Kamis, 12 Januari 2012

Halo, siapa namamu?

Pintu besi itu terbuka lagi.

Jean sedikit memanjangkan lehernya untuk melihat sosok yang keluar dari pintu dan lagi-lagi Ia harus memasang wajah kesal.

"Kenapa?" tanya Silvi yang duduk di sebelah Jean.
"Bukan dia."
"Dia siapa?"

Jean lebih memilih tak menanggapi pertanyaan Silvi yang terakhir. Bukan karena Ia malas menjawab hanya saja Ia memang tidak tahu siapa nama pria yang dinantinya. Yang Ia ketahui dari pria itu hanyalah kenyataan bahwa pria itu menarik dalam usianya yang berkisar di angka tiga puluh dan ada aroma manis roti yang pekat dari tubuhnya setiap kali pria itu lewat. Ya, mereka memang sedang bersantai di sebuah toko roti. Lebih tepatnya Silvi lah yang sedang bersantai. Sedangkan Jean? Tentu saja sibuk menanti pria-beraroma-roti tadi. Sudah minggu kedua sejak Jean mulai memperhatikan pria itu namun sampai sekarang Ia belum bisa mengorek identitasnya. Tak jarang timbul niat untuk nekat berteriak, "Halo, siapa namamu?!" tapi bayangan mobil Ambulance dari Rumah Sakit Jiwa membuatnya ngeri. Namun hari ini Jean sudah bertekad untuk menuntaskan semuanya.

Dan tiba-tiba pintu besi itu terbuka, mengeluarkan pria yang sudah dinantikannya sejak satu setengah jam yang lalu. Pria itu berjalan dengan langkah yang cepat sambil mengangkat sekeranjang roti tawar yang belum dibungkus plastik. Mulutnya tak berhenti mengucap kata permisi pada orang-orang yang berdiri menghalanginya dan tak memperhatikan tatapan sarat emosi yang keluar dari kedua mata Jean.

Itu dia.

Jean menggeser kursinya, berjalan menuju pria itu, dan melebarkan kedua tangan untuk menghadangnya.

"Kau siapa?" tanya pria itu kebingungan.

Salah satu sisi bibir Jean tertarik membentuk sebuah senyuman sinis. Dengan kasar Ia melempar beberapa lembar foto yang sudah kusut.

"Kau tak harus tahu siapa aku. Yang harus kau lakukan hanyalah menghilang dari kehidupan wanita dalam foto ini secepat mungkin..." Jean menatap cukup lama pada pria itu lalu mengalihkan pandangannya pada tanda pengenal di saku pria tersebut. Namanya Pramudia.

Dan Jean tidak menghiraukan Silvi yang memanggil namanya berkali-kali saat Ia berlari keluar dari toko roti. Ia terus berlari dengan mata tertuju pada sosok wanita berwajah keibuan pada foto di dalam dompet yang tersenyum di sebelah ayahnya. Wanita yang sama yang berpose mesra dengan pria bernama Pramudia di foto yang dilemparkannya tadi. Tak menyadari sebuah mobil yang melaju cepat dan menghantam tubuhnya.

Jean memanggil nama itu lagi dan perlahan pandangannya mengabur.
“Ibu...”
Semuanya gelap sekarang.

4 komentar:

  1. Waahh... ngelabrak selingkuhan ibunya =.=

    Stany berani ya? *ehh XD

    BalasHapus
  2. Ehh buset. XD
    Ga berani aslinya. *loh
    Nyambung ga sih ini sama judulnya? *wkwkwk

    BalasHapus
  3. Agak jauh sih. Tapi cuek aja :))

    BalasHapus