Pintu besi itu terbuka lagi.
Jean sedikit memanjangkan lehernya untuk melihat sosok yang
keluar dari pintu dan lagi-lagi Ia harus memasang wajah kesal.
"Kenapa?" tanya Silvi yang duduk di sebelah Jean.
"Bukan dia."
"Dia siapa?"
Jean lebih memilih tak menanggapi pertanyaan Silvi yang
terakhir. Bukan karena Ia malas menjawab hanya saja Ia memang tidak tahu siapa
nama pria yang dinantinya. Yang Ia ketahui dari pria itu hanyalah kenyataan
bahwa pria itu menarik dalam usianya yang berkisar di angka tiga puluh dan ada
aroma manis roti yang pekat dari tubuhnya setiap kali pria itu lewat. Ya,
mereka memang sedang bersantai di sebuah toko roti. Lebih tepatnya Silvi lah
yang sedang bersantai. Sedangkan Jean? Tentu saja sibuk menanti
pria-beraroma-roti tadi. Sudah minggu kedua sejak Jean mulai memperhatikan pria
itu namun sampai sekarang Ia belum bisa mengorek identitasnya. Tak jarang
timbul niat untuk nekat berteriak, "Halo, siapa namamu?!" tapi
bayangan mobil Ambulance dari Rumah Sakit Jiwa membuatnya ngeri. Namun hari ini
Jean sudah bertekad untuk menuntaskan semuanya.
Dan tiba-tiba pintu besi itu terbuka, mengeluarkan pria yang
sudah dinantikannya sejak satu setengah jam yang lalu. Pria itu berjalan dengan
langkah yang cepat sambil mengangkat sekeranjang roti tawar yang belum
dibungkus plastik. Mulutnya tak berhenti mengucap kata permisi pada orang-orang
yang berdiri menghalanginya dan tak memperhatikan tatapan sarat emosi yang
keluar dari kedua mata Jean.
Itu dia.
Jean menggeser kursinya, berjalan menuju pria itu, dan
melebarkan kedua tangan untuk menghadangnya.
"Kau siapa?" tanya pria itu kebingungan.
Salah satu sisi bibir Jean tertarik membentuk sebuah
senyuman sinis. Dengan kasar Ia melempar beberapa lembar foto yang sudah kusut.
"Kau tak harus tahu siapa aku. Yang harus kau lakukan
hanyalah menghilang dari kehidupan wanita dalam foto ini secepat
mungkin..." Jean menatap cukup lama pada pria itu lalu mengalihkan
pandangannya pada tanda pengenal di saku pria tersebut. Namanya Pramudia.
Dan Jean tidak menghiraukan Silvi yang memanggil namanya
berkali-kali saat Ia berlari keluar dari toko roti. Ia terus berlari dengan
mata tertuju pada sosok wanita berwajah keibuan pada foto di dalam dompet yang
tersenyum di sebelah ayahnya. Wanita yang sama yang berpose mesra dengan pria
bernama Pramudia di foto yang dilemparkannya tadi. Tak menyadari sebuah mobil
yang melaju cepat dan menghantam tubuhnya.
Jean memanggil nama itu lagi dan perlahan pandangannya
mengabur.
“Ibu...”
Semuanya gelap sekarang.
Waahh... ngelabrak selingkuhan ibunya =.=
BalasHapusStany berani ya? *ehh XD
Ehh buset. XD
BalasHapusGa berani aslinya. *loh
Nyambung ga sih ini sama judulnya? *wkwkwk
Agak jauh sih. Tapi cuek aja :))
BalasHapusJiah. Wkwkwkw XD
Hapus