sebuah dusun yang kecil, hiduplah seorang kakek dan cucunya Aska yang gemar bertanya. Saking seringnya ia bertanya, anak-anak yang tinggal di desa tersebut memberinya julukan 'Aska si penanya'.
Setiap hari ada saja pertanyaan baru yang ditanyakan Aska pada kakeknya. Bagaimana burung bisa memiliki sayap; mengapa daun berwarna hijau; apakah awan mendung memiliki musuh, dan pertanyaan tak masuk akal lainnya sudah pernah ditanyakan oleh Aska. Tapi kakeknya terus menjawab setiap pertanyaan Aska dengan sabar. Walau kadang Aska masih tidak merasa puas dengan jawabannya.
Suatu hari, saat matahari bersinar lebih terik dari biasanya, Aska berlari riang setelah pulang bermain. Dengan cepat ia mencari kakeknya lalu tersenyum saat mendapati kakeknya yang sedang asyik memberi makan perkutut peliharaannya.
"Kek, Kakek... Benarkah harta karun itu ada?" tanya Aska sambil terengah-engah karena baru habis berlari.
Kakek Aska sempat kebingungan mendengar pertanyaan Aska kali ini. Ia bahkan mengacuhkan kicauan perkutut kesqyangannya yang protes karena makan siangnya terganggu. Tapi karena Aska terus mendesak, akhirnya ia berkata, "Hmm... Semua manusia punya harta karun masing-masing."
"Benarkah? Kalau begitu kakek juga punya harta karun?"
"Tentu saja ada."
"Lalu... apa kakek punya peta harta karun juga?" Aska bertanya lagi, tapi kakek hanya tersenyum sambil membawa pisang sisa makan siang si perkutut lalu masuk ke dalam rumah.
Keesokan harinya Aska masih penasaran soal harta karun milik kakek. Ia lalu menghampiri kakek yang sedang membaca buku di teras.
"Kek, kakek... bisakah kakek meminjamkan peta harta karun kakek untukku?"
"Hmm... Peta harta karun?"
"Iya! Peta harta karun seperti milik bajak laut itu, kek!" seru Aska bersemangat.
Lagi-lagi kakek merasa bingung menjawab pertanyaan Aska. Tapi kakek tak kehabisan akal. Ia masuk ke dalam kamarnya, mengambil selembar kertas dan pensil, lalu mulai menggambar. Tak lama kemudian kakek keluar lalu memberikan kertas tersebut pada Aska.
"Ini petanya?" seru Aska lagi.
"Ya, itu petanya. Ikuti saja petunjuk yang ada di peta itu."
Tanpa pikir panjang Aska pun langsung mengikuti petunjuk pada peta yang digenggamnya. Berjalan memutar di kebun sayuran milik kakek, berdiri di depan sangkar perkutut selama 7 menit, dan perintah selanjutnya dilaksanakannya dengan senang hati. Tapi ujung-ujungnya Aska merasa kecewa karena tempat harta karun tersebut ternyata adalah kamarnya sendiri.
"Loh? Kenapa ujung peta ini malah kamarku, kek?" tanya Aska.
Kakek tersenyum mendengar pertanyaan Aska lalu mengambil peta tersebut. Dengan lembut kakek mengusap rambut Aska dan berkata, "Karena harta karun kakek ada di sini. Suatu hal bisa menjadi harta bukan hanya diukur dari seberapa mahal harganya atau kilau yang dimilikinya, tetapi bagaimana pentingnya hal tersebut bagi orang yang memilikinya. Dan karena hal terpenting yang kakek miliki ada di sini, jadi di sinilah harta karun kakek berada."
Aska menatap kakek lalu menatap ke arah kamarnya dan akhirnya menyadari maksud perkataan kakek. Harta karun bisa dimiliki oleh setiap orang asalkan mereka bisa lebih bersyukur dengan apa yang mereka punya. Dan bagi kakek dan juga Aska, harta karun mereka adalah... Keluarga.

posted from Bloggeroid

2 komentar: