Selasa, 10 Oktober 2023

Menjalani Masa Kini tanpa Lupa Bermimpi... DAN SEBALIKNYA (Habis Baca : Dallergut Toko Penjual Mimpi)

 


Apa kamu termasuk orang yang susah tidur sama sepertiku? Akhir-akhir ini aku perlu meminjam kekuatan dari playlist lagu tidur ataupun dari buku bacaan yang mengundang kantuk jika dibaca dalam kondisi minim cahaya seperti gambar di atas. Itu cukup membantuku agar bisa tidur, juga menjauhkan diriku dari keinginan scrolling media sosial sampai lewat tengah malam; tanpa ada maknanya. Lalu aku akan tidur... dan kadang bangun karena mimpi yang tidak kuinginkan. Mimpi buruk, dalam buku yang baru habis aku baca, "Dallergut : Toko Penjual Mimpi", mimpi seperti ini diproduksi oleh rumah produksi Maxim. Sayang sekali kenapa aku hanya ingat mimpi burukku saat aku terbangun, walau nantinya aku lupa juga setelah beberapa hari. Andai saja kemampuanku untuk mengingat mimpi menyenangkan juga sama baiknya seperti mengingat mimpi buruk.

Lalu, dari mana asal mimpi? Dalam ringkasan cerita di sampul belakang buku ini tertulis, ada sebuah desa yang hanya bisa kamu datangi saat kamu tertidur, dan di desa tersebut, terdapat suatu toko bernama Dallergut yang dijalankan secara turun-temurun. Toko ini menjual mimpi, seperti film dengan genre bervariasi. Kamu bisa mengunjungi lantai mana saja dari lantai 1 sampai 5 sesuai mimpi yang kau impikan. Tentu saja, kamu juga bisa berkonsultasi dengan pemiliknya jika tak kunjung menemukan mimpi yang sesuai untukmu, sehingga bisa jadi saran untuk pembuatan mimpi sesuai pesananmu.

Baiklah, pertama-tama sebenarnya aku agak kebingungan waktu mulai membaca prolog buku ini. Karena aku pikir ini seperti cerita fantasi dimana seorang manusia biasa tersesat dan tanpa sengaja menemukan toko penjual mimpi. Namun ternyata ekspektasiku salah, cerita ini diceritakan dari sudut pandang Penny, seorang gadis yang tumbuh dalam desa fiksi dalam buku tersebut dan ingin bekerja di Dallergut : Toko Penjual Mimpi. Dari sudut pandang Penny, pembaca bisa mengetahui legenda mengapa mimpi itu ada, siapa itu Dallergut, dan seperti apa toko yang dijalankannya (kalimat yang aku suka juga muncul dalam prolog ini : Bermimpi secukupnya, agar mimpimu tidak sampai merampas kenyataan).

Lalu bab selanjutnya mulai menceritakan tentang pelanggan yang datang ke toko dan mimpi yang mereka beli. Aku sendiri pengen mengalami mimpi (juga kenyataan! bila benar terjadi) seperti di bab kedua buku ini.

Spoiler (silahkan block 4 baris di bawah untuk membaca) :

Ah yaa... aku sedikit mengharapkan ada kisah cinta antara Maxim dan Penny (hahahaha) tapi sayang setelah pertemuan terakhir mereka di pertemuan para produser mimpi, Maxim tidak muncul lagi di bab selanjutnya. :"( Apa ada di seri kedua buku ini? (Iya buku ini ada seri duanya tapi bukunya baru aku pesan jadi masih dalam perjalanan).

Kesimpulan yang aku dapat dari membaca buku ini yaitu, dalam menjalani hidup kita juga perlu beristirahat walau hanya sejenak. Kadang kita juga perlu bermimpi agar bangun dengan semangat baru di hari selanjutnya. Seperti kata Bancho, salah satu produser mimpi dalam buku ini, "Jangan sakit, makan yang banyak, tidur yang nyenyak..." semoga kita semua bisa seperti itu!

Senin, 25 September 2023

#JurnalMalam : Sebelum dan Setelah (Habis baca : Orang Berikut Yang Kaujumpai Di Surga, Sedang Baca : Siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti?)

Baru-baru ini salah satu orang baik dalam hidupku berpulang. Namanya tante Adel, sampai sekarang aku masih ingat senyum lebarnya yang memperlihatkan deretan gigi tiruan penuh yang aku buatkan untuknya. Dari semua pasien yang pernah aku kerjakan saat koass, aku sangat bangga bisa membuatkan gigi tiruan itu untuk tante Adel. Senyum yang ia beri sangat tulus, polos, dan tidak ada kepalsuan di dalamnya.

Aku bingung kenapa aku menangis saat menulis ini. Padahal aku bisa menahan air mata di depan jasad beliau.

Kematian ini menjadi alasan aku menyobek plastik pembungkus buku "Siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti." Menurutku, buku ini menyampaikan kekhawatiran penulis seperti, "apa ia sudah cukup baik sebagai manusia sampai akan ada yang datang ke pemakamannya saat ia mati?" Juga mengajak pembaca untuk bisa menghargai perasaan orang lain. Bilang 'maaf' dan 'terima kasih' selagi orang yang pantas menerima kata itu masih hidup.

Tante Adel adalah orang baik, karenanya aku sempat protes waktu mendengar keluarga berencana hanya menulis riwayat hidup yang pendek untuk beliau. Aku mengerti bahwa setiap orang hanya hadir dalam sebagian perjalanan hidup orang lain, juga hanya bisa mengingat porsinya masing-masing dalam cerita hidup tersebut. Tapi protesku hanya sebentar kok, aku sadar yang terpenting adalah mengantar kepergian beliau dengan layak. Dan begitulah riwayat hidup tersebut selesai disusun.

Sesuai jadwal yang ditentukan yaitu hari Selasa, aku dan mama datang ke pemakaman tante Adel. Aku tidak kaget melihat banyaknya orang yang datang. Ibadah pemakaman berlangsung lancar sampai tiba waktunya pembacaan riwayat hidup oleh keluarga. Tapi ternyata setelah pembacaan riwayat hidup, ada beberapa orang terdekat yang diminta untuk menceritakan momen yang pernah mereka alami bersama almarhum. Cerita yang paling aku ingat adalah katanya semasa hidup almarhum selalu rajin pergi ke ibadah pemakaman siapapun yang ia kenal. Walau jauh sekalipun ia selalu berusaha mencari cara agar bisa datang. Saat sesi sharing ini, di kiri kanan aku bisa mendengar orang-orang yang duduk di sebelahku mengiyakan, juga berbagi kebaikan lain yang almarhumah lakukan dalam hidup mereka.

Riwayat hidup yang dituliskan memang hanya pendek, tapi apa itu bisa dibandingkan dengan riwayat hidup yang diceritakan oleh begitu banyak pelayat yang datang dengan ceritanya masing-masing?

*

Karena tidak selalu bisa membawa buku fisik ke mana-mana akhirnya sebelum selesai membaca buku "Siapa yang Datang ke Pemakamanku," aku mengganti sesi baca buku di luar rumah dengan membaca buku digital. Kebetulan saat aku membuka aplikasi iJakarta (perpustakaan online milik pemerintah Jakarta) ada 5 copy buku "Orang Berikut Yang Kau Jumpai di Surga" karya Mitch Albom tersedia untuk dipinjam. 

Saat selesai membaca buku ini aku juga baru sadar kalau kedua buku ini bertema kematian. Aku memang mudah terbawa perasaan. Karena temanya sama, jadi aku ingin menceritakan pengalaman membaca kedua buku ini dalam satu postingan yang sama...

Sesuai judulnya, buku ini menceritakan tentang kejadian yang dialami seorang wanita setelah ia ke Surga. Di sana ia bertemu dengan 5 orang yang punya pengaruh masing-masing dalam hidup wanita tersebut. Bagaimanapun selama hidupnya, Annie --nama wanita tersebut-- menganggap bahwa ia selalu melakukan kesalahan; makanya hidupnya menderita. Kehadiran 5 orang ini lah yang nantinya akan memberitahu Annie bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya bukan salah siapa. Mungkin hari itu angin hanya bertiup dan membawa suatu perubahan...

Aku rasa tidak banyak yang bisa aku ceritakan tentang buku ini. Buku ini, menurutku lebih baik jika dibaca dan direnungkan masing-masing oleh tiap orang yang membacanya. Aku bertanya-tanya apa ada orang lain yang menangis saat membuka halaman yang juga membuatku menangis. Pada akhirnya seperti yang ditulis dalam buku ini, ada banyak pertanyaan 'apa' yang akan kita temui namun kapan jawaban dari 'mengapa' itu akan muncul seringkali lebih lama dari yang kita perkirakan.

Sebelum dan Setelah mati, apa dan mengapa, aku harap tiap tahap menuju ke sana bisa aku lalui tanpa penyesalan.

Akhir kata, selamat jalan tante Adel... terima kasih karena tiap kali tante senyum, aku jadi senyum juga. Dan terima kasih juga karena tiap kali aku ingat senyum itu, aku jadi ingat kalau kebaikan ada dalam hidup ini dan aku juga jadi senyum lagi (walau saat ini masih nangis dikit). Aku yakin tante sudah beristirahat dengan tenang, mungkin mengalami pertemuan dengan 5 orang di Surga... apa bahkan ketemu Tuhan? Amiin.

Sabtu, 16 September 2023

#JurnalMalam : Apa yang Aku Miliki dan Tidak (sedang baca : Filosofi Teras)

    Saat memutuskan judul apa yang harus dipakai untuk tulisan kali ini, aku memilih kata jurnal sebagai kata pertama. Sepintas ada sebuah niat untuk membuat ini sebagai tulisan rutin, tapi taulah... apa ya bahasa Indonesianya, "panas-panas tai ayam" (wwkwkkwkwk), kayak niat cuma di awal doang tapi nerusinnya malas. Jadi ya aku mau nulis ini sebebasnya aja tanpa beban untuk harus menulis tulisan lanjutannya. Selain itu, lucunya, saat aku pikirkan lagi aku malah ngga tau arti sebenarnya dari jurnal (wkwkwkwk). Jadi jurnal itu sendiri (menurut Google) adalah catatan yang dibuat secara teratur. Teratur ya... apa bisa aku teratur padahal blog ini aja judulnya 'kacau'? Tapi mari kita coba yaa.

Filosofi Teras
oleh Henry Manampiring
    Sekitar dua atau tiga hari yang lalu, aku berhasil meminjam buku "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring dari aplikasi perpustakaan digital Bank Indonesia (IBI). Aku baru selesai membaca bab II hari ini. Membaca buku saat ini jadi salah satu kegiatan yang bisa aku lakukan untuk menenangkan hati, bersabar saat menunggu antrian, atau kegiatan sebelum tidur. Buku ini bisa dibaca dengan perlahan (karena aku juga bukan tipe pembaca yang cepat) dan sesekali berhenti untuk merenung tentang apa yang baru saja aku baca. Filosofi Teras menceritakan tentang sebuah ajaran yang digagaskan oleh Zeno. Pada mulanya ajaran ini diajarkan di stoa (bahasa Yunani yang artinya beranda, serambi) sehingga kaum yang mengikuti ajaran ini disebut kaum stoa dan ajaran ini selanjutnya disebut Stoisisme. Belum banyak yang bisa aku ceritakan tentang isi buku ini, tapi yang aku maknai ialah :

#1 : kebahagiaan bisa didapat dengan melatih diri kita sendiri
Latihan bahagia? Ada rasa sangsi yang muncul saat aku membacanya. Maksudnya aku harus berlatih biar bisa bahagia gitu? Aku mencoba mengalah dengan rasa sangsi dan membiarkan rasa ingin tahu menang kali ini. Ternyata ada banyak artikel tentang latihan bahagia, jadi kesimpulannya kebahagiaan bukan hanya bisa dilatih tapi bisa juga dicari... asal aku mau dan niat.

"Sama seperti otot harus dilatih dengan berulang-ulang mengangkat barbel, maka batin pun bisa diperkokoh lewat latihan rutin setiap hari lewat STAR (Stop, Think-Assess, Respond)." _ Filosofi Teras, halaman xviii

#2 : bahagia itu artinya bebas dari emosi negatif
Semoga bagian ini ditulis dengan kesadaran bahwa aku harus terus belajar untuk mengatasi emosi dan amarah dalam diri. Emosi yang tidak bisa dikendalikan bukan hanya bisa merusak hubungan dengan orang lain, tapi juga merusak diri sendiri dengan penyesalan yang muncul tiap kali tidak bisa mengontrolnya. Hal ini juga pernah aku baca dalam buku "Going Offline" karya Desi Anwar, "Cara paling baik untuk menghadapi hidup adalah memiliki pengetahuan yang cukup tentang diri sendiri" (baca review "Going Offline": breakTime.... (kekacauansementara.blogspot.com)) yaitu mengenal tanda-tanda yang muncul saat emosi negatif dalam pikiran akan segera meluap dan bisa segera dicegah agar tidak menjadi kata-kata atau marah. Juga nafsu, mengetahui apa bedanya keinginan dan kebutuhan sehingga terbebas dari perilaku ingin mendapatkan apa yang sebenarnya tidak aku perlukan. Hal ini jugalah yang menjadi dasar aku menulis nomor #3 juga judul tulisan ini...

#3 : Menghargai apa yang aku miliki dan tidak terpaku pada apa yang tidak aku miliki
Judulnya jelas ya... sesederhana aku yang terus ingin membeli gadget baru padahal aku sudah punya banyak dan waktuku lebih banyak aku habiskan dengan gadget-gadget tersebut. Aku sering merasa kesepian saat melihat media sosial dari layar gadget... maksudnya, gimana yah menulis perasaan ini. Itu kan tempat bersosialisasi. Tapi duniaku kan isinya bukan hanya itu, itu maya, lebih banyak yang palsu. Kenapa aku harus merasa sepi, aku punya keluarga, aku juga punya teman. Harusnya aku tidak mengurung diri dalam kesepian yang aku ciptakan sendiri dalam benda sekecil gadget. Mungkin jika aku lebih menghargai apa yang ada di dunia nyata di sekitarku, hidupku bisa lebih berarti.

Baru-baru ini pun aku membaca artikel dari Greater Good tentang "10 Hal yang bisa Kamu Lakukan untuk membuat Waktumu lebih Bermakna" (baca : Ten Ways to Make Your Time Matter (berkeley.edu)) Salah satu di antara 10 poin yang ditulis mengatakan, "Distraksi dari dunia digital memungkinkan kita untuk melarikan diri ke dunia di mana keterbatasan manusia yang menyakitkan tampaknya tidak berlaku." Dengan membatasi penggunaan gadget, bahkan menggunakan teknologi dengan satu tujuan seperti kindle untuk membaca (aku lebih tertarik untuk membeli mp3 player sebagai teman untuk membaca buku saja, tapi nanti saja belinya setelah nabung) bisa mengurangi waktu yang digunakan untuk menggulir linimasa media sosial tanpa tujuan, atau menonton Youtube berjam-jam yang isinya rata-rata gadget yang pengen aku beli tapi ga butuh.

Lalu apakah jika aku sudah mendapat hal yang tidak aku miliki, apa akan selalu berujung bahagia? Dan jika tidak punya, apa aku harus tidak bahagia? Rasanya sedih jika membandingkan ketidak bahagiaanku dengan orang-orang di luar sana yang tidak punya banyak hal tapi bisa bahagia. Aku harap apa yang aku ketik setelah ini tidak sensitif untuk mereka yang memiliki keterbatasan baik fisik maupun materi. Saat aku membaca buku ini di ruang tunggu rumah sakit pagi ini, aku melihat layar tv memutar berita tanpa keterangan apa yang jadi topik pembicaraan. Layar itu menampilkan video tanpa suara dan terlihat ada dua orang di sana yaitu polisi pria dan satunya lagi seorang juru bahasa isyarat yang sibuk menggerakan tangan dengan cepat. Aku bukan orang yang mengerti bahasa isyarat, tapi dulu sekali aku sering melihat berita (sepertinya Seputar Indonesia) yang menambahkan sebuah kotak kecil di sudut kanan bawah yang menampilkan juru bahasa isyarat. Hal yang sudah lama tidak aku lihat karena sudah jarang menonton tv apalagi berita ini membuatku berpikir, bagaimana ya perasaan orang yang tuli sejak lahir? Aku pernah menegur petugas apotek yang suaranya tidak kedengaran saat memanggil antrian, bagaimana ya jika suatu saat duniaku nantinya hening... aku tidak bisa membayangkan.

Ternyata, ada banyak yang aku miliki, aku tidak kekurangan.

Sebelum tulisan ini semakin kacau dan ga jelas tujuannya ke mana, aku akan mengakhiri ini di sini saja. Setelah selesai baca buku ini (segera!) aku akan menulis lagi.

Semoga bahagia.

Minggu, 10 September 2023

Latihan mengetik yang banyak dengan Bahasa Indonesia

(Setelah membaca judul sekali lagi, aku ketawa sendiri. Tapi nyatanya tujuan menulis blog ini yaa salah satunya untuk itu.)


Akhir-akhir ini aku merasa terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di internet. Sepertinya inilah yang membuat suatu lubang muncul di pikiranku, isinya hanya ruang kosong dimana aku tinggal di dalamnya dan merasa hampa. Terus menggeser ponsel pintar yang menampilkan halaman X tanpa lelah... hah... aku bingung kenapa aku menghabiskan waktu lama untuk aktivitas yang sama.

Aku pun menyadari, semakin sedikit kata-kata yang aku ucapkan setiap hari. Maksudnya, memang banyak hal yang aku ketik di linimasa milikku. Tapi mengetik berbeda dengan bicara, kan? Kemampuanku untuk memproses kata-kata jadi kalimat yang harus aku ucapkan juga semakin berkurang. Selain itu, linimasa yang isinya bahasa bercampur aduk membuatku sering kebingungan dalam memilih kata yang harus kugunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Saat ini pun, aku berusaha mengeja kalimat yang aku ketik. Sebuah usaha agar aku tidak akan lupa bagaimana suaraku saat mengucap sesuatu.

Aku terlalu sering bicara sendiri dalam pikiranku. Saat ada kesempatan untuk bicara pun aku jadi terbata, kebingungan, khawatir, terburu-buru, emosional, jadi satu. Seringkali aku takut, orang-orang tidak bisa mengerti apa yang ingin aku sampaikan. Aku perlu menata pikiranku lagi.

Iri, ini bukan waktu yang tepat untuk iri. Tapi aku merasakan itu saat melihat akun seorang teman. Di sana, ia begitu bebas menyampaikan isi pikiran, tapi semua kalimat yang ia tuliskan begitu terkendali; begitu kokoh. Seperti punya kekuatan yang bisa membuat orang yang membacanya terpesona hanya... bukan hanya---- karena kata-kata yang ia punya. Begitu hebatnya jika seseorang memiliki kekuatan dalam kata-katanya.

Ini membuatku ingin belajar lagi tentang bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Karena bagaimana bisa aku berkomunikasi apabila hanya aku yang mengerti apa isi pikiran dan apa yang aku ucapkan. Dan bukankan itu tidak adil? Mungkin saja ada orang di luar sana, yang menunggu saatnya untuk bisa bicara denganku. Sampai saat itu tiba, mungkin ini waktunya untuk menepi dan belajar lagi. Mungkin membaca lebih banyak buku? Atau menonton video tanpa bahasa asing? Mendengarkan lagu?

Baru-baru ini pun, setelah menonton kembali musim kedua dari acara "Masa Muda Bersamamu" aku menemukan lagu bagus yang entah kenapa bisa-bisanya aku lewatkan saat menonton. Lagu dalam bahasa mandarin yang dinyanyikan oleh Tia Ray itu jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berjudul, "Perjalanan Melupakanmu". Sebaris kalimat dalam liriknya yang membekas di ingatanku yaitu:

"Keheningan inilah yang membuat segalanya jadi penuh arti dan membuat hatiku tenang."

Seperti lirik lagu itu, untuk mengatasi kekacauan pikiranku kali ini, dan juga jalan keluar agar aku bisa lebih bebas mengatakan isi pikiranku, aku perlu keheningan.

Kamis, 24 Agustus 2023

Katanya Manusia Punya Dua Sisi

Aku menemukan opini ini di X, 'Manusia punya dua sisi'. Opini yang dikeluarkan setelah banyak orang menentang opini si pemilik akun X yang sebelumnya. Biasa... postingan mengandung garam. Rasanya ingin mengatakan ketidaksetujuan atas hal tersebut, yang kutau manusia punya banyak sisi. Bahkan cara manusia melihat dan menilai sesuatu pun dari berbagai sisi dan dengan segala kemungkinan yang ada.

Tapi aku sadar setiap manusia berhak memiliki opininya masing-masing. Lagipula (aku rasa saat itu) opiniku tidak ada manfaatnya, hanya akan menambah bensin pada bara api. Hanya saja aku perlu tempat untuk mengutarakan isi pikiranku, makanya aku kembali menulis di sini.

Oh ya, akhir-akhir ini berat badanku bertambah. Apakah ini membuatku terlihat membulat? Lalu... berapa banyak sisi yang dimiliki sesuatu yang bulat?

Jumat, 04 Agustus 2023

Malam selanjutnya dimana aku berpikir terlalu banyak

Tapi tidak ada yang bisa aku utarakan. Bahkan saat memutuskan untuk mengetik di sini, dengan harapan agar perasaanku lega, aku tidak bisa mengetik isi pikiranku. Aku berpikir terlalu banyak, termasuk apa yang akan terjadi kalau aku menulis isi pikiranku.

Yang harus aku syukuri adalah hariku tidak seburuk itu. Bahkan saat aku mulai ingin menangis, tangisanku terhenti karena ada notifikasi pesan. Sebuah pesan random dari sahabatku Gaby, bertanya tentang kabar teman sekampus kami yang aku sendiri tidak tau apa kabarnya. Itu seperti cara Tuhan mengingatkanku bahwa aku tidak sendiri... aku punya sahabat kok.

Semuanya tidak baik-baik saja, tapi aku masih sehat dan hidup dalam kenyamanan. Bulan depan aku ulang tahun, Tuhan. Tolong beri kedamaian dan kesehatan dalam keluarga kami...

Sabtu, 03 Juni 2023

Laut: Pilih Jatuh atau Lompat? (Habis baca : The Girl who Fell beneath The Sea)

"Semua pengantin dewa laut terhubung dengannya lewat benang merah takdir,

tapi cinta itu tidak bisa dibeli atau didoakan...

Cinta itu harus diberikan tanpa paksaan."


     Kisah ini tentang Mina, gadis yang memutuskan untuk melompat ke dalam laut menggantikan kekasih kakaknya yang seharusnya menjadi korban selanjutnya. Kenapa aku menyebut kata korban? Karena gadis-gadis itu (iya mereka ada banyak, dipilih berdasar anggapan kalau mereka yang terbaik di antara gadis seumurannya) sepertinya terlihat menjatuhkan diri tapi menurutku tidak. Mereka jatuh, didorong oleh tangan-tangan yang mengantar mereka. Percaya bahwa pengorbanan seorang gadis yang mereka sebut pengantin dewa laut bisa meredakan amarah sang dewa. Lalu bagaimana kalau pengantin yang mereka pilih tertukar?

     Ajaibnya atau sangat disayangkan? Walau bukan jadi yang terpilih, Mina menemukan benang merah takdir di tangannya. Lurus memanjang menuju kediaman dewa laut. Tapi Mina adalah gadis yang percaya pada keyakinannya sendiri, ia sudah menentang apa yang orang lain percayai dengan 'melompat' menggantikan yang 'jatuh'. Tidak, aku tidak bermaksud merendahkan mereka yang jatuh. Yang ingin aku sampaikan adalah betapa baiknya apabila ada satu orang saja yang bisa membuktikan bahwa keyakinan mayoritas orang-orang itu salah, dan tidak ada yang akan jadi korban. Demi membuktikannya, Mina mengikuti benang merah takdir, hanya untuk diputuskan oleh pengawal yang menghadang di kediaman dewa laut.

     Sungguh, cerita sejak Mina melompat hingga ia sampai ke istana dewa laut itu tidak bisa aku cerna dalam pikiran. Bukannya berimajinasi, aku malah pusing, bingung, asing. Apa karena mereka di dalam laut? Maksudnya... mungkin mereka baik-baik saja dalam cerita (ya aku ngga yakin), tapi aku yang membaca mungkin masih bergerak panik karena tenggelam.

     Lantas saat benang merah itu putus, lalu terjalin lagi (awas spoiler!) aku jadi terombang-ambing (hahahahahahah). Tapi yang aku ingat, dalam cerita ini kata 'benang merah' disertai oleh 'takdir'. Aku tidak ingat siapa yang bilang ini dalam cerita tapi katanya takdir itu jangan dikejar, biarkan takdir yang mengejarmu. Dan ternyata (awas spoiler!) takdir itu tidak ke mana-mana. Andai saja kekacauan tidak terjadi dan ular laut tidak muncul di saat yang tidak tepat yah sepertinya Mina bisa sadar lebih cepat akan takdir itu.

     Kemudian ada halaman yang membuat aku menangis tersedu-sedu. Ya, cerita tentang keluarga sering membuatku menangis. Mina juga menangis. Bagian ini membuatku berpikir, "Apa mereka yang pergi lebih dahulu melihat kita dari surga?" atau memilih menanti di dunia arwah agar bisa pergi bersama ke surga... Semoga kita semua menuju surga...

     Setelah penjelasan panjang di atas, aku bersyukur menyelesaikan buku ini dan tidak berhenti sampai bagian Mina melompat dalam air. :"D Karena artinya aku seperti hanya tenggelam mengikuti Mina dan tidak berbuat apa-apa. Aku ingin memberi nilai 3,7 untuk buku ini. Sayangnya aku tidak tau apa itu mungkin di aplikasi goodreads. Tapi nilai 4 juga... Ngga pas. Jadi ratingku di sini adalah 3 dari 5.

Senin, 17 April 2023

Update Challenge Menabung 2023

Aku bersyukur karena aku bisa merampungkan challenge menabung untuk triwulan pertama di 2023 (bahkan April juga sudah). Semua itu karena lindungan Tuhan dan keluarga sehingga kesehatan pikiran dan tubuh aku terjaga dan bisa nabung sampe sejauh ini. Aku sangat bangga!


Walau ternyata celengan emosiku akhirnya ga jalan (wkwkwkk) tapi setidaknya ada perubahan di cara budgeting bulanan aku (ke arah yang lebih baik ya). Emang kayaknya aku lebih bisa budgeting di blu aja, jangan pegang tunai nanti dipake ke yang ga penting😅 Oiya, budgeting di blu juga ada fitur auto-debit harian/mingguan/bulanan. Untuk sekarang, caraku nyimpen duit adalah taroh dulu setengah dari jumlah yang ingin dicapai terus sisanya tinggal pake auto-debit harian/mingguan. Aku memilih cara ini biar nantinya masih ada sisa duit di rekening kalau-kalau ada kebutuhan tak terduga.


Emang sekarang ada berbagai aplikasi bank digital dengan bunga yang lebih tinggi dan fitur lebih lengkap, tapi saat ini aku udah merasa puas dengan aplikasi blu ini. Mudah-mudahan ke depannya bisa lebih teratur budgeting-nya ya.



Senin, 06 Maret 2023

Celengan Emosi

Tulisan ini ditulis setelah menonton drama Netflix, "Love to Hate You". Ya memang engga nyambung sama judul postingan dan apa yang bakal aku lakukan setelahnya terinspirasi dari kebiasaan teman dari pemeran utama wanita, Naeun, yang selalu menabung tiap kali dia ngerasa marah atau emosi. Jadi pelampiasan amarahnya itu ya menabung. Sungguh bermanfaat sekali ya :"D Makanya aku meniru kebiasaan ini, belum berani naro nominal banyak-banyak. Takutnya malah marah-marah terus apa sengaja marah-marah (?) biar tabungannya jadi banyak (sungguh hal yang aneh untuk dicemaskan tapi bisa aja kejadian).


Dimulai dari Rp. 10.000 soalnya pagi-pagi udah marah-marah. :") Semoga engga banyak marah-marahnya biar engga kena denda.

Senin, 27 Februari 2023

Apa yang kamu lakukan saat sedang tidak baik-baik saja? (Sedang baca : jika kita tak pernah baik-baik saja)

Orang-orang di sekitarku bilang aku tidak menikmati hidupku, hidupku hanya berputar dalam satu poros yang sama.

Aku tidak ingin percaya, tapi seperti lagu yang kusukai dan kudengar terus-menerus, aku jadi hafal. Dan aku jadi ragu; apa benar aku benar-benar baik-baik saja? Dan hari ini pun berubah jadi hari yang tidak baik-baik saja.

Di hari aku sedang tidak baik-baik saja, suara orang-orang yang tertawa di luar sana sambil menonton serial tv dengan volume kencang membuat hatiku makin sakit. Suara chat yang masuk dan dering ponsel pun kubiarkan saja.

Aku benci orang-orang yang memuji-muji di masa terang, lalu hilang setelah menyerap habis cahaya yang ada. Yang bahkan jelas tau cahaya itu sudah redup, tapi masih memaksa mengais-ngais di celah, siapa tau ada sisa-sisa yang belum dia ambil.

Jadinya, kuhibur diriku dengan membuka plastik yang membungkus buku berjudul "jika kita tak pernah baik-baik saja". Kupasang musik, menaikkan volumenya sampai tak ada lagi yang bisa kudengar selain suara musik dan suara dalam pikiranku sendiri.

Begitu membingungkan saat aku ingin sendiri tapi tak benar-benar ingin sendiri, aku sering memilih musik sebagai teman. Dan juga buku.

Ini bukan buku karangan Alvi Syahrin yang pertama aku baca, karenanya aku tersenyum membaca sapaan si penulis buku yang tak pernah lupa melibatkan Tuhan dalam tulisannya. Katanya semua ini : aku yang tidak baik-baik saja, siapapun yang juga merasa begitu, semuanya adalah kehendak Tuhan semata. Semuanya ada alasannya.

Ajaibnya, sekarang aku merasa lebih baik. Apa karena musik yang aku dengar? Atau karena buku yang aku baca? Apa... Tuhan ada di sekitarku?

Pada akhirnya aku sadar, saat aku tidak baik-baik saja, mau aku merenung, tidur, atau melakukan sesuatu seperti mendengar musik dan membaca buku, juga jangan lupa berdoa, asalkan semua hal itu akhirnya membuat aku merasa lebih baik, yaaa... bagus jika keadaanku jadi lebih baik karena semua hal itu. Asal aku tidak terus larut dalam ketidak baik-baik saja itu.

Sulit dijelaskan, tapi asal aku mengerti apa yang aku tulis, aku akan kembali lagi ke tulisan ini saat aku merasa tidak baik-baik saja.

Rabu, 22 Februari 2023

Aku dan Malaikat (Habis baca: Dunia Cecilia)

Walau kutulis judulnya seperti itu, aku belum pernah bertemu malaikat. Takutnya, malaikat pertama yang aku temui adalah malaikat maut. Aku ingin mengetik kalau aku hanya bercanda, tapi aku saja tidak bisa tertawa saat membaca ulang kalimat itu. Lagipula tidak ada yang tau (kecuali Tuhan dan malaikat) kapan aku bertemu malaikat.

Haaaa.....



Buku ini kubeli karena judulnya ada nama Cecilia, nama baptisku. Sejak kecil aku diberi tahu bahwa nama baptisku mewakili nama malaikat pelindungku. Malaikat pelindung akan membisikkan hal-hal baik di telinga kita; waktu kecil kata-katanya terdengar keras namun makin dewasa suara itu makin lemah dan kemudian hilang.

Sementara dalam buku diceritakan bahwa malaikat melihat manusia seperti sesuatu yang ada dalam cermin. Hal ini membuatku berpikir, bukannya bayangan di cermin hanya bisa terlihat saat ada cahaya? Karena cermin adalah benda yang memantulkan cahaya. Aku, dalam diriku ada cahaya. Begitupun disebutkan di dalam buku, bunyinya :

"Kau juga meminjam cahaya Tuhan, Cecilia. Kau juga adalah cermin Tuhan."

Ini juga membuatku berpikir, Tuhan selalu digambarkan sebagai terang. Seberapa terangkah Tuhan sampai ia bisa meminjamkan cahaya-Nya kepada milyaran manusia? Rasanya tidak pantas kalau membiarkan cahaya itu redup, padahal sudah dipinjamkan secara cuma-cuma.

"Apa benar, kadang-kadang kamu begitu buruk sangka, sampai hatimu jadi gelap gulita?"

...

Sudah lama sejak buku ini diam dalam daftar buku yang ingin aku beli. Karena sekarang membeli buku sudah lebih mudah dengan adanya toko buku online, jadi aku suka membeli buku-buku sedikit demi sedikit. Syukurlah suatu hari Rakata -aplikasi untuk membaca buku yang diproduksi (??? benar ya diproduksi) dari penerbit Mizan- memberi diskon untuk buku digital dan Dunia Cecilia jadi salah satu buku yang masuk daftar diskon! Terima kasih, Rakata!

Dunia Cecilia adalah kisah bernuansa Natal, tentang seorang anak bernama Cecilia yang tengah sakit keras dan pertemuannya dengan malaikat bernama Ariel. Ariel berjanji ia akan menceritakan tentang surga, sebagai gantinya Cecilia harus gantian bercerita tentang manusia. Jadilah mereka bertualang di dunia sekitar Cecilia, di ruangan dalam rumah, berselancar di luar dengan kereta luncur terbaru, hal-hal yang mungkin saja sulit dilakukan Cecilia saat ini dan mungkin juga takkan sempat ia lakukan jika harus menunggu sampai ia sehat. Pada akhirnya, membaca dialog Cecilia dan Ariel jadi hiburan tersendiri bagiku.

Secara keseluruhan aku memberi buku ini nilai 4/5, aku tau akhir cerita kisah ini yang sedih adalah hal yang realistis tapi aku sedih karena harus menerima kenyataan itu. Tapi ini masuk ke dalam daftar buku yang akan kubaca sekali lagi karena ada banyak hal yang bisa aku kutip dan ingat. Yang paling aku suka adalah kalimat ini :

"Terlahir sama artinya dengan dianugerahi seluruh dunia ini."

Dunia tempat aku berada saat ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan bahkan sejak aku lahir. Karena ini hadiah, aku akan menghargai itu, berusaha menghilangkan buruk sangka dalam hati, dan menggunakan cahaya yang dipinjamkan Tuhan.

Terima kasih, Tuhan... Aku menemukan buku yang bagus. :)



Senin, 20 Februari 2023

Kata-kata

 Malam ini saat aku lanjut membaca sebuah komik berjudul "Holy Idol" ada sebuah kalimat yang membuatku merenung dan memutuskan untuk menulis di sini.

"Di dunia ini, walau kita berbicara dalam bahasa yang sama, masih ada kata-kata yang tidak bisa kumengerti. Ini begitu sulit..."

Adalah wajar jika tidak tahu kata-kata terbaru atau kata yang jarang digunakan dalam hidup sehari-hari. Hanya saja saat  berada dalam keadaan tersebut, tidak mengerti dan merasa terasing, aku merasa kesulitan. Kadangkala malah apa makna yang ingin disampaikan dalam kata-kata juga bisa salah diartikan. Kenapa hal yang bisa menyatukan juga bisa jadi pemisah? Kata-kata.

Kata-kata, aku hanya ingin berkata-kata. Tidak apa-apakah kalau seseorang hanya ingin bicara omong kosong bukan untuk dikatakan pada orang lain? Kata-kata yang mengalir begitu saja, kata-kata yang muncul di kepala tanpa ada jeda, kata-kata yang aku ketik tanpa perlu menekan tombol hapus di keyboard... kata-kata yang tidak perlu aku pikirkan akan sampai ke mana. Kata-kata yang tidak perlu dijelaskan apa maknanya.

Senin, 09 Januari 2023

the loneliest girl in the universe : gadis yang sendirian dalam semesta yang begitu besar (review buku, ujungnya spoiler)

Aku hanya ingin menebak kenapa judul buku ini ditulis seluruhnya dengan huruf kecil; karena dalam semesta yang begitu besar bahkan kita manusia (dan huruf yang aku ketik ini juga) begitu kecil.

Buku ini aku beli, tentu saja, saat aku merasa kesepian. Tapi hanya kubiarkan saja di rak, padahal plastik pembungkusnya sudah kubuka. Kubaca bagian prolognya saja, pikirku, 'Oh, ini cerita tentang gadis yang berpetualang dengan kapal antariksa...'

Ternyata aku harus kecewa, kukira buku ini bisa mewakili bagian dari diriku. Kukembalikan buku itu di rak untuk diam di sana entah berapa lama. Kadang aku amati lembar depannya, benar-benar lupa akan prolog buku itu, lalu mulai mengasihani diriku dan kesepianku.

Hah, melankolis sekali.

Saat perjumpaan kami yang kedua kali, aku melihat bahwa halamannya sudah menguning dan diisi dengan titik-titik coklat yang sering kulihat pada buku tua. Mungkin buku ini, seperti tokoh utama dalam cerita yaitu Romy Silvers, sudah menunggu cukup lama ya di antara tumpukan buku? Jadi bagaimana aku harus menulis tentang isi buku ini?

"Sejak awal, perjalanan ini dilakukan  bukan karena mudah, melainkan karena penting." - Romy Silvers, (Gadis paling kesepian di alam semesta, hal. 99.)

Cerita ini dimulai 6817 hari (sekitar 18 tahun lebih) sejak peluncuran The Infinity pada tahun 2048. Romy Silvers, komandan pesawat antariksa tersebut masih remaja berumur 16 tahun, tapi tidak sama seperti remaja lainnya, ia hidup sendirian dalam pesawat antariksa. Tujuan pesawat ini yaitu menuju exoplanet HT 3485 c yang berpotensi sebagai Bumi kedua (Bumi II). Lima tahun lalu, awak pesawat tersebut terdiri dari 3 orang yaitu Romy dan orangtuanya, sampai akhirnya sebuah kejadian menyebabkan kedua orangtua Romy meninggal.

Lalu apakah Romy Silvers putus asa? Tentu saja. Ia baru 11 tahun saat orangtuanya meninggal dan ia harus mengambil alih posisi komandan. Tapi Romy kecil sudah diajari bagaimana memakai tangki oksigen di kondisi darurat bukannya lari meminta tolong pada orangtua. Apa di usia 16 tahun aku bisa selamat dari tabrakan asteroid? Hah... aku bukan Romy Silvers. Syukurlah tokoh utamanya Romy (padahal kasihan).

Bagaimana ia melalui hari-hari tersebut sampai di masa kini sebagai Romy yang berusia 16 tahun diceritakan setelahnya, bahkan penjelasan penting baru muncul ketika hanya tersisa beberapa helai kertas saja sebelum buku itu habis kubaca. :"D

Apa saat kalian remaja, kalian suka membaca fan fiksi? Ya.... saat ini istilahnya bergeser menjadi AU (Alternate Universe) tapi sebenarnya aku tidak tahu kenapa jadi begitu... ya, gitulah. Jadi apa kalian suka fan fiksi? Aku suka, dulu, sekarang tidak lagi (udah ga remaja, makanya tadi aku nanyeaa). Romy juga remaja yang suka membaca dan menulis fan fiksi. Berangkat dari kesukaannya akan serial Loch & Ness (hah... kalo dibaca lagi kenapa mirip Loneliness), ia suka menulis fan fiksi AU tentang tokoh utamanya yaitu Jayden dan Lyra. Saking sukanya Romy dengan tokoh Jayden, sebagai seorang gadis remaja ya dia sangat mengidolakan Jayden ini. Sosok idaman dia lahh... Lalu suatu hari, dalam kesendiriannya itu, seorang pria bernama Komandan J Shoreditch, pemimpin pesawat antariksa The Eternity yang dikirimkan untuk menyusul The Infinity, diperkenalkan di halaman 30.

Bab setelahnya berganti dari hitungan hari yang berlalu sejak peluncuran The Infinity menjadi hitungan mundur sampai The Eternity tiba di samping The Infinity untuk mengudara bersama. Awalnya, aku menganggap ini romantis. Jangan salahkan aku ya, aku hanya terbawa dengan e-mail antara Romy dan J; The Infinity dan The Eternity. Coba bayangkan ada seorang gadis yang tidak pernah menyentuh bumi, kemudian suatu hari muncul manusia yang kebetulan adalah lawan jenis yang mengaku bahwa umurnya tidak beda jauh dengan gadis tersebut. Belum lagi si lawan jenis ini menggambarkan dirinya seperti tokoh pria yang sangat dipuja sang gadis.

Apa bisa aku tidak ikutan berdebar karenanya? Hahhhhh. Aku bodoh, iya.

Aku ikut bahagia akan adanya potensi bahwa hubungan romantis akan terjadi antara Romy dan J. Lalu, aku mulai menghitung jarak. Jarak yang dibutuhkan bagi Romy dan J sampai e-mail mereka bisa terkirim dan diterima di dalam hari yang sama. Perlu diketahui bahwa awalnya e-mail yang masuk dari bumi dan juga The Eternity kepada The Infinity berasal dari 2 tahun sebelumnya. Jadi J mengirim pesan kepada Romy di masa depan, dan sebaliknya. Seiring cerita berjalan, waktu yang dibutuhkan untuk saling berkirim e-mail semakin singkat. Aku melonjak kegirangan saat akhirnya tanggal pada e-mail berubah menjadi tanggal, bulan, dan tahun yang sama. Belum lagi akhirnya Romy bisa berkomunikasi secara real time (jeda beberapa detik) lewat telpon antar pesawat antariksa dengan J. Aku semakin girang, tidak siap akan rasa takut yang dialami Romy di halaman berikutnya.

Halaman berikutnya kubaca dengan tergesa-gesa, seperti Romy yang melarikan diri. Bab di halaman tersebut juga berganti menjadi hitungan jam setelah The Eternity menyusul The Infinity. Aku tidak menginginkan pertemuan yang seperti ini, mungkin Romy lebih tidak ingin. Hal yang aku pelajari setelah membaca buku ini yakni : Walau kamu berharap seorang penolong datang menghampirimu suatu saat, pada akhirnya kamu hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri terlebih dahulu. Jadi persiapkan dirimu. Karena bencana bisa saja datang dan berpura-pura sebagai berkat saat kamu tidak waspada.

Membaca buku ini membuat perasaanku naik-turun. Naik, gembira, saat kabar tentang The Eternity, Komandan J, muncul. Aku merasa ada harapan bahwa Romy tidak akan sendiri lagi, ia juga bisa merasakan jatuh cinta, dan aku bersemangat menunggu hari dimana Romy dan J akan bertemu. Tapi aku tidak mengira bahwa perasaan itu akan turun; rasa takut, curiga, tidak percaya muncul saat hari itu tiba. Kisah Romy dan J (hahhh Romy... Romeo, J... Juliet, hah, mindblown), mengingatkanku pada kalimat yang pernah aku baca. Ada orang-orang yang pernah menanyakan kira-kira seperti ini, "Bagamana jadinya jika kamu adalah pria/wanita terakhir di muka bumi bersama lawan jenis lain? Apa kamu akan memilih dia sebagai pasanganmu?" Memikirkan hal ini setelah membaca cerita tadi membuatku ingin berkata, 'tidak.' Memang siapa yang benar-benar bisa meyakinkanku bahwa benar hanya kami yang tersisa di alam semesta yang besar ini, hah?

Pada akhirnya aku lega bisa selesai membaca buku ini. Akhir cerita ini bisa dibilang cukup memuaskan dengan open ending, jadinya aku bisa membayangkan sendiri akhir yang aku inginkan. Tapi seperti kalimat pertama yang aku kutip dari buku ini, bukannya yang penting bukan akhirnya namun perjalanannya? Itu tidak mudah, perjalanan.

Masih banyak yang ingin aku tulis. Saat aku membaca tulisan ini tepat setelah postingan ini kumasukkan ke blog, aku melihat judul blog milikku sendiri; My Own Galaxy. Aku merasa sendirian dalam galaksi yang aku buat ini, tapi aku bersyukur karena di bumi tempat aku hidup sebenarnya yang terjadi tidak seperti itu. Aku harap, Romy-pun bisa mencapai Bumi II dan hidup di sana. Aku harap Romy tidak sendirian lagi.

Catatan: Nomenklatur exoplanet ini menarik sekali! Ada banyak exoplanet di luar tata surya yang sudah ditemukan, tapi aku ga nemu nama Planet di buku ini. :"D

Jumat, 06 Januari 2023

2023 : Challenge nabung yuk!

Padahal di tahun 2021, aku janji mau rajin nulis di blog. Bah... Janji tinggallah janji. 👀

Jadi, berhubung tabungan aku di tahun 2022 sudah rampung, jadi aku mau mulai nabung lagi tapi dengan nominal lebih besar. Iya kan... Udah 100% PNS🙆 masa tabungannya ga naik? Makanya aku nyari metode nabung lain yang lebih bervariasi aja. Kebetulan temenku Cindong pernah nyaranin metode isi-isi duit setiap hari gitu ala-ala pinterest. Rencananya, tahun ini aku mau nabung sebesar 25 juta. 

Dalam setahun ada 365 hari, jadi setiap hari aku harus nabung sekitar 69.000 atau 483.000 setiap minggu. Artinya, di bulan Januari aku harus menabung sebanyak 2.139.000.

Kira-kira bisa terkumpul tidak yaaa... Aminin aja sambil dijalani, ya?

Ayo nabung!

Bzzbzbztzgzt

Tapi setelah aku itung lagi, itungan kayak gini ribet :((( Jadi aku bagi aja per-hari ada yang 50.000, ada 100.000 selama 365 hari.


Dan jadilah seperti itu rencana tabungan 2023 versi aku. :"D

Ayo nabuuung!