Ia memandang linimasa dengan malas, entah kenapa Ia tak bisa menikmati semua permainan ini lagi. Sebaris keluhan telah Ia lontarkan, tapi saat yang lain bertanya mengapa Ia hanya berkata "aku baik-baik saja." Kebohongan seperti ini sudah biasa.
"Aku harus pergi sejenak. Aku jenuh."
"Tidak apa-apa, itu keputusanmu. Aku tidak punya hak untuk melarang."
"Jangan menyesal kalau aku tak ada saat kau rindu."
"Bohong kalau aku tidak merindukanmu. Sebenarnya... rasa itu ada."
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya lagi, berusaha agar sebaris kalimat terakhir itu menghilang dari pikirannya. Namun sayang, usahanya sia-sia.
"Saat salah satu sudah terbawa rasa, maka itulah saat yang tepat untuk berhenti."
Apakah jalan satu-satunya adalah pergi?
"Mungkin belum tiba saatnya... pasti akan tiba waktunya."
"Waktu untuk terluka?"
"Ya, mau tidak mau."
Bayangkan bayangkan ku hilang, hilang tak kembali.
Apa Ia benar-benar bisa menghilang dari kehidupan sosok tersebut? Ia tidak tahu... tidak tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar